Pengenalan terhadap semua potensi bencana diharapkan mampu mengantarkan semua pihak menentukan upaya pencegahan dan penyelamatan dini di Indonesia. Edukasi kesiapsiagaan bencana harus selalu ditingkatkan sebagai modal awal untuk menyelamatkan nyawa secara mandiri.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
NGAMPRAH, KOMPAS – Pengenalan terhadap semua potensi bencana diharapkan mampu mengantarkan semua pihak menentukan upaya pencegahan dan penyelamatan dini di Indonesia. Edukasi kesiapsiagaan bencana harus selalu ditingkatkan sebagai modal awal untuk menyelamatkan nyawa secara mandiri.
Hal itu dikatakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo dalam peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jumat (26/4/2019). Dia mengatakan, semuanya sangat diperlukan tumbuh di Indonesia karena potensi bencananya beragam dan tinggi.
Tahun 2018, misalnya, Indonesia mengalami bencana hingga 2.572 kali. Korban jiwa dan hilang mencapai 4.814 orang. Selain 21.064 orang terluka, lebih dari 10 juta jiwa mengungsi. Semua kejadian itu menimbulkan kerugian hingga lebih dari Rp 100 triliun.
Untuk meminimalisir korban dan kerugian, tutur Doni, pendidikan dini untuk membekali masyarakat dalam pengenalan bencana di setiap daerah sangat diperlukan. Tidak hanya pemasangan rambu dan jalur evakuasi, dia berharap, pelatihan evakuasi terus dilakukan agar warga tidak panik dalam menghadapi bencana.
Menurut Doni, peningkatan kapasitas masyarakat tersebut, kerjasama antar elemen mulai dari akademisi, wirausaha, pemerintah, komunitas dan media perlu diterapkan. Setiap aspek meningkatkan kapasitas warga dan infrastruktur untuk menghadapi bencana.
“Kata kuncinya gotong royong, sebagai implementasi dari Pancasila untuk menghadapi ancaman. Beberapa bencana di Indonesia berulang, dari puluhan tahun hingga ribuan tahun. Jadi, pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan manajemen penyelamatan dan latihan evakuasi,” tuturnya.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang turut menghadiri kegiatan ini menuturkan, peningkatan kapasitas warga agar bisa melakukan evakuasi secara mandiri mampu mengurangi korban jiwa. Dia berujar, pendidikan terhadap relawan dan masyarakat mampu meningkatkan pengetahuan diri dan kesiapan dalam menghadapi bencana.
“Pelajaran bisa diambil dari gempa di Jepang tahun 1995. Waktu itu, hanya 30 persen masyarakat selamat dari gempa secara mandiri. Sedangkan 70 persen sisanya selamat berkat pertolongan petugas dan tetangga. Dari sana, kita bisa melihat betapa pentingnya kemampuan penyelamatan diri. Jika semuanya bisa mandiri, tentu korban selamat akan lebih banyak,” katanya.
Kamil bersyukur kegiatan ini dilaksanakan di Lembang, tepatnya di sekitar Patahan Lembang, dengan melibatkan ribuan relawan kebencanaan. Dengan pengenalan Patahan Lembang, dia berharap masyarakat bisa lebih mengetahui potensi bencana di daerah ini.
Patahan Lembang merupakan fenomena kebumian yang menjadi potensi ancaman di kawasan Bandung Raya. Patahan ini membelah kawasan Utara Bandung sepanjang 29 kilometer dan dekat dengan Gunung Tangkuban Perahu yang masih aktif. Patahan ini mampu mengeluarkan gempa dengan kekuatan hingga Magnitudo 7. “Kalau ini terjadi, hampir separuh Kota Bandung rusak,” ujar Kamil.
Peran ibu
Pendidikan dini di keluarga menjadi atensi besar dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana. Doni menjelaskan, perempuan dan kaum ibu dipilih karena memiliki sifat melindungi, menjadi sosok pembelajar dan aktif dalam kelompok sosial. Dia menuturkan, selama ini perempuan termasuk salah satu kelompok yang paling banyak menjadi korban bencana.
Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB Bernardus Wisnu Widjaja menambahkan, penelitian menunjukkan perempuan dan anak-anak berisiko meninggal 14 kali lebih besar dibandingkan laki-laki dewasa.
“Bahkan, saat Tsunami 2004 melanda Aceh, 60 persen lebih korban bencana adalah perempuan dan kebanyakan meninggal bersama anaknya. Ini sudah fitrah perempuan untuk melindungi keluarga. Karena itu, perempuan menjadi prioritas dalam peningkatan kemampuan dini dalam menghadapi bencana,” ujarnya.