Perjuangan Garis Depan Demokrasi
Siti Asiah (65) duduk di kursi kayu ruang tamu rumahnya. Anak sulungnya, Heri Kurniawan, memberikan penjelasan perihal meninggalnya sang ayah, Selamat Riadi (67), kepada para tamu.
”Kami sudah ikhlas dengan kepergian bapak,” kata Heri kepada Wakil Wali Kota Palembang Fitrianti Agustinda di rumahnya di Kelurahan 20 Ilir, Kecamatan Ilir Timur I, Kota Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (24/4/2019).
Fitrianti mewakili Pemerintah Kota Palembang menyampaikan rasa duka. Selamat adalah 1 dari 11 petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal di Sumsel.
Selamat meninggal dalam keadaan koma di RS RK Charitas, Selasa (16/4) dini hari. Penyebabnya kelelahan.
Selamat yang juga Ketua KPPS TPS 31 Kelurahan 20 Ilir ini sudah berpengalaman. Tiga puluh tahun ia selalu ditunjuk sebagai panitia penyelenggara, hingga tubuh pensiunan PNS Dinas Perhubungan Sumsel itu akhirnya dibopong pulang ke rumah dari kelurahan tempat ia rapat persiapan pemilu, sebelum dibawa ke rumah sakit.
Heri tak menyalahkan pemilu sebagai penyebab kepergian ayahnya. ”Ini takdir, kami ikhlas,” katanya.
Di Purwakarta, Jawa Barat, Ai (40), warga Kampung Gardu, Kiarapedes, menunjukkan piagam penghargaan bertulis nama mendiang suaminya, Carman (45). Piagam itu dari Gubernur Jabar.
Carman meninggal di lokasi TPS 01 pada Rabu malam saat rekapitulasi suara. Penjaga meja pencelupan tinta itu mengeluh sakit Selasa malam dan dikeroki Ai. Setelah itu, dengan semangat ia bergegas ke TPS.
Pada Rabu sore, seusai pencoblosan, ia sempat pulang makan. Diminta istirahat, Carman menolak. ”Saya enggak mau berhenti, saya sudah janji. Kerjaan diberesin segera saja,” kata Ai menirukan suaminya.
Itulah kalimat terakhir yang ia dengar dari Carman. Anaknya, Rizki (13), sempat memotret ayahnya saat berjaga: berbaju hijau berpeci putih.
Di Bandung, saat berpidato belasungkawa, Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, ”Pemilu kali ini sangat mahal harganya. Mereka mewakafkan waktu untuk menjalankan tugasnya. Ini merupakan harga yang harus dibayar demi melaksanakan pemilu yang kata dunia internasional merupakan pesta demokrasi yang paling rumit di muka bumi.”
Sebagai antisipasi risiko kefatalan, Kamil meminta semua kepala daerah memfasilitasi petugas pemilihan umum dalam layanan kesehatan, baik dari rumah sakit daerah maupun fasilitas kesehatan lain. Dia juga mengharapkan warga menghargai petugas yang gugur dengan menjadikan situasi kondusif dan rukun.
Di Jabar tercatat 49 petugas KPPS meninggal. Hal itu meliputi anggota KPU, polisi, dan petugas KPPS.
Di tengah segala sorotan, Pemilu 2019 ini dijalani penuh semangat oleh para panitia dan petugas keamanan. Bahkan, sebagian sampai lupa waktu dan mengabaikan kondisi tubuh.
Salah satunya dialami Dedi Suandi (59). Anggota Pengawas Pemilu tingkat desa di Desa Sukajadi, Kabupaten Bogor, Jabar, itu terbaring di rumahnya.
Ia tumbang pada hari pencoblosan dan istirahat total sejak itu. ”Dokter menyarankan saya istirahat. Tekanan darah saya 140/90 dari biasanya 110/70,” katanya. Langganan menjadi penyelenggara pemilu sejak tahun 1982, baru kali ini ia tumbang.
Merespons kondisi memprihatinkan itu, Kementerian Kesehatan mengeluarkan surat edaran tertanggal 23 April 2019. Isinya ditujukan kepada kepala dinas di level provinsi hingga kepala puskesmas agar membantu menjaga kesehatan para petugas penyelenggara pemilu.
”Sejak (Selasa) kemarin, pihak dinas kesehatan dan puskesmas mendatangi panitia pemilihan di kecamatan yang sedang merekapitulasi suara,” kata komisioner KPU Provinsi Bali, Gede John Darmawan.
Evaluasi
Ketua KPU Bogor Samsudin mengatakan, evaluasi penyelenggaraan pemilu memang perlu dilakukan untuk mencegah banyaknya petugas sakit atau meninggal. ”Petugas nyaris tidak bisa istirahat,” katanya. Di Bogor, enam petugas meninggal dan sebagian lagi sakit.
Hal sama diungkapkan komisioner Bawaslu Jawa Tengah, Rofiuddin. Namun, saat ini Bawaslu Jateng masih akan berkonsentrasi mengawal pemilu.
”Evaluasi secara keseluruhan tentu diperlukan. Sementara ini kami fokus mengawal proses pemilu,” tuturnya.
Di Jateng, hingga 23 April 2019 terdapat 97 petugas penyelenggara pemilu yang sakit dan 25 meninggal.
Mengantisipasi proses pemilu yang masih berlangsung, KPU Jabar menempatkan petugas kesehatan di kecamatan-kecamatan yang sedang mengadakan penghitungan suara. Para petugas bekerja di bawah tekanan tinggi karena tuntutan kesempurnaan.
”Sekarang, warga mengawasi lewat media sosial. Karena itu, petugas tertekan karena harus melakukan semuanya dengan benar. Mereka juga memaksa diri karena ingin menjalankan tugas dengan baik,” tutur Ketua KPU Jabar Rifqi Ali Mubarok.
Evaluasi terus digaungkan para pihak, begitu pula soal perlunya santunan kepada para penyelenggara pemilu yang meninggal. Namun, lebih dari itu, yang juga penting adalah bagaimana publik menghargai pengorbanan mereka yang ada di garis depan demokrasi itu.
”Sebagai warga negara yang baik, tugas suami saya sudah diselesaikan. Tapi, sebesar apa pun honor KPPS tidak akan bisa menggantikan suami saya,” kata Suwarni Ibrahim (56), istri almarhum Said Hassan (57), anggota KPPS di Kelurahan Komo Luar, Wenang, Manado. Said meninggal hari Minggu lalu.
Secara nasional, data KPU Pusat hingga Rabu (24/4) pukul 15.15 ada 144 petugas KPPS yang meninggal dan 883 orang sakit.
(RAM/MEL/XTI/RTG/VAN/GIO/IRE/RTS/TAM/OKA/COK)