Bali Safari Park Jadi Rumah Baru bagi 40 Ekor Jalak Bali
Bali Safari and Marine Park menjadi rumah baru bagi 40 jalak atau curik bali (”Leucopsar rothschildi”). Burung hasil penangkaran itu dilepasliarkan untuk meningkatkan populasinya di alam liar.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA
·3 menit baca
GIANYAR, KOMPAS — Bali Safari and Marine Park di Bali menjadi rumah baru bagi 40 jalak atau curik bali (Leucopsar rothschildi), Jumat (26/4/2019). Burung hasil penangkaran itu dilepasliarkan untuk meningkatkan populasinya di alam liar.
Jalak bali adalah satwa endemik yang tinggal di Taman Nasional Bali Barat, Bali. Namun, satwa yang menjadi lambang Provinsi Bali ini masuk kategori kritis. Punya ciri khas berbulu putih dengan pelupuk mata berwarna biru, burung ini masuk dalam Apendiks I Konvensi Perdagangan Internasional untuk Flora dan Satwa Liar (CITES). Perburuan oleh manusia menjadi salah satu penyebab berkurangnya populasi jalak bali di alam.
Pelepasliaran jalak bali itu dihadiri Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, Wakil Kepala Polda Bali Brigadir Jenderal (Pol) I Wayan Sunarta, General Manager Bali Safari and Marine Park Thomas Colbert, serta pendeta Hindu Ida Pedanda Nyoman Tembuku Manuaba. Pelepasliaran jalak bali juga diikuti perwakilan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bali dan para kepala desa dari tiga desa di sekitar Bali Safari and Marine Park.
”Kami berharap kehadiran jalak bali dan keberadaan burung liar dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Bali,” kata Tony Sumampau, inisiator pelepasliaran jalak bali yang juga Ketua Asosiasi Pelestari Curik Bali (APCB), di sela-sela seremoni pelepasliaran jalak bali di Bali Safari and Marine Park, Jumat (26/4/2019).
Tony mengatakan, jalak yang dilepaskan ini berasal dari fasilitas penangkaran di Bali Safari and Marine Park, yakni Bali Starling Breeding Center. Pelepasliaran jalak bali itu disertai penandatanganan komitmen bersama pelestarian burung dan satwa liar, terutama di kawasan tiga desa sekitar Bali Safari and Marine Park, yakni Desa Medahan, Desa Lebih, dan Desa Serongga. Dia yakin, semuanya bisa ikut menjaga keberadaan jalak bali di alam liar.
Menurut Tony, jalak bali pernah dalam kondisi memprihatinkan pada tahun 2005. Saat itu, populasinya di kawasan Taman Nasional Bali Barat diperkirakan tersisa lima ekor. Namun, lewat penangkaran dan pelepasliaran yang dilakukan berulang kali, populasi jalak bali bertambah hingga mencapai ratusan ekor di alam.
Pemilihan kawasan Bali Safari and Marine Park sebagai lokasi penangkaran dan pelepasliaran jalak bali bukan tanpa alasan. Tony mengatakan, semuanya sudah melalui kajian daya dukung habitat. Di kawasan ini ditemukan 38 spesies burung dari 19 famili. Bali Safari and Marine Park, menurut Sekretaris APCB Keni Sultan, memiliki daya dukung yang baik untuk pengembangbiakan satwa liar, termasuk jalak bali.
General Manager Bali Safari and Marine Park Thomas Colbert mengatakan, penangkaran menjadi upaya ikut menjaga dan melestarikan keberadaan jalak bali. ”Kami berharap semakin sering ada burung yang terbang bebas di alam dan bertengger di pohon,” kata Thomas.
Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, yang biasa disapa Tjok Ace, menyatakan, penangkaran dan pelepasliaran jalak bali menjadi upaya bersama menjaga kelestarian alam. Dia menilai, semuanya sejalan dengan arah kebijakan dan program Pemerintah Provinsi Bali untuk menjaga kelestarian lingkungan.
”Terima kasih kepada Bali Safari and Marine Park dan seluruh institusi yang terlibat konservasi karena bersama-sama menjaga dan melestarikan alam Bali dan ekosistemnya,” katanya.