Keuntungan petambak keramba jaring di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, berpotensi menyusut diganggu tingginya populasi eceng gondok. Sebagian pemilik keramba bahkan memilih mengosongkan kolam untuk mencegah kematian pada ikan lebih banyak.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
PURWAKARTA, KOMPAS—Keuntungan petambak keramba jaring di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, berpotensi menyusut diganggu populasi eceng gondok yang tak terkendali. Sebagian petambak bahkan memilih mengosongkan keramba untuk mencegah kematian pada ikan lebih banyak.
Pada Jumat (26/4/2019), ratusan keramba jaring apung di kawasan Zona 1 dan Zona 2 Waduk Jatiluhur dikepung rimbunan eceng gondok. Gulma air itu seperti karpet, kecuali ada aliran air dari perahu atau hujan yang menggesernya.
Ketua Kelompok Petani Ikan Anserta Jatiluhur Taofik Hidayat mengatakan, kondisi itu terjadi sejak Februari 2019. Jumlah eceng gondok kian banyak saat hujan deras. Dia yakin, gulma itu berasal dari waduk lain di sekitar Jatiluhur, seperti Cirata dan Saguling.
Kondisi ini perlahan menggerus produktivitas produktivitas ikan. Taofik mencontohkan, dalam satu petak keramba berukuran 7 meter x 7 meter, idealnya ditanami 1 kuintal benih ikan mas. Saat panen 2-3 bulan kemudian, petambak normalnya bisa mendapat 1,2 ton.
Dengan harga ikan mas Rp 24.000 per kilogram, maka petambak bisa mendapatkan Rp 28,8 juta. Setelah dikurangi modal pembelian pakan sebanyak 2 ton senilai Rp 17,4 juta dan bibit Rp 3,7 juta, petambak bisa untung Rp 7,7 juta.
Akan tetapi, keuntungan itu berpotensi berkurang bila populasi eceng gondok sulit dikontrol. Taofik mengatakan, petambak hanya bisa panen sekitar 1 ton atau setara Rp 24 juta. Bila dikurangi modal pembelian pakan dan bibit, petambak hanya untung Rp 2,9 juta.
Tak ingin merugi, Hendrik, karyawan Kelompok Petani Ikan Bina Karya Remaja Jatiluhur mengatakan, sebagian petambak memilih mengosongkan keramba. Dia mencontohkan, ada petani ikan yang memiliki delapan petak kolam tapi hanya setengah yang ditanami ikan. Mereka khawatir merugi bila memaksakan menanam saat populasi eceng gondok sangat mengkhawatirkan.
Keberadaan eceng gondok, menurut Sekretaris Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Purwakarta Ade M Amin, ikut memengaruhi penurunan produktivitas ikan. Eceng gondok melengkapi masalah sebelumnya seperti jumlah keramba yang terlalu banyak di Jatiluhur. Data Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Purwakarta menyebutkan, produksi ikan air tawar di keramba jaring apung Jatiluhur mengalami penurunan. Tahun 2016 total produksi sebanyak 64.900 ton, 58.599 ton (2017), dan 54.657 ton (2018).
Menjadi pakan
Akan tetapi, populasi berlimpah eceng gondok menjadi berkah bila dimanfaatkan dengan tepat. Tajudin (35), petambak Kampung Tarumasari, Desa Jatimekar, Jatiluhur, memanfaatkan eceng gondok sebagai pakan ikan.
Ia mengeringkan atau mencacah eceng gondok di pinggiran atas keramba sampai membusuk. Meski tidak berpengaruh signifikan dalam penghematan harga pakan. Menurutnya, hal itu cukup efektif mengurangi kematian ikan karena jumlah eceng gondok di sekitar kolam.
Peneliti dari Pusat Penelitian Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Gadis Sri Haryani menyampaikan, eceng gondok dapat bermanfaat sebagai pakan ikan, terutama akarnya. Selain itu, eceng gondok juga berfungsi sebagai tempat berlindung ikan dari pemangsa sekaligus tempatnya menempelkan telurnya.
Akan tetapi, bila jumlahnya berlimpah, eceng gondok bisa menghambat penetrasi oksigen ke perairan. Kondisi itu membuat oksigen terlarut berkurang, khususnya pada malam hari. Bila dibiarkan, hal itu membuat ikan kekurangan oksigen dan memicu kematian. Ikan di luar keramba memiliki kesempatan mencari tempat lain yang kaya oksigen. Namun, ikan keramba tidak memiliki pilihan.
Selain itu, Gadis mengatakan, eceng gondok yang mati dan menumpuk di dasar perairan juga jadi masalah. Secara alami, akan ada aktivitas bakteri atau mikororganisme yang mengurainya. Aktivitas itu menyebabkan kandungan oksigen semakin berkurang.