5.000 Warga Kepulauan Tanimbar Ikuti Pemungutan Suara Susulan
Sekitar 5.000 warga Kecamatan Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku, Selasa (23/4/2019), mengikuti pemungutan suara susulan. Setelah tertunda enam hari, mereka menyalurkan hak pilihnya pada 20 tempat pemungutan suara.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·2 menit baca
LABUHA, KOMPAS — Sekitar 5.000 warga Kecamatan Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku, Selasa (23/4/2019), mengikuti pemungutan suara susulan. Setelah tertunda enam hari, mereka menyalurkan hak pilihnya pada 20 tempat pemungutan suara.
Ketua KPU Maluku Syamsul R Kubangun, saat dihubungi, berharap partisipasi pemilih tetap tinggi. Warga diminta menyalurkan hak pilih mereka yang sempat tertunda lantaran keterlambatan pengiriman logistik pemilu. ”Suara yang diberikan itu menentukan masa depan daerah mereka,” katanya.
Pemilik 5.000 suara di Tanimbar itu menentukan keterpilihan anggota DPRD kabupaten, DPRD provinsi, DPR, dan DPD. Saat ini, rekapitulasi hasil pemungutan suara 17 April lalu sedang berlangsung di tingkat kecamatan. Perolehan suara sejumlah calon bersaing ketat dengan selisih tipis.
Syamsul berharap pemungutan suara susulan dapat berjalan lancar. Penyelenggara pemilu, termasuk KPPS, dapat bekerja sesuai aturan. Semua masyarakat juga diminta mengawasi. Berhubung pemilihan susulan ini sangat menentukan, potensi pelanggaran dinilai tinggi. ”Harus sama-sama didukung agar proses ini berjalan baik,” ujarnya.
Selain pemungutan suara susulan di Kepulauan Tanimbar, KPU juga segera melakukan pemungutan suara susulan pada 24 tempat pemungutan suara di Kabupaten Seram Bagian Timur. Hal itu terjadi lantaran terdapat kesalahan dalam pengiriman logistik.
”Surat suaranya tertukar,” ucap Syamsul. Namun, ihwal jadwal pemungutan suara lanjutan dimaksud belum ditentukan.
Pemungutan suara susulan terjadi lantaran kesalahan dalam pengiriman logistik.
Sementara itu, Kepala Polda Maluku Inspektur Jenderal Royke Lumowa mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak terprovokasi dengan ajakan yang berpotensi mengganggu jalannya proses pemilu. Masyarakat diminta menunggu hingga penyelenggara pemilu mengumumkan hasil pemilihan.
Secara umum, kata Royke, pelaksanaan pemilu di Maluku berjalan aman dan lancar. Hanya terdapat segelintir kecil insiden yang menonjol, seperti pembakaran 15 kotak suara di Kepulauan Kei, pekan lalu. Situasi di tempat tersebut sudah berhasil dikendalikan aparat Polri dan TNI. ”Mari, hargai proses yang kini sedang berlangsung,” ujarnya.
Uskup Diosis Amboina Mgr PC Mandagi MSC turut mengajak warga kembali bersatu. Perbedaan pilihan politik pada pemilu jangan sampai terbawa dalam kehidupan sehari-hari. Pemilu hanya terjadi setiap lima tahun sekali, sedangkan persaudaraan sesama manusia harus dijaga selamanya. ”Jangan ikut elite yang mau memecah belah masyarakat,” ujarnya.
Pemimpin umat Katolik di Maluku dan Maluku Utara itu juga mengimbau umat agar tidak ikut menyebarkan informasi yang tidak diketahui sumbernya dengan jelas. Informasi tidak benar, seperti klaim kemenangan pihak tertentu akan menambah runyam kondisi saat ini.
”Mari hargai kerja KPU. Kalau ada kekurangan, silakan diproses sesuai aturan hukum,” katanya.