MAKASSAR, KOMPAS— Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Tolo I di Kabupaten Jeneponto telah rampung dibangun dan sejak akhir tahun lalu sudah masuk dalam sistem jaringan PLN. Beroperasinya PLTB secara penuh menambah kuat kelistrikan PLN Wilayah Sulawesi Selatan, Tenggara, dan Barat yang kini memiliki surplus 400-500 MW. Surplus ini akan menunjang sistem interkoneksi Sulsel-Sultra yang kini dalam pembangunan jaringan.
Operation Asset Manager PT Energi Bayu Jeneponto Amir Hamzah mengatakan, walau belum diresmikan, Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) kedua di Sulsel ini sudah beroperasi penuh. Sulsel memiliki dua pembangkit berbasis energi baru terbarukan, yakni PLTB Sidrap berkapasitas 75 MW dan beroperasi penuh sejak 2018 serta PLTB Tolo 72 MW.
”Kami sudah menguji coba sejak pertengahan tahun lalu dan pada akhir tahun sudah masuk dalam sistem jaringan PLN. Sekarang sudah beroperasi penuh. Saat ini dengan cuaca dan angin yang bagus, pembangkit menghasilkan daya hingga 60 MW,” kata Amir, Senin (23/4/2019), di Makassar.
Terdapat 20 turbin angin di PLTB Tolo dengan kapasitas masing-masing 3,6 MW. Setiap menara mencapai tinggi 138 meter dengan panjang bilah 64 meter. Ini berbeda dari PLTB Sidrap yang menaranya setinggi 80 meter dengan panjang bilah 56 meter.
Investasi pembangunan PLTB Tolo mencapai 160,7 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,2 triliun. Penandatanganan jual beli antara PT PLN dan PT Energi Bayu Jeneponto dilakukan pada November 2016. Pembangunannya lebih cepat dari target, yakni beroperasi pertengahan atau akhir 2019.
Angin segar berembus dari beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Tolo I di Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Humas PLN Wilayah Sulawesi Selatan, Tenggara, dan Barat (Sulselrabar) Eko Wahyu Sasongko mengatakan, operasional PLTB Tolo menambah kekuatan sistem kelistrikan di sana. Saat ini PLN Sulselrabar memiliki daya mampu neto 1.908 MW. Adapun daya mampu pasok 1.438 MW. Dengan beban puncak sekitar 1.131 MW, kelebihan daya listrik mencapai 400-500 MW. Ada 3.003.591 pelanggan di area tersebut.
”Beroperasinya PLTB Tolo tidak hanya membuat rasio elektrifikasi mencapai hampir 100 persen, tetapi juga membuka peluang bagi investasi. Sekarang jika ada investor yang mau masuk, listrik kami berlimpah. Kelebihan ini nantinya juga akan menunjang sistem interkoneksi Sulsel-Sultra. Saat ini masih penyelesaian pembangunan jaringan dan jika tuntas listrik sudah tersedia,” kata Eko.
Selama ini listrik untuk wilayah Sulselrabar dan sebagian Palu dipasok dari sejumlah pembangkit, di antaranya PLTU Barru (100 MW), Punagaya (200 MW), Jeneponto I (200 MW), dan Jeneponto II (250 MW).
Untuk pembangkit hidro, di antaranya PLTA Bakaru (126 MW), PLTA Poso (195 MW), dan sejumlah pembangkit lain dengan kapasitas di bawah 1 MW hingga 20 MW. Selain itu, ada PLTGU di Sengkang pada dua blok dengan kapasitas 135 dan 180 MW. Untuk PLTB , ada Sidrap (75 MW) dan Tolo Jeneponto (72 MW).
PLTB Tolo II
Amir mengatakan, rampungnya PLTB Tolo I akan dilanjutkan dengan pembangunan PLTB Tolo II. Namun, kapasitas PLTB II ini akan bergantung hasil kesepakatan dengan PLN.
”Kami siap membangun jika sudah ada lampu hijau dari PLN,” kata Amir. Listrik yang dihasilkan PLTB Tolo akan disalurkan ke sistem transmisi PLN dengan tegangan 150 kilovolt. Untuk distribusi ini, dibangun satu substasiun Tolo dan modifikasi substasiun PLN Jeneponto.
Proyek pembangunan PLTB Jeneponto melibatkan lebih banyak tenaga kerja lokal dan Indonesia dibandingkan dengan tenaga kerja asing. Setidaknya 90 persen dari 950 tenaga kerja yang terlibat merupakan tenaga kerja Indonesia, termasuk tenaga kerja lokal di Jeneponto dan Sulsel.
Selanjutnya, tenaga kerja asing akan terus dikurangi hingga tinggal satu orang. Begitu pula dengan komponen yang digunakan yang sebagian atau sekitar 42 persen adalah produksi dalam negeri
Proyek PLTB Jeneponto adalah bagian dari program listrik 35.000 MW. Ini adalah pembangkit listrik tenaga bayu kedua terbesar di Indonesia setelah PLTB Sidrap.
Proyek ini juga menjadi bagian dari pengembangan energi baru terbarukan di Indonesia. Potensi angin di Jeneponto memungkinkan proyek ini dilanjutkan ke tahap berikutnya. (REN)