Sepuluh hari menjelang Ramadan, harga beberapa bahan makanan pokok mulai meningkat di Manado, Sulawesi Utara.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Sepuluh hari menjelang Ramadhan, harga beberapa bahan makanan pokok, seperti telur, cabai, dan bawang merah, mulai meningkat di Manado, Sulawesi Utara. Hal tersebut seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat untuk menyambut puasa.
Di Pasar Bersehati, Manado, pasar induk di ibu kota Sulut tersebut, kenaikan harga dirasakan Inong (46), pedagang telur dan beras. Untuk stok berdagang pada Kamis (25/4/2019), satu baki berisi 48 telur dibeli dengan harga Rp 46.000. Padahal, minggu lalu, jumlah telur yang sama masih bisa didapatnya dengan harga Rp 36.000.
”Minggu lalu, saya masih bisa jual Rp 1.300 per butir, sekarang sudah jadi Rp 1.600 per butir. Pelanggan tambah banyak karena butuh untuk membuat kue selama bulan puasa,” katanya.
Tati (42), pedagang telur lainnya, juga merasakan kenaikan harga yang sama. Meski demikian, permintaan tetap tinggi. ”Banyak pelanggan datang dari luar pulau, seperti Ternate (Maluku Utara) dan Kepulauan Sangihe (Sulut). Mungkin orang butuh untuk buat kue dan gorengan,” katanya.
Harga cabai pun turut melonjak. Iswan (36) mengatakan, harga jual cabai yang dipasok dari Gorontalo itu sebesar Rp 100.000 per kilogram (kg). Harga itu meroket dari sehari sebelumnya yang masih Rp 75.000 per kg. Ia mengambil keuntungan Rp 10.000-Rp 15.000 per kg dari penjualan.
”Rica (cabai) masih Rp 50.000 per kg pekan lalu, kemudian saya jual Rp 60.000. Memang selalu begitu kalau mau (memasuki bulan) puasa. Untungnya masih banyak yang beli karena rica dibutuhkan sehari-hari di rumah dan restoran. Pemasok tidak mau tahu kami untung atau tidak, yang penting kami harus bayar pembelian dari mereka,” kata Iswan.
Sementara harga bawang merah meningkat dari Rp 36.000 per kg menjadi Rp 50.000 per kg. Harga tersebut di atas acuan penjualan di konsumen berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 27/M-Dag/Per/5/2017 tentang Penetapan Harga Acuan di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen.
Namun, operasi pasar belum diadakan di Pasar Bersehati. Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi sebesar 0,69 persen di Manado pada Maret 2019. Salah satu penyebabnya adalah penurunan indeks harga pada kelompok bahan makanan sebesar 3,85 persen.
Bawang merah menyumbang deflasi 0,0432 persen, sementara telur ayam ras sebesar 0,0178 persen. Sebaliknya, cabai rawit berkontribusi pada inflasi sebesar 0,1817 persen.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut Jenny Karouw telah menduga terjadi inflasi setelah deflasi pada Maret 2019. Apalagi, iklim yang tak menentu menyebabkan pengiriman cabai dari Gorontalo dan bawang merah dari Bima, Nusa Tenggara Barat, terhambat. Harga pun berpotensi terus meningkat.
Untuk mengantisipasinya, Jenny akan berkoordinasi dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sulut untuk melaksanakan inspeksi mendadak demi mengatasi penimbunan barang dan operasi pasar. Pihaknya juga akan berkoordinasi dengan Perum Bulog.
”Kami akan minta Perum Bulog untuk juga membantu mendistribusikan cabai dan bawang merah menjelang Ramadhan. Jika ada produksi cabai dari Bolaang Mongondow Utara, kami akan minta Bulog membeli di sana atau meminta mereka menjual langsung ke Pasar Bersehati. Memang yang paling fluktuatif adalah barito: bawang, rica, dan tomat,” kata Jenny.
Ia berharap panen cabai di Sulut bisa terlaksana menjelang Mei. Meski demikian, panen terancam oleh hujan deras yang terus mengguyur Sulut selama beberapa hari terakhir.
Belum belanja
Meski geliat kenaikan harga telah terasa, belum ada aktivitas berarti di masyarakat menjelang Ramadhan. Ivan (50), ibu rumah tangga di Kelurahan Istiqlal, Kecamatan Wenang, mengaku belum berbelanja untuk keperluan puasa. Ia berencana membuat kue-kue kering, tetapi tidak dalam waktu dekat.
Kepala Lingkungan (Rukun Warga) II Istiqlal, Hadijah Latief mengatakan, akan banyak warga dan pedagang dari luar kelurahan yang berjualan takjil di jalan-jalan permukiman pada sore hari. ”Tetapi, persiapan warga biasanya baru dimulai tiga hari atau sehari sebelum bulan puasa dimulai,” katanya.
Sementara itu, di Kelurahan Ternate Baru, Kecamatan Singkil, warga mulai mendirikan tenda besar dari rangka besi dan bambu di lapangan Ketang Baru untuk menggelar Plaza Ramadhan. Naser Ha’u (29), ketua panitia Plaza Ramadhan Ternate Baru, mengatakan, sekitar 30 pedagang makanan ringan, seperti telur gulung, gorengan, dan berbagai minuman, akan membuka lapak di bawah tenda besar tersebut.
Plaza Ramadhan yang telah masuk dalam jadwal promosi Dinas Pariwisata Manado selama 10 tahun berturut-turut itu akan digelar selama 25 hari. Para pedagang sudah menyewa lapak seharga Rp 1 juta. ”Selepas tarawih, masyarakat bisa ke Plaza Ramadhan dari malam sampai subuh sambil menonton perlombaan, seperti grebeg sahur dan qasidahan,” kata Naser.