Sedikitnya 138 orang meninggal akibat ledakan bom di tiga hotel dan tujuh gereja saat perayaan Paskah di Colombo, Negombo, dan Batticaloa, Sri Lanka, Minggu.
Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena menyatakan telah memberikan instruksi kepada aparatnya untuk mengambil tindakan tegas terhadap orang yang bertanggung jawab atas serangan ini. Namun, sejauh ini belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab.
Otoritas keamanan Sri Lanka segera mengadakan pertemuan darurat setelah ledakan terjadi. Dua dari banyak ledakan itu diduga dilakukan pelaku bom bunuh diri.
Menteri Reformasi Ekonomi Sri Lanka Harsha de Silva menambahkan, dirinya melihat banyak bagian tubuh di mana-mana. ”Kami juga melihat korban di rumah sakit. Semoga mereka masih dapat ditolong,” ujarnya setelah mengunjungi Gereja Kochchikade dan Hotel Shangri-La.
Direktur Rumah Sakit Nasional Colombo Samindi Samrakoon mengatakan, dirinya mengetahui sedikitnya 20 orang meregang nyawa dan 300 orang terluka. Namun, dia tidak dapat memastikan jumlah total yang meninggal.
St Anthony’s Shrine, sebuah gereja di Colombo, dan Gereja St Sebastian di Negombo, terkena dampaknya, juga Hotel Shangri-La, Kingsbury, dan Cinnamon Grand di Colombo. Hotel-hotel ini cukup populer di kalangan wisatawan. Saksi mata yang berada di dekat Hotel Shrine, Alex Agieleson, mengatakan, bangunan bergetar akibat ledakan itu. Sejumlah orang yang terluka kemudian diangkut dengan ambulans.
Uskup Agung Colombo Malcolm Ranjith meminta dokter untuk melapor ke tempat kerja meskipun sedang hari libur. Masyarakat juga diajak untuk menyumbangkan darah. Ia juga menyerukan agar mereka yang bertanggung jawab atas ledakan pada Minggu Paskah dihukum seberat-beratnya. Sri Lanka yang berpenduduk 21 juta jiwa mayoritas beragama Buddha, dan sekitar enam persen di antaranya beragama Katolik.
Tidak hanya Presiden Sri Lanka, kecaman keras juga datang dari para pemimpin dunia. PM Inggris Theresa May menulis di Twitter, ”Tindakan kekerasan terhadap gereja dan hotel di Sri Lanka benar-benar mengerikan, dan simpati terdalam saya bagi semua yang terkena dampaknya.”
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga mengecam keras serangan pada perayaan Minggu Paskah ini. ”Ini adalah serangan terhadap seluruh umat manusia. Saya ikut berdukacita,” tulis Erdogan di Twitter.
Ledakan ini menandai berakhirnya jeda setelah berakhirnya perang saudara tahun 2009. Sebelum itu, peledakan bom biasa terjadi di Sri Lanka, baik oleh pasukan pemerintah maupun milisi Macan Tamil. Pasalnya, sekitar 15 persen warga Tamil di Sri Lanka ingin mendirikan negara sendiri.
Para analis menduga ledakan bom pada Minggu (21/4/2019) itu tidak terkait dengan Macan Tamil. Setelah 10 tahun berdamai, rasanya sulit dipercaya jika Macan Tamil bangkit kembali kecuali ada sebab khusus yang belum terungkap.