Waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 13.00 pada Minggu (21/4/2019). Ketua Panitia Pemilihan Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Sanusi baru saja beristirahat. Namun, rehat siang itu tak lama.
Oleh
Ingki Rinaldi
·3 menit baca
Waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 13.00 pada Minggu (21/4/2019). Ketua Panitia Pemilihan Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Sanusi baru saja beristirahat. Namun, rehat siang itu tak lama. Sebab, ia sudah ditunggu sejumlah saksi dan petugas yang hendak memastikan penghitungan ulang surat suara sah di salah satu tempat pemungutan suara.
Sanusi kemudian terlibat pembicaraan intens dengan sejumlah laki-laki di sebuah ruangan yang dipenuhi kotak suara di lantai 4 Kantor Kecamatan Kebon Jeruk. Dia berulang kali bertanya tentang ”suara sahnya berapa”, ”suara sah dihitung dulu”, ”udah betul?”, ”disaksikan siapa”, ”di mana ngitung-nya”, ”udah diitung bener?”, ataupun ”bener 185 (jumlah surat suara sah)?”
Setelah Sanusi benar-benar yakin pada jawaban atas sejumlah pertanyaan yang diajukan, ia meminta agar orang tadi meminggirkan tumpukan surat suara yang dibungkus dalam amplop.
”Nanti kita buka satu-satu,” katanya memberi arahan.
Ia lalu menunjuk ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) terkait untuk membuka kertas-kertas suara dimaksud sembari dikelilingi saksi dari peserta pemilu dan perwakilan pengawas pemilu.
Minggu siang itu, PPK Kebon Jeruk melangsungkan proses rekapitulasi penghitungan suara tingkat kecamatan. Sesuai jadwal KPU, tahapan itu berlangsung pada 18 April-4 Mei. Setelah itu, rekapitulasi dan penetapan hasil penghitungan suara di tingkat kabupaten/kota akan dilakukan pada 20 April-7 Mei. Adapun rekapitulasi dan penetapan hasil penghitungan suara di tingkat provinsi bakal dilakukan pada 22 April-12 Mei. Rekapitulasi dan penetapan hasil penghitungan suara pemilu tingkat nasional dan luar negeri dilakukan pada 25 April-22 Mei.
Kesulitan di TPS
Sanusi mengatakan, catatan pertama terkait kesulitan penyelenggaraan Pemilu 2019 memang cenderung berada di KPPS yang bertugas di TPS. Hal itu terutama terjadi saat penjumlahan total suara yang diperoleh peserta pemilu.
Apalagi, pada Pemilu 2019, ada lima surat suara berbeda yang harus dihitung, yakni presiden-wakil presiden, DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota. Di DKI Jakarta, pemilih mendapat empat surat suara karena minus DPRD kabupaten/kota.
Selain itu, kategori pemilih juga beragam, yakni daftar pemilih tetap (DPT), daftar pemilih tambahan (DPTb) untuk yang pindah memilih, dan daftar pemilih khusus untuk mencatat pemilih yang tidak terdaftar di DPT dan DPTb. Kesalahan menulis kategori pemilih juga bisa terjadi di TPS.
”Mereka (KPPS) kurang tahu. Padahal, bimbingan teknis cukup dan diberikan sejelas-jelasnya. Tetapi, faktor kelelahan (membuat kesalahan terjadi). Ada yang kerja sampai pukul 04.00 pagi belum selesai,” kata Sanusi.
Sampai di PPK, kesalahan-kesalahan yang muncul di tingkat TPS lantas diperbaiki. Proses perbaikannya juga tidak bisa disebut sederhana dan singkat.
Sebagaimana dialami Sanusi dan sejumlah saksi serta petugas lain pada siang itu, setiap surat suara mesti dicek kembali untuk memastikan kesalahan penghitungan bisa diperbaiki. Waktu kerja dimulai pukul 08.00 hingga pukul 24.00, terkadang bisa menjadi lebih panjang.
Keletihan ini juga tergambar dari wajah dan perilaku sebagian petugas dan sejumlah saksi pada Minggu siang itu. Aziz, salah seorang saksi yang hari itu bertugas di PPK Kebon Jeruk, mengatakan, hari itu ia baru tidur sekitar dua jam.
Pada salah satu ruangan yang dipakai untuk tempat rehat siang bagi sejumlah saksi tersebut, kata-kata dan frasa seperti ”lempar handuk”, ”error”, dan ”waktunya cukup nggak?” diucapkan beberapa kali.
Dalam perbincangan di antara saksi itu, beberapa kali muncul pula ungkapan ”belum mandi berhari-hari”, ”enggak nafsu makan”, ”enggak pulang”, dan ”kurang tidur”. Para saksi dan petugas itu juga meminta agar kebijakan yang memayungi penyelenggaraan pemilu dipertimbangkan lagi, terutama terkait waktu kerja para petugas di lapangan. Sebab, kelelahan bisa berdampak pada ketelitian bekerja. Tak hanya itu, beban dan tekanan kerja berlebih juga bisa berdampak pada kesehatan mereka.