JAKARTA, KOMPAS — Arus modal diyakini akan masuk ke portofolio pasar keuangan dan pasar modal serta sektor riil Indonesia. Hal itu terjadi karena fundamen perekonomian Indonesia dinilai cukup kuat.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, arus modal yang masuk ke pasar modal dan keuangan Indonesia pada triwulan I-2019 sebesar Rp 85,9 triliun. Jumlah itu terdiri dari dana yang masuk ke pasar saham Rp 10,6 triliun dan pasar keuangan dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Negara (SBN) Rp 75,3 triliun.
Modal masuk pada triwulan I-2019 itu lebih baik dibandingkan dengan triwulan I-2018 yang sebesar Rp 900 miliar.
”Saat ini kondisi pasar negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, sedang bullish karena kondisi fundamen ekonomi terjaga sehingga dinamika Pemilu 2019 hanya riak-riak sesaat,” kata Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman dalam konferensi pers kinerja APBN triwulan I-2019 di Jakarta, Senin (22/4/2019).
Sementara, dari sisi sektor riil, pelaku industri optimistis rencana investasi akan segera direalisasikan seusai penyelenggaraan pemilu.
”Banyak yang kontak saya dan mereka optimistis merealisasikan investasi,” kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia Adhi S Lukman.
Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia Firman Bakri menambahkan, kebanyakan investasi di sektor alas kaki berupa perluasan industri. Iklim politik merupakan salah satu faktor penting untuk menilai kondisi yang kondusif atau keamanan di suatu negara.
Adapun Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono mengatakan, investasi di sektor petrokimia yang sudah direncanakan sebelum pemilu akan segera direalisasikan.
Secara terpisah, Ketua Umum Ikatan Pengusaha Industri Galangan Kapal Indonesia (Iperindo) Eddy K Logam berharap, pemerintah mendorong industri galangan kapal agar bisa lebih baik.
”Kami ingin kapal-kapal yang diproduksi di dalam negeri lebih kompetitif dan kualitasnya lebih baik,” katanya.
Untuk mampu menciptakan kapal-kapal berkualitas, pemerintah berperan penting untuk menghilangkan beban fiskal yang memberatkan industri. Industri juga harus didukung pembiayaan murah.
Risiko tetap ada
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara dalam konferensi pers APBN 2019 menyebutkan, risiko pasar keuangan global masih ada. Namun, risiko itu diperkirakan lebih kondusif dibandingkan dengan 2018.
”Harga aset keuangan terus bergerak naik. Situasi ini akan meningkatkan biaya dana, menurunkan investasi, dan menekan pertumbuhan ekonomi,” kata Suahasil.
Untuk itu, kata Suahasil, pemerintah terus memantau dampak perkembangan pasar keuangan terhadap perekonomian global. Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan dua risiko yang perlu dicermati negara-negara berkembang, yakni peningkatan risiko utang dan arus modal keluar secara tiba-tiba. (KRN/CAS/ARN)