BOGOR, KOMPAS — Lima tahun ke depan, Pemerintah Kabupaten Bogor bertekad mengembangkan potensi keolahragaan dan kepariwisataan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Tekad tersebut digelorakan dengan slogan ”Bogor, The City of Sport and Tourism”.
”Kita akan bergeser dari program-program kerja yang biasa, harus luar biasa. Akan ada banyak pertemuan antardinas yang akan saya pimpin langsung untuk menyinergikan program kerja ini agar menjadi brand Kabupaten Bogor,” kata Bupati Bogor Ade M Yasin di Gedung Tegar Beriman, Cibinong, Senin (22/4).
Dalam acara Musrenbang RPJMD Kabupaten Bogor tersebut, Ade Yasin menegaskan, Kabupaten Bogor sudah memiliki sarana dan prasarana olahraga dan pariwisata. Untuk sarana olahraganya bahkan sudah pernah dipakai untuk peristiwa olah raga internasional, seperti Stadion Pakansari dan Sirkuit Internasional Sentul, begitu juga beberapa lapangan golf-nya.
Untuk destinasi wisata alam, lebih banyak lagi, salah satunya Geopark Nasional Pongkor di 15 kecamatan, yang akan diusulkan ke UNESCO menjadi situs warisan dunia. Wisata budaya dan pendidikan juga tidak kalah banyak karena banyak kampung adat, desa wisata, dan situs cagar budaya.
”Itu semua harus dikelola, di-branding dengan tepat. Ini orang akan mencari dengan sendirinya ketika mendengar Bogor, City of Sport and Tourism. Kita harus membuat Kabupaten Bogor yang banyak kampung ini menarik untuk dikunjungi,” katanya.
Ia berharap setelah pembenahan segala sesuatunya, kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bogor meningkat dari 7 juta per tahun menjadi 10 juta per tahun. Untuk memacu pembenahan itu, ia akan segera mendandani pilar-pilar gerbang utama penanda kawasan pemerintahan di Jalan Tegar Beriman, yang tenggelam karena ada mal di sana, yang dananya bukan dari APBD.
”Ini gebrakan pertamanya di sini. Dananya dari CSR, konsep penataannya sudah ada,” katanya, lalu menjelaskan apa saja yang akan didandani di wilayah-wilayah lainnya, di barat, timur, dan selatan.
Indra Ni Tua, Asisten Deputi Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Kementerian Pariwisata RI, mengatakan, Kabupaten Bogor betul sudah memiliki potensi kepariwisataan kelas nasional dan dunia. Kini tinggal antara lain penguatan branding-nya.
Pembenahan regulasi, yang utama oleh pemda setempat, salah satu yang disarankan Samsudin, Staf Ahli Menteri Bidang Hukum Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga RI.
”Olahraga itu gaya hidup, yang bisa masuk ke ranah pariwisata. Sarana itu sudah cukup di kabupaten ini. Sudah ada sirkuit yang jadi modal utama. Ini kesempatan untuk pemkab memadukan APBD untuk bisa memanfaatkan keberadaan sirkuit itu. Regulasi kemitraan harus ada dan jelas,” katanya.
Lain dari itu, cetak biru dari Bogor The City of Sport and Tourism harus dibuat serinci mungkin. Setiap SKPD harus memiliki rencana kerja yang sejalan dengan program tersebut, jangan jalan sendiri. ”Kalau tidak, yang repot Bupati dan Kepala Bappedalitbang karena satu sama lain hanya memikirkan yang penting anggaran terserap,” katanya.
Ia juga mengingatkan ada potensi yang belum disentuh pemkab, yaitu kompleks wisma atlet Hambalang. Pihak swasta sudah ada yang datang menawarkan ambil alih Hambalang, padahal kementerian berharap pemkab yang datang mengajukan kemitraan meneruskan pembangunan Hambalang, katanya.
Kepala Bappeda Provinsi Jawa Barat Taufik Budi Santoso mengatakan, Kabupaten Bogor adalah pintu gerbang ekonom dan pariwisata Jawa Barat. Strategi pengembangan pariwisata Jawa Barat adalah bagaimana membangun akses ke destinasi yang sudah ada.
”Di Geopark Pongkor paling tidak ada tujuh destinasi yang sudah ada. Nah, bagaimana kita memperbaiki aksesnya karena sekarang orang berwisata tidak mengenal jarak, tetapi waktu tempuh. Kalau waktu tempuhnya bisa pendek, itu mendatangkan wisatawan,” katanya.
Tonton Soeprapto, Direktur PT Sarana Sirkuitindo Utama (pemilik/pengelola Sirkuit Internasional Sentul), mengatakan, untuk meningkatkan pariwisata harus dilakukan bersama-sama dan pemerintah mau duduk bersama mendengar rencana swasta. Pembenahan infrastruktur, akses ke lokasi/destinasi itu, yang harus diperbaiki, katanya.
Ia mencontohkan masalah akses ke Sirkuit Internasional Sentul (SIS). Padahal, untuk olahraga otomotif, yang paling banyak menarik wisatawan adalah Motor GP, apalagi pabrik-pabrik motornya ada di Indonesia.
”Ibu Bupati tidak usaha bingung. Kalau ada event, kami tidak minta dana APBD. Semua didanai swasta. Pemkab tinggal duduk saja, mendengar apa rencana swasta. Cuma bagaimana mau menyelenggarakan GP kayak dulu lagi, keluar dari pintu tolnya sudah susah,” katanya.
Bupati Ade mengatakan, memang butuh percepatan dalam pembenahan infrastruktur. Untuk itu, ia membutuhkan dukungan provinsi dan pusat.
”Bogor itu lebih besar wilayahnya dan lebih padat penduduk. Tentunya anggaran-anggarannya harus lebih besar dari Kota Bogor. Bappeda Provinsi lagi mengembangkan pariwisata, mari sekali-kali duduk bersama, bagaimana kita menyinergikan. Kalau Bogor maju, provinsi juga yang maju. Jadi, jangan sungkan-sungkan mengucurkan dana untuk Kabupaten Bogor. Kementerian juga, jangan yang jauh-jauh dulu, Bogor yang dekat dulu,” katanya.