JAKARTA, KOMPAS — Bank-bank BUMN membukukan pertumbuhan tahunan laba bersih di atas dua angka pada triwulan I-2019. Penyaluran kredit yang menghasilkan pendapatan bunga bersih menopang laba bersih bank milik pemerintah itu.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk membukukan laba bersih Rp 8,2 triliun atau tumbuh 10,42 persen secara tahunan. Adapun laba bersih PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Rp 4,08 triliun atau tumbuh 11,5 persen secara tahunan.
Direktur Utama BRI Suprajarto mengungkapkan, total kredit yang disalurkan BRI sampai dengan akhir Maret 2019 sebesar Rp 855,47 triliun.
Wakil Direktur Utama BRI Sunarso menambahkan, kredit mikro menempati porsi terbesar penyaluran kredit BRI dengan kontribusi 33,21 persen dari portofolio pinjaman. Porsi ini meningkat dibandingkan dengan triwulan I-2018 yang sebesar 33,13 persen.
”Porsi kredit mikro ditargetkan terus meningkat menjadi 40 persen dari portofolio pinjaman pada 2022,” katanya dalam paparan kinerja BRI di Jakarta, Rabu (24/4/2019).
Pertumbuhan kredit mikro antara lain ditunjang digitalisasi proses kredit.
Di tempat terpisah, Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta menyebutkan, kredit yang disalurkan BNI pada triwulan I-2019 sebesar Rp 521,35 triliun atau tumbuh 18,6 persen secara tahunan. Pertumbuhan kredit itu ditopang penyaluran ke korporasi swasta yang tumbuh 23,3 persen secara tahunan menjadi Rp 163,61 triliun dan kredit kepada BUMN yang tumbuh 26,67 persen menjadi Rp 105,72 triliun.
”Kedua segmen ini berkontribusi 51,7 persen terhadap kredit BNI,” ujar Herry.
BNI juga menjaga rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) pada kisaran 91,3 persen pada akhir Maret 2019.
Siasat
Perusahaan BUMN PT Bukit Asam (Persero) Tbk menjual batubara 6,65 juta ton pada triwulan I-2019. Penjualan ini tumbuh 5,6 persen secara tahunan.
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk Arviyan Arifin mengemukakan, tekanan harga batubara masih cukup tinggi. Harga jual rata-rata batubara dalam tiga bulan pertama 2019 turun 13 persen jika dibandingkan triwulan I-2018, yakni dari Rp 887.883 per ton menjadi Rp 772.044 per ton.
”Penurunan harga jual disiasati dengan menjual batubara kalori tinggi yang harga jualnya lebih tinggi dan margin keuntungannya lebih tinggi,” ujar Arviyan.
Adapun PT Astra International Tbk membukukan laba bersih Rp 5,2 triliun pada triwulan I-2019 atau tumbuh 5 persen secara tahunan. Peningkatan kontribusi bisnis jasa keuangan dan kontraktor penambangan serta kontribusi bisnis tambang emas yang baru diakuisisi mendukung kinerja Grup Astra.
”Untuk periode sepanjang tahun ini, Grup Astra diperkirakan masih akan menikmati kenaikan kontribusi bisnis-bisnis tersebut,” kata Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto melalui siaran pers, Rabu. (LKT/LSA/CAS)