Bertemu Wapres China, Kalla Sampaikan Salam dari Jokowi
Oleh
ANITA YOSSIHARA
·3 menit baca
BEIJING, KOMPAS - Wakil Presiden Jusuf Kalla bertemu Wakil Presiden China Wang Qishan di Kantor Wapres China, Diayutai State Guest House, Beijing, Kamis (25/4/2019). Wapres Kalla mengawali pembicaraan dengan menyampaikan salam dari Presiden Joko Widodo yang tidak bisa hadir dalam forum Prakarsa Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/BRI).
Wapres Kalla beserta rombongan tiba di Diayutai State Guest House sekitar pukul 11.36 waktu setempat. Dalam pertemuan yang didampingi Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Duta Besar LBBP RI untuk RRT Djauhari Oratmangun, Wapres Kalla berbincang-bincang dan makan siang bersama Wang selama lebih kurang satu jam.
Wapres Kalla mengawali pembicaraan dengan menyampaikan salam dari Presiden Joko Widodo. Ia juga menjelaskan pertimbangan Kepala Negara batal hadir ke Forum BRI.
“Seperti Yang Mulia katakan sebelumnya, Bapak Presiden sibuk karena baru saja selesai pemilihan umum sehingga (Presiden) masih sangat penting untuk berada di dalam negeri,” tuturnya.
Wapres Kalla juga berterima kasih atas sambutan hangat Pemerintah China. Hal tersebut menunjukkan bahwa China dan Indonesia merupakan sahabat baik sehingga diharapkan pertemuan bilateral mendatangkan manfaat bagi kedua belah pihak.
Tak lupa Wapres Kalla menyampaikan selamat atas terselenggaranya pertemuan tingkat tinggi BRI. Sebagai negara yang berada di kawasan ini, Indonesia berharap banyak akan adanya manfaat dari terselenggaranya pertemuan penting tersebut.
Sementara Wapres Wang menyampaikan selamat datang kepada delegasi Indonesia. Besarnya delegasi yang datang menunjukkan hubungan persahabatan yang dijalin kedua negara relatif baik.
“Yang Mulia (Wapres Kalla) adalah politikus senior di Indonesia, jadi kami sangat menyambut kedatangan yang mulia,” ujarnya.
Wang juga menceritakan pengalamannya berkunjung ke Indonesia pada tahun 2005 saat dia masih menjabat Wali Kota Beijing. Dalam kunjungannya, Wang diterima langsung oleh Wapres Kalla.
Peningkatan perdagangan
Pertemuan itu juga membahas peningkatan kerja sama di bidang perdagangan, investasi, serta riset dan ilmu pengetahuan. Di bidang perdagangan, Wapres Kalla mengungkapkan bahwa Indonesia masih mengalami defisit perdagangan yang cukup besar. Di sisi lain, Wapres juga mengingatkan kembali bahwa di Port Moresby, Papua Nugini, Presiden Joko Widodo telah meminta akses dari Pemerintah China terhadap beberapa produk pertanian Indonesia.
"Hari ini, kita telah menyepakati dua protokol yaitu mengenai impor buah tropis. Saya harapkan protokol impor tersebut akan dapat segera ditindaklanjuti," ujarnya.
Dua protokol itu ditandangani Menlu Retno Marsudi dengan Menteri Bea Cukai China Ni Yue Feng. Kedua protokol itu berisi kesepakatan perdagangan manggis dan buah naga dari Indonesia.
Lebih jauh, Wapres mengingatkan bahwa mengenai kelapa sawit, sejak pertemuan KTT ke-1 BRI, telah ada kesepakatan bahwa China akan meningkatkan impor minyak sawit dari Indonesia.
"Sebagai produsen sawit terbesar di dunia, Indonesia sangat berharap kiranya komitmen meningkatkan impor sawit Indonesia dapat segera terwujud," ujar Wapres Kalla.
Sementara dalam bidang investasi, kata Wapres, Indonesia sangat mendorong peningkatan hubungan business to business (B to B) dalam rangka pengembangan kerja sama investasi.
"Hari ini saya akan bertemu dengan pebisnis Tiongkok, dan besok akan ada pertemuan bisnis antara pebisnis Tiongkok dan Indonesia," terangnya.
Adapun di bidang riset dan ilmu pengetahuan, Wapres menyambut baik kerja sama yang akan dilakukan antara Institut Teknologi Bandung dengan Tsinghua University. "Indonesia juga ingin meningkatkan kerja sama di bidang pendidikan vokasi," paparnya.
Sebagai informasi, lanjut Wapres, dalam lima tahun ke depan pemerintah Indonesia akan fokus pada pembangunan sumber daya manusia. Menurutnya, pendidikan vokasi merupakan pilar yang sangat penting dalam program pemberdayaan sumber daya manusia. Oleh karena itu, Indonesia dan Tiongkok dapat menjadi mitra Indonesia dalam pengembangan kerja sama pendidikan vokasi.