Saat mengunjungi proyek pembangunan landas pacu ketiga di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten, awal April, sejumlah direktur utama perusahaan BUMN Karya duduk bersama Menteri BUMN Rini Soemarno dalam satu bus. Percakapan mengenai proyek di bandara oleh para dirut cukup cair, rileks, dan tanpa beban. Bahkan, mereka menggoda salah satu dirut yang belum mendapat proyek di Bandara Soekarno-Hatta.
Cukup banyak proyek sarana dan prasarana di Bandara Soekarno-Hatta yang sudah dan akan terus dikerjakan, seperti landas pacu ketiga, fasilitas kargo, revitalisasi terminal IC dan 2F, serta hotel di area bandara.
Rupanya, ada kunci untuk merangkai sinergi BUMN yang sukses. Kunci itu adalah kekompakan, kompetensi, dan komitmen yang sama untuk membangun negeri, etos kerja, serta kerja sama yang kuat dan strategis antarjajaran direksi, personel manajemen, dan karyawan BUMN. Artinya, kualitas sumber daya manusia BUMN, dari jajaran direksi sampai karyawan muda dari kalangan milenial, sangat penting.
Tanpa sinergi, tak mudah bagi perusahaan BUMN mengerjakan proyek atau program besar. Proyek atau program itu antara lain jalan tol lebih dari 1.200 kilometer dalam 4 tahun, pembangunan infrastruktur di perbatasan, infrastruktur listrik, pengambilalihan saham PT Freeport Indonesia sebesar 51,2 persen, kewirausahaan petani dan perhutanan sosial, bahan bakar minyak satu harga, serta pembangunan perumahan, termasuk rumah sementara dalam masa tanggap darurat bencana.
Nantinya, setelah memasuki usia 21 tahun, tantangan Kementerian BUMN semakin besar, yaitu mengelola dan membina perusahaan BUMN agar tidak hanya berkontribusi di dalam negeri dalam berbagai proyek pembangunan, tetapi juga berkompetisi di tingkat regional dan global. Seperti yang sering ditekankan Presiden Joko Widodo, dengan perkembangan teknologi dan informasi, kompetisi antarnegara begitu cepat.
Oleh karena itu, perusahaan BUMN pun perlu dikelola dengan baik dan profesional agar mampu mengepakkan sayap bisnis, baik di dalam negeri maupun di tingkat regional dan global. Dengan cara itu, BUMN bisa berkontribusi lebih besar bagi bangsa dan negara.
Jika perusahaan BUMN berkompetisi secara global, semakin banyak sumber daya manusia yang dibutuhkan dan dapat dipekerjakan di luar negeri dengan kompetensi khusus. Kontribusi perusahaan BUMN terhadap setoran pajak dan dividen juga kian besar.
Perusahaan induk
Salah satu upaya untuk membuat sinergi perusahaan BUMN kian kuat adalah dengan membentuk perusahaan induk BUMN. Perusahaan induk dibentuk sesuai bidang usaha. Dengan menjadi perusahaan induk, neraca keuangan perusahaan meningkat sehingga secara finansial lebih mampu mengembangkan usaha. Kebijakan dan keputusan bisnis terkonsolidasi sehingga terjadi sinergi dan efisiensi usaha.
Lalu, bagaimana mengelola perusahaan BUMN yang akan semakin besar? Sebagai gambaran, aset perusahaan BUMN saat ini Rp 8.092 triliun dengan 143 perusahaan. Kementerian BUMN menginginkan pembentukan perusahaan induk utama (superholding) BUMN untuk mengelola perusahaan BUMN di masa datang.
Idealnya, perusahaan induk utama di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada presiden. Dengan konsep itu, kemungkinan Kementerian BUMN akan dihilangkan dan berubah menjadi perusahaan induk utama BUMN.
Untuk bisa membentuk perusahaan induk utama BUMN, sumber daya manusia di perusahaan BUMN perlu disiapkan. Kesiapan itu mulai dari jajaran direksi sampai dengan karyawan muda.
Tanpa menyiapkan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas, tidak mudah mengelola perusahaan negara yang baik di masa-masa mendatang. Apalagi, untuk bersaing dengan perusahaan lain berkelas dunia. (FERRY SANTOSO)