Setiap tahun kita memperingati hari kelahiran Kartini. Di tengah perubahan cepat saat ini, kita perlu mencari relevansi makna pikiran-pikirannya.
Kartini bukan perempuan biasa. Keistimewaannya bukan karena dia seorang anak bupati, tetapi karena pemikiran dan gagasannya mendahului zaman. Bahkan, sampai hari ini, 140 tahun setelah kelahirannya, apa yang diperjuangkan wanita Jawa untuk kesetaraan kedudukan perempuan di dalam keluarga dan masyarakat tetap relevan.
Ketika gagasan tentang Indonesia belum lahir, Kartini telah memikirkan konsep tentang bangsa. Sejarawan di Deakin University, Australia, Joost Cote, dalam artikelnya, ”Raden Ajeng Kartini and Cutural Nationalism in Java” (www.academia.edu), menyebutkan, Kartini telah memiliki kesadaran nasionalisme meskipun saat itu dalam konteks Jawa. Kartini dalam surat-suratnya bahkan mempertanyakan kolonialisme Belanda dan dampaknya bagi Indonesia.
Indonesia merdeka 74 tahun lalu dan kita tetap harus terus merawat keindonesiaan agar apa yang kita bayangkan bersama sebagai bangsa tetap relevan dengan perubahan zaman.
Masyarakat kita dan juga masyarakat dunia tengah mengalami disrupsi sosial dan ekonomi. Teknologi digital mengamplifikasi disrupsi tersebut dan pekerjaan merawat keindonesiaan menjadi semakin penting.
Kita baru saja selesai menyelenggarakan kegiatan besar, yaitu pemilihan umum yang kompleks karena memilih sekaligus presiden dan wakilnya serta anggota DPR dari pusat hingga tingkat dua dan anggota Dewan Perwakilan Daerah.
Pemilihan presiden adalah yang paling menyita perhatian masyarakat. Kita harus mengakui terjadi polarisasi nyata di antara pendukung masing-masing dua calon presiden. Polarisasi itu, jika dibiarkan, berpotensi mendisrupsi kohesi sosial dan ekonomi kita.
Pada saat yang sama kita melihat perempuan menjadi kelompok yang suaranya diperhitungkan setiap kontestan pemilu presiden. Kita juga melihat besarnya minat perempuan berpartisipasi di dalam pemilu kali ini. Perempuan ingin didengarkan suaranya dengan menyalurkan aspirasi melalui aktivitas kampanye mandiri.
Ketika proses pencoblosan telah selesai dan menunggu hasil penghitungan suara resmi oleh Komisi Pemilihan Umum, semua ingin masyarakat kembali bersatu.
Siapa pun pemenangnya nanti, kita harapkan dapat merangkul dan mendengarkan aspirasi semua anggota masyarakat. Kita memerlukan daya dan pikiran seluruh rakyat untuk bersama-sama menghadapi tantangan memajukan Indonesia.
Belajar dari Kartini yang berpikir dan bertindak lebih untuk masyarakatnya daripada kepentingan pribadi, memperlihatkan bahwa perempuan memiliki kapasitas merawat persatuan bangsa.
Kapasitas itu lahir dari pengalaman perempuan yang mengandung, melahirkan, dan merawat kehidupan. Pikiran dan gagasan Kartini menjadi relevan dan mengajak kita untuk mengutamakan kepentingan bersama sebagai bangsa.