Republika kembali menggelar malam penganugerahan Tokoh Perubahan Republika 2018 di Ballroom Djakarta Theater, Jakarta , Rabu (24/4/2019) malam, dengan tema “Merajut Persatuan untuk Kejayaan Bangsa”. Tema ini menunjukkan pentingnya persatuan di tengah dikotomi masyarakat karena perbedaan pandangan politik dalam pesta demokrasi.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DHANY
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Harian Republika kembali menggelar malam penganugerahan Tokoh Perubahan Republika 2018 di Ballroom Djakarta Theater, Jakarta, Rabu (24/4/2019) malam, dengan tema ”Merajut Persatuan untuk Kejayaan Bangsa”. Tema ini menunjukkan pentingnya persatuan di tengah dikotomi masyarakat karena perbedaan pandangan politik dalam pesta demokrasi.
Tokoh Perubahan Republika sudah dimulai sejak 2005 dengan tujuan menularkan inspirasi kebaikan kepada masyarakat luas. Penerima penghargaan pada tahun ini yaitu Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho, Rektor Universitas Muhammadiyah Sorong Rustamadji, Direktur Wahid Institute Yenny Wahid, Ketua Dewan Syuro Takmir Masjid Jogokariyan Ustaz Muhammad Jazir, dan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Bahlil Lahadalia.
Komisaris Utama Republika Erick Thohir mengatakan, Indonesia patut berbangga karena tidak kehabisan tokoh-tokoh hebat dalam pengembangan dan pembangunan masyarakat Indonesia. Di tengah kontestasi politik yang penuh perbedaan, ada tokoh luar biasa yang tetap bekerja dengan dedikasi serta integrasi.
”Persatuan sangat penting di tengah kondisi dikotomi saat ini. Jangan sampai berlarut-larut dan mengarah ke perpecahan bangsa. Kemajuan dan kejayaan bangsa Indonesia akan terwujud dengan persatuan. Seluruh elemen bangsa harus bersatu menyongsong masa depan bangsa Indonesia,” ucap Erick.
Sementara Pemimpin Redaksi Republika Irfan Junaidi menambahkan, merajut persatuan untuk kejayaan bangsa sangat penting untuk disuarakan. Oleh karena itu, keterbelahan di masyarakat harus segera diakhiri.
Arti perubahan
Tokoh-tokoh yang menerima penghargaan diharapkan menjadi cerminan semangat persatuan dan kesatuan. Mereka punya pendapat sendiri tentang perubahan. Intinya, mereka ingin perubahan itu menjadi inspirasi sekaligus motivasi bagi sesama.
Persatuan sangat penting di tengah kondisi dikotomi saat ini. Jangan sampai berlarut-larut dan mengarah ke perpecahan bangsa. Kemajuan dan kejayaan bangsa Indonesia akan terwujud dengan persatuan. Seluruh elemen bangsa harus bersatu menyongsong masa depan bangsa Indonesia. (Erick Thohir, Komisaris Utama Republika)
Rustamadji, misalnya, berpendapat, perubahan yang dilakukan dalam bidang pendidikan di Sorong, Papua, merupakan karya besar hasil kerja sama. Universitas yang didirikan berguna dan melahirkan sumber daya manusia yang berkompeten untuk membangun Papua.
”Sebuah karya besar yang dihasilkan oleh tim yang kuat. Semua untuk menunjukkan orang Papua bisa dan mampu,” ujarnya.
Sementara Yenny Wahid menuturkan, perdamaian dan toleransi harus terus diperjuangkan. Perjuangan itu bisa dalam banyak hal. Salah satunya, mengembangkan desa damai agar kaum ibu mendapat akses permodalan untuk perbaikan dan perubahan ekonomi ke arah yang semakin baik.
Lain halnya dengan Sutopo Purwo Nugroho. Ia bertanya kepada diri sendiri tentang kepantasan menerima penghargaan.
”Apakah pantas saya jadi tokoh perubahan 2018? Saya ingin bisa menginspirasi aparatur sipil negara di seluruh Indonesia untuk berdedikasi. Bagi saya, perubahan adalah hal yang alami. Contohnya, gempa dan erupsi terjadi karena alam mengeluarkan energi. Hidup kita juga begitu. Jika ingin perubahan yang baik, harus berjuang,” ucap Sutopo.