JAKARTA, KOMPAS — Otoritas Jasa Keuangan menegaskan, stabilitas dan likuiditas industri keuangan selama triwulan I-2019 dalam kondisi terjaga. Pada awal tahun, kinerja intermediasi perbankan meneruskan tren perbaikan dengan rata-rata pertumbuhan kredit mencapai dua digit.
Hal tersebut merupakan simpulan dari hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang diterima Kompas, Kamis (25/4/2019). Dalam laporan OJK, rata-rata pertumbuhan kredit secara industri pada triwulan I-2019 mencapai 11,5 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Manajemen Strategis OJK Anto Prabowo menuturkan bahwa pertumbuhan kredit sektor pertambangan dan konstruksi meningkat signifikan, masing-masing tumbuh 31,5 persen dan 27,1 persen. Adapun penyaluran kredit untuk industri pengolahan tumbuh 9,5 persen.
Rata-rata pertumbuhan kredit secara industri pada triwulan I-2019 mencapai 11,5 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya.
”Sejalan dengan itu, lanjutnya, penghimpunan dana pihak ketiga juga meningkat 7,18 persen. Profil risiko perbankan juga masih terkendali dengan rasio kredit macet (NPL gross) sebesar 2,51 persen,” ujarnya dalam keterangan tertulis.
Anto menegaskan, pertumbuhan intermediasi tersebut didukung likuiditas perbankan yang terjaga pada level yang memadai. Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan di tiga bulan pertama 2019 meningkat 7,18 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Untuk menjaga tren positif ini, OJK akan terus memantau perkembangan di pasar keuangan, baik global maupun domestik. Otoritas berkomitmen menjaga pertumbuhan intermediasi sektor jasa keuangan nasional dari sentimen negatif yang menjalar di pasar keuangan.
Kenaikan rata-rata kredit secara industri yang dilaporkan OJK mencapai 11,5 persen pada triwulan I-2019, ditopang oleh penyaluran kredit bank badan usaha milik negara (BUMN) yang rata-rata juga tumbuh di atas dua angka (Kompas, 25/4/2019).
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Suprajarto mengatakan, total kredit yang disalurkan BRI hingga akhir Maret 2019 sebesar Rp 855,47 triliun. Total penyaluran kredit ini tumbuh hampir 13 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Wakil Direktur Utama BRI Sunarso menambahkan, kredit mikro menempati porsi terbesar penyaluran kredit BRI dengan kontribusi 33,21 persen dari portofolio pinjaman. Porsi ini meningkat dibandingkan dengan triwulan I-2018 yang sebesar 33,13 persen.
Adapun Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Herry Sidharta menyebutkan, kredit yang disalurkan BNI pada triwulan I-2019 sebesar Rp 521,35 triliun atau tumbuh 18,6 persen secara tahunan.
Pertumbuhan kredit itu ditopang penyaluran ke korporasi swasta yang tumbuh 23,3 persen secara tahunan menjadi Rp 163,61 triliun dan kredit kepada BUMN yang tumbuh 26,67 persen menjadi Rp 105,72 triliun.
Sementara itu, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk juga bisa meningkatkan penyaluran kredit sebesar 20 persen pada triwulan I-2019 menjadi Rp 242 triliun. Pertumbuhan ini menunjang laba bersih yang diraup BTN sebesar Rp 723 miliar.