JAKARTA, KOMPAS — Otoritas Jasa Keuangan optimistis keuangan menjadi salah satu sektor yang memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2019. Oleh karena itu, infrastruktur yang menopang sektor keuangan perlu terus dikembangkan.
Kepala Departemen Perizinan dan Informasi Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Irnal Fiscallutfi dalam seminar bertema ”Prospek Ekonomi dan Pertumbuhan Kredit Pasca-Pemilu 2019” yang diselenggarakan Pefindo Biro Kredit di Jakarta, Rabu (24/4/2019), menyampaikan hal itu.
Selain Irnal, hadir sebagai narasumber Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Perekonomian Iskandar Simorangkir.
Irnal menilai, pada Febuari 2019, kinerja sektor keuangan menunjukkan tren yang positif. Hal itu antara lain ditunjukkan dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) di perbankan yang mencapai 6,5 persen dibandingkan Febuari 2018 dan pertumbuhan asuransi jiwa dan umum. ”NPL perbankan pada Februari 2019 sebesar 2,59 persen,” katanya.
Oleh karena itu, kata Irnal, untuk terus mendorong sektor keuangan untuk memacu pertumbuhan ekonomi, infrastruktur sektor keuangan perlu terus dikembangkan dan diperkuat. Infrastruktur itu meliputi kelembagaan, informasi, regulasi, dan teknologi.
Dalam pengembangan infrastruktur informasi, peran perusahaan biro kredit sebagai lembaga pengelola informasi perkreditan sangat penting. Namun, ia juga mengingatkan agar penggunaan data, terutama data debitor, dilakukan dengan baik dan aman. Penyalahgunaan data bisa dikenai sanksi.
Iskandar mengungkapkan, pada era teknologi digital, informasi menjadi sesuatu yang mahal. Oleh karena itu, dalam mengelola informasi perkreditan, Pefindo harus bisa memiliki nilai tambah dengan memanfaatkan perdagangan secara elektronik.
Melalui perdagangan elektronik (e-commerce), kata Iskandar, perusahaan pengelola informasi perkreditan tidak hanya dapat memperoleh data, tetapi juga mengetahui perilaku pelanggan atau konsumen.
Optimistis
Iskandar optimistis perekonomian nasional pada 2019, terutama setelah pemilu, akan menjadi lebih baik. Di tingkat global, seperti di Amerika Serikat atau China, ia meyakini, para pemimpin dunia tidak menginginkan perekonomian terus menurun.
Di dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak hanya tumbuh, tetapi juga semakin berkualitas. Pemerintah terus membuat berbagai kebijakan untuk mendorong sektor produksi, seperti deregulasi, pemberian insentif, dan kemudahan-kemudahan dalam investasi.
Direktur Utama PT Pefindo Biro Kredit Yohanes Arts Abimanyu mengatakan, sesuai peringkat lembaga internasional, peringkat Indonesia sebagai negara yang mudah mendapatkan akses kredit terus positif. Sebagai gambaran, tahun 2017, Indonesia menduduki peringkat ke-62, tahun 2018 peringkat ke-55, dan tahun 2019 peringkat ke-44.
Sebagai lembaga pengelola informasi perkreditan, lanjut Abimanyu, Pefindo menghimpun data kredit yang bersumber dari lembaga keuangan dan data nonkredit dari beberapa instansi publik. Data tersebut kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk laporan dan skor yang dapat diakses para anggota. Saat ini, jumlah anggota mencapai 180 anggota yang terdiri dari perbankan, perusahaan pembiayaan, perusahaan sekuritas, dan peer to peer lending.