JAKARTA, KOMPAS — Potongan harga bagi konsumen yang menggunakan hak pilih pada Pemilu 2019 efektif meningkatkan penjualan ritel. Gairah belanja masyarakat pada 17 April melonjak sehingga pendapatan harian pelaku usaha ritel naik. Masyarakat menyerbu pusat perbelanjaan setelah memberikan suara dalam Pemilu 2019.
Berdasarkan data yang dihimpun Kompas sampai dengan Selasa (23/4/2019), pelaku ritel yang membukukan kenaikan omzet paling tinggi adalah sektor makanan dan minuman. Sektor berikutnya adalah busana, gaya hidup, dan hiburan.
”Dibandingkan dengan hari libur biasa, rata-rata pengunjung dan omzet pelaku ritel kira-kira naik tiga kali lipat. Bahkan, ada pelaku ritel yang melaporkan kenaikan hingga 10 kali lipat,” ujar Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Belanja Indonesia Budihardjo Iduansjah, Senin (22/4/2019).
Kendati kenaikan penjualan itu signifikan, Budihardjo belum bisa menyebutkan angka persisnya.
Ada pelaku ritel yang melaporkan kenaikan hingga 10 kali lipat.
Menurut Budihardjo, kenaikan transaksi belanja pada 17 April bisa menjadi momentum yang menunjukkan antusiasme konsumen untuk berbelanja barang-barang ritel di toko fisik.
Salah satu program diskon belanja pada 17 April adalah Klingking Fun. Program itu didukung Kementerian Komunikasi dan Informatika, Badan Ekonomi Kreatif, Tim Percepatan Belanja dan Kuliner Kementerian Pariwisata, serta Jaringan 107 Radio Peduli Pemilu. Ada lebih dari 250 merek yang ikut serta dalam acara ini dengan tawaran potongan harga hingga 50 persen.
Secara umum, Direktur Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan I Gusti Ketut Astawa mengatakan, pola diskon yang ditawarkan pelaku ritel pada hari-H Pemilu 2019 menjadi magnet bagi konsumen. Oleh karena itu, ada potensi peningkatan konsumsi masyarakat terhadap barang dan jasa.
Perkiraan menggunakan perhitungan kasar, transaksi ritel pada Pemilu 2019 menyentuh angka Rp 3 triliun. Perhitungan itu berdasarkan asumsi jumlah orang yang berbelanja sekitar 60 juta orang dengan pembelian minimal Rp 50.000 per orang.
Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman Ringan Triyono Prijosoesilo menambahkan, secara umum, penjualan pada awal tahun ini lebih positif dibandingkan dengan tahun lalu. ”Sepanjang tahun lalu pertumbuhan kami secara volume berkisar 2-3 persen. Tahun ini kelihatannya pertumbuhan agak membaik,” ujarnya.
Pelaksanaan pemilu yang relatif aman, kampanye yang melibatkan banyak orang, dan persiapan hari raya Lebaran, tambah Triyono, juga berdampak positif terhadap permintaan di industri minuman.
”Mulai banyak peritel atau toko-toko yang menyiapkan stok barang. Jadi, kondisi pada triwulan I-2019 ini hingga masuk April lebih positif dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya,” kata Triyono.
Menurut dia, diskon ada yang rutin dan ada yang terkait dengan momen khusus. Diskon mendorong penjualan, khususnya pada periode penjualan yang diperkirakan lesu.
Konsumsi masyarakat dan investasi menjadi harapan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini. Pada 2018, pertumbuhan ekonomi 5,17 persen. Konsumsi rumah tangga tumbuh 5,05 persen pada 2018.
Harapan
Menurut Triyono, periode Lebaran diharapkan pelaku usaha bisa meningkatkan penjualan. Kontribusi penjualan pada masa Lebaran bisa 30 persen dari volume setahun.
”Setelah Lebaran akan jadi tantangan. Sebab, biasanya penjualan turun, kembali normal, dan baru meningkat lagi di akhir tahun saat Natal dan Tahun Baru,” ujarnya.
Anti, bersama suaminya, memanfaatkan program Klingking Fun. Bersama anak-anak, mereka ke pusat perbelanjaan untuk membeli makanan favorit sambil menunjukkan jari kelingking bertinta sebagai tanda menggunakan hak pilih.
”Lumayan, dapat diskon,” kata Anti.
Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia Rachmat Hidayat menuturkan, penyelenggaraan pemilu berdampak positif dalam mendorong konsumsi makanan dan minuman.
”Hal yang jelas mendorong konsumsi adalah pengumpulan massa dan situasi yang damai,” kata Rachmat.
Menurut dia, pemberian diskon meningkatkan minat konsumen untuk berbelanja produk makanan dan minuman. Pelaku industri juga menengarai pertumbuhan daya beli setelah pada 2016 sempat tertekan.
”Pada masa Lebaran kami harap tetap bisa mendongkrak konsumsi cukup signifikan,” ujar Rachmat. (JUD/CAS)