Pertajam Rekornas Dua Kali dan Medali Perak Asia, Bukti Kecepatan Zohri
Oleh
Johanes Waskita Utama
·3 menit baca
DOHA, SENIN — Perlu waktu hampir 10 tahun bagi dunia atletik Indonesia menanti kehadiran seorang pelari jarak pendek yang mampu memecahkan rekor nasional lari 100 meter putra. Rekornas yang diciptakan Suryo Agung Wibowo pada SEA Games Laos 2009 itu, yang juga menjadikannya manusia tercepat di Asia Tenggara, akhirnya dipecahkan oleh anak muda asal Lombok, Lalu Muhammad Zohri.
Zohri mencatat waktu 10,15 detik pada semifinal kedua nomor 100 meter Kejuaraan Asia Atletik 2019 di Doha, Qatar, Senin (22/4/2019) malam. Pelajar yang baru menyelesaikan ujian sekolah menengah atas ini berlari 0,02 detik lebih cepat daripada rekor lama Suryo, yakni 10,17 detik. Dengan hasil itu, Zohri menjadi pelari kedua tercepat dari delapan pelari yang lolos ke final, hanya kalah dari sprinter Jepang, Yoshihide Kiryu.
Pemecahan rekornas yang telah menjadi target Zohri itu ternyata menjadi awal bagi aliran prestasi berikutnya. Tak perlu menunggu lama, pada babak final yang berlangsung pukul 20.20 waktu Doha, atau 20 menit lewat pergantian hari, Selasa (24/4) di Tanah Air, Zohri kembali mempertajam catatan waktunya.
Berlomba di lajur 4, sprinter muda berusia 18 tahun ini menjadi pelari terakhir yang meninggalkan balok start berdasarkan waktu reaksi start. Namun, dia mampu mengatasi ketertinggalan dan dengan cepat bersaing di barisan terdepan. Zohri memimpin hingga 10 meter terakhir sebelum terkejar oleh Kiryu. Pelari terbaik Indonesia ini akhirnya finis di urutan kedua, di belakang Kiryu, dengan waktu 10,13.
Dengan hasil ini, Zohri berhak atas medali perak Kejuaraan Asia sekaligus memecahkan rekornas untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari empat jam. Medali emas direbut Kiryu dengan waktu 10.10 detik, sedangkan medali perunggu dibawa pulang sprinter China, Wu Zhiqiang, dengan waktu 10,18 detik.
Dua pelari, Ryota Yamagata (Jepang) dan Hassan Taftian (Iran), tidak melakukan start. Adapun sprinter Korea Selatan, Kim Kuk-young, terlihat mengalami cedera pada pertengahan lomba dan berjalan tertatih masuk finis.
Membaik
Seusai lomba, Zohri mengucap syukur dan berterima kasih atas dukungan rakyat Indonesia serta kepada PB PASI. Dia mengaku sempat kehilangan konsentrasi dan melambat pada 10 meter terakhir karena memikirkan para pesaingnya pada nomor final, terutama Andrew Fisher (27), pelari kelahiran Jamaika yang kini membela Bahrain. Pelari yang berlomba di jalur lima, di sebelah kanan Zohri ini, memiliki catatan waktu terbaik 9,94 detik.
Iya, saya sempat hilang konsentrasi memikirkan saingan-saingan saya.
Secara umum penampilan Zohri pada Kejuaraan Asia ini terus membaik sejak babak penyisihan hingga final. Dia mencatat waktu 10,26 detik pada babak penyisihan, lalu memperbaikinya dengan memecahkan rekornas menjadi 10,15 detik pada semifinal. Pada final, dia kembali mempertajam rekor nasional dengan selisih 0,02 detik menjadi 10,13 detik.
Zohri mengakui, penampilan terus membaik sejak menjadi juara dunia U-20 di Tampere, Finlandia, tahun lalu. Saat itu dia mencatat waktu 10,18 detik. Adapun saat tampil pada final Asian Games 2018, dia mencatat waktu 10,20 detik. ”Saya akan berusaha untuk berlari lebih baik dan lebuh baik lagi,” ujarnya.
Kesuksesan ini juga tak lepas dari strategi yang diterapkan pelatih sprint Eni Rosita. Pelatih yang baru mendapat penghargaan sebagai pelatih terbaik Asia 2019 dari Asosiasi Atletik Asia ini tidak menurunkan Zohri pada nomor estafet 4 x 100 meter, yang babak penyisihannya berlangsung pada hari yang sama. Eni mengatakan, target Indonesia adalah meloloskan atlet nomor 100 meter ke Olimpiade Tokyo 2020.