JAKARTA, KOMPAS — Industri perbankan di Indonesia masih mengandalkan penyaluran kredit dalam meraup laba. Laba itu sebagian besar ditopang pendapatan bunga bersih dari kredit yang terus meningkat.
Meskipun demikian, bank yang meningkatkan transaksi digital bagi nasabahnya juga mulai meraih pendapatan nonbunga atau pendapatan berbasis biaya.
PT Bank Central Asia Tbk dan entitas anak usahanya membukukan laba bersih Rp 6,1 triliun pada triwulan I-2019. Laba bersih itu tumbuh 10,1 persen secara tahunan.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dalam paparan kinerja di Jakarta, Kamis (25/4/2019), mengemukakan, pendapatan bunga bersih triwulan I-2019 tumbuh 11,2 persen secara tahunan. Pendapatan berbasis biaya juga tumbuh.
”Ada peningkatan transaksi 25,8 persen, terutama didukung pertumbuhan mobile banking dan internet banking,” katanya.
Per akhir Maret 2019, kredit yang disalurkan BCA mencapai Rp 532 triliun. Dari jumlah itu, sebesar Rp 207,8 triliun berupa kredit korporasi yang tumbuh 15,8 persen dalam setahun.
Terkait dengan langkah BCA mengakuisisi PT Bank Royal Indonesia, menurut Jahja, hal itu sejalan dengan upaya BCA mengembangkan bank fokus. ”Kami sedang mempelajari dan mencari fokus bisnis yang cocok yang bisa menambah nilai untuk BCA,” ujarnya.
Kredit yang disalurkan BCA mencapai Rp 532 triliun. Dari jumlah itu, sebesar Rp 207,8 triliun berupa kredit korporasi yang tumbuh 15,8 persen dalam setahun.
Sementara itu, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk membukukan laba bersih Rp 507 miliar pada triwulan I-2019. Laba bersih ini dihitung setelah penggabungan SMBC dengan BTPN yang resmi dilakukan pada 1 Februari 2019.
Aset per 31 Maret 2019 sebesar Rp 192,2 triliun, sedangkan kredit yang disalurkan Rp 139,84 triliun. Nilai aset dan kredit ini penggabungan neraca BTPN dan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI).
Pertumbuhan kredit ini, menurut President and CEO Bank BTPN Ongki Wanadjati Dana, ditopang segmen korporasi, usaha kecil dan menengah, pembiayaan konsumen, dan pembiayaan prasejahtera produktif.
”Segmen korporasi merupakan hal yang baru bagi BTPN,” kata Ongki.
Sebelum merger, kredit korporasi merupakan segmen bisnis kredit SMBCI.
Executive Vice President, Head of Wholesale Banking Group BTPN Nathan Christianto menambahkan, kendati ada proyeksi perdagangan dunia akan turun pada tahun ini, pembiayaan perdagangan diyakini tidak turun. Apalagi pembiayaan perdagangan tak hanya terkait dengan ekspor-impor, tetapi juga perdagangan domestik.
Sementara itu, PT Bank CIMB Niaga Tbk dalam siaran persnya memaparkan, laba bersih konsolidasi Rp 944 miliar pada triwulan I-2019 atau tumbuh 7,6 persen secara tahunan. Aset per akhir Maret 2019 sebesar Rp 262,82 triliun.
”Strategi CIMB Niaga mendatang adalah fokus pada segmen kredit pemilikan rumah serta kredit usaha kecil dan menengah,” kata Presiden Direktur CIMB Niaga Tigor M Siahaan. (LKT/IDR)