DENPASAR, KOMPAS — Provinsi Bali ingin mendorong tingkat kunjungan pariwisata di pulau dewata melalui layanan kesehatan. Hal itu dimungkinkan dengan menjalankan konsep pariwisata berbasis kesehatan atau health tourism di Bali.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Ketut Suarjaya, Selasa (23/4/2019) siang di Denpasar menilai, Bali berpotensi dikunjungi oleh dua tipe wisatawan bila mengacu pada konsep pariwisata kesehatan. Pertama, yaitu wisatawan yang mencari layanan kesehatan tradisional (wellness). Kedua, yaitu wisatawan yang mencari layanan bersifat medis (medical tourism) untuk suatu penyakit tertentu.
"Ada korelasi antara kesehatan dengan tingkat kunjungan pariwisata. Dalam beberapa kasus, terdapat wisatawan yang merencanakan perjalanan secara khusus ke Bali hanya untuk mendapatkan layanan kesehatan secara tradisional," ujar Ketut pada pertemuan dengan wartawan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bali Mandara, Selasa (23/4/2019) siang.
Ketut mencontohkan, Loloh atau jamu khas Bali berpotensi sebagai pengobatan tradisional berkonsep wellness. Selain itu, Bali juga memiliki layanan spa tradisional yang diakui sebagai destinasi terbaik di dunia versi majalah Selling Travel pada 2017.
Dari sisi layanan kesehatan yang bersifat medis, ia menyampaikan, potensi untuk menarik kunjungan wisata juga tidak kalah hebat. Ia mencontohkan, upaya untuk membuka layanan pengobatan medis terpadu, seperti di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bali Mandara, Denpasar, merupakan langkah bagus untuk menarik wisatawan.
"RSUD Bali Mandara berencana membuka sejumlah fasilitas, seperti terapi hiperbarik untuk penyelam, serta layanan terpadu untuk penyakit jantung dan penyakit kanker. Fasilitas seperti ini akan dicari oleh wisatawan tertentu. Untuk pengobatan kanker, misalnya, wisatawan tidak lagi harus ke pusat pengobatan kanker di Jakarta, bila di Bali fasilitasnya cukup memadai," tutur Ketut.
Direktur Utama RSUD Bali Mandara, Gede Bagus Darmayasa, mengatakan, ada sebanyak 2.335 pasien warga negara asing (WNA) yang dilayani pada 2018. Jumlah itu, menurut dia, dapat ditingkatkan lagi bila melihat kunjungan pasien WNA ke RSUD Bali Mandara saat ini mencapai 20 pasien hingga 50 pasien setiap hari.
"Dari sekitar 40.500 pasien yang kami rawat tahun lalu, jumlah pasien WNA mencapai angka ribuan. Dengan adanya layanan kesehatan seperti terapi hiperbarik, nantinya dapat menambah kunjungan pasien yang gemar menyelam. Apalagi, lokasi RSUD Bali Mandara dekat dengan kawasan pantai," kata Gede.
Ketut mengatakan, regulasi konsep pariwisata kesehatan sedang disusun hingga tahun ini. Ia berharap, koordinasi antara produk layanan kesehatan dengan strategi pemasarannya dapat membentuk sistem jejaring layanan yang baik.
"Sebenarnya konsep pariwisata kesehatan ini sudah berjalan, tetapi tidak saling terkoneksi. Tahun ini, kami usahakan agar peraturan daerah yang mengatur hal ini segera selesai. Kalau berhasil, pendapatan daerah juga dapat meningkat," ucapnya.