Petugas Pemungutan Suara Jakarta Timur Meninggal karena Kelelahan
Nyawa petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara kembali melayang. Kali ini, Rudi Mulia Prabowo (57), ketua KPPS di Tempat Pemungutan Suara 009 Kelurahan Pisangan Baru, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur. Ia meninggal saat bertugas merekapitulasi surat suara Pemilihan Umum 2019.
Oleh
Aguido Adri
·3 menit baca
Nyawa petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara kembali melayang. Kali ini, Rudi Mulia Prabowo (57), ketua KPPS di Tempat Pemungutan Suara 009 Kelurahan Pisangan Baru, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur. Ia meninggal saat bertugas merekapitulasi surat suara Pemilihan Umum 2019.
Keluarga tak menyangka, kepergian Rudi begitu cepat. Keluarga mengantar kepergiannya ke tempat peristirahatan terakhir di TPU Prumpung, Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (23/4/2019). Salah satu keluarga tak kuat menahan kesedihan, lalu pingsan setelah pemakaman.
Nunik, adik ipar Rudi, menuturkan, sebelum meninggal, Senin (22/4/2019) pagi, kakaknya sangat kelelahan dan muntah-muntah dua kali, napasnya tersengal-sengal, dan setelah itu jatuh pingsan. Tidak lama setelah itu, Rudi dibawa ke rumah sakit terdekat. Namun, saat diperiksa dokter, Rudi tidak lagi bernyawa.
”Bapak sudah meninggal, kemungkinan Bapak sudah dipanggil Yang Maha Kuasa saat di rumah,” kata Nunik menirukan pernyataan dokter.
Rudi dua kali menjadi petugas KPPS. Dia mengemban tugas serupa pada Pemilu 2014. Tugas kali ini lebih berat dibanding tugas sebelumnya. H-1 pemilu, Rudi masih mencari tenda untuk mempersiapkan TPS 009. Tidak ada waktu tidur yang cukup bagi Rudi saat itu hingga ajal menjemputnya.
Nunik mengatakan, Rudi sudah mulai terlihat letih saat pemilu berlangsung. Ia hampir pingsan saat bertugas. Tanggung jawabnya sebagai ketua membuatnya berkeras hati untuk bertahan hingga penghitugan suara yang berakhir dini hari dan berlanjut hingga pagi saat kotak suara diantar ke tingkat kecamatan. Ia masih menahan kantuk dan lelah karena harus mengantar kotak suara ke GOR Kecamatan Matraman.
”Saat itu, kakak sudah disuruh istirahat oleh wakil ketua KPPS karena sudah tidak fit dan wajah kakak pucat. Wakil ketua sudah memastikan distribusi kotak suara ke GOR akan diantar olehnya. Namun, kakak tetap bergeming, dia paling konsisten kalau kerja, sampai tuntas,” ujarnya.
Tujuh hari setelah pemungutan suara berakhir, Rudi terbaring lemas dan tidak nafsu makan. Nunik mengatakan, kakaknya mengeluh pusing kepada anaknya. Sang anak pun meminta ayahnya untuk istirahat. ”Papa tidur, ya. Istirahat aja,” kata sang anak.
Dari kejadian yang menimpa Rudi, Nunik berharap, pemilu ke depan semoga lebih fleksibel dan tidak menyatukan pemilihan presiden, DPR, DPD, dan DPRD. ”Surat suara pasti banyak sekali sehingga memerlukan waktu lebih untuk penghitungan. Pemilu kali ini memakan waktu, lebih rumit. Itu tidak efisien,” lanjutnya.
Sementara itu, Ketua KPU Jakarta Timur Wage Wardana mengatakan turut berdukacita atas meninggalnya Rudi dan berterima kasih atas dedikasi yang luar biasa dari kinerja Rudi.
Wage mengatakan, banyaknya petugas yang meninggal dan sakit membuat pihaknya akan menyiapkan tenaga medis di setiap PPK. Selain itu, Pemilu 2019 menjadi evaluasi. Ia pun berharap kejadian ini tidak terjadi lagi pada pemilu ke depan. ”Harapannya, pemilu ke depan tidak digabung seperti ini,” ujarnya.