Bursa saham di Asia turun pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (26/4/2019). Hal itu terjadi di tengah bertahannya posisi dollar AS di dekat level tertingginya dalam dua tahun terhadap mata uang euro.
Oleh
BENNY DWI KOESTANTO
·3 menit baca
TOKYO, JUMAT — Bursa saham di Asia turun pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (26/4/2019). Hal itu terjadi di tengah bertahannya posisi dollar AS di dekat level tertingginya dalam dua tahun terhadap mata uang euro terkait spekulasi adanya data yang akan menunjukkan bahwa ekonomi AS unggul atas semua negara maju.
Euro turun 1 persen pada pekan ini di level 1,1133 per dollar AS karena data ekonomi zona euro yang terus mengecewakan. Terhadap sejumlah mata uang, dollar AS menguat 0,8 persen pada pekan ini di level 98,128 setelah menyentuh level tertingginya sejak Mei 2017.
Pada saat yang sama, posisi yen menguat menjelang masa liburan, saat sebagian besar pasar Jepang tutup selama enam hari perdagangan penuh. Masyarakat Jepang bakal menikmati liburan selama 10 hari, mulai 27 April hingga 6 Mei 2019, terkait perayaan penyerahan takhta kekaisaran dari Akihito kepada Putra Mahkota Naruhito.
Istirahat yang sangat panjang telah membuat investor khawatir akan ada kondisi flash crash, seperti terjadi pada awal Januari, yang mendorong yen lebih tinggi dalam hitungan menit.
Dollar AS turun di 111,51 yen setelah merosot 0,5 persen semalam, tetapi didukung di tempat lain oleh data yang solid pada pesanan barang modal AS. Kenaikan yen dan beberapa data ekonomi campuran Jepang mendorong indeks Nikkei turun 0,7 persen. Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,1 persen.
Suasana mungkin akan mereda pada akhir pekan ini, khususnya jika data produk domestik bruto (PDB) AS terbukti memperlihatkan optimisme yang sama dengan yang sekarang diperkirakan beberapa orang. Sederetan data yang kuat telah menyebabkan para analis merevisi perkiraan mereka terhadap pertumbuhan dan median terbaru yang disurvei Reuters, yakni sebesar 2,0 persen secara tahunan.
Perkiraan PDB dari Atlanta Federal Reserve yang dipantau secara cermat memproyeksikan hasil 2,7 persen, sebuah perubahan besar dari beberapa pekan lalu ketika turun di 0,5 persen. Namun, pembalikan arah positif itu belum tecermin dalam inflasi yang terjadi di sebagian besar negara maju sehingga mendorong sejumlah bank sentral untuk mengubah proyeksi mereka.
Baru pekan ini, bank-bank sentral di Swedia dan Kanada telah mendukung rencana pengetatan, sementara Bank of Japan mencoba menghilangkan keraguan tentang sikap akomodatifnya dengan berjanji mempertahankan suku bunga pada level super rendah untuk setidaknya satu tahun lagi. Wakil Presiden Bank Sentral Eropa Luis de Guindos, Kamis lalu, membuka pintu untuk mencetak uang lebih banyak jika diperlukan untuk meningkatkan inflasi di zona euro.
Pemotongan suku bunga terlihat jauh lebih mirip di Australia dan Selandia Baru setelah laporan inflasi yang mengecewakan baru-baru ini. The Federal Reserve mengadakan pertemuan kebijakan minggu depan dan diharapkan dalam pertemuan itu bank sentral AS menegaskan kembali sikapnya. Sebuah jajak pendapat kantor berita Reuters dari para analis, Kamis lalu, memperlihatkan, sebagian besar orang percaya bahwa The Fed akan tetap menerapkan kebijakan ketatnya.
Bursa Wall Street berakhir, Kamis, secara variatif setelah serangkaian laporan pendapatan dikeluarkan. Indeks Dow turun 0,51 persen, sedangkan S&P 500 kehilangan 0,04 persen, dan Nasdaq bertambah 0,21 persen. Saham Amazon.com Inc menguat karena perusahaan itu melaporkan laba kuartal pertama yang melampaui estimasi. Saham Facebook Inc dan Microsoft Corp melonjak setelah mereka melaporkan hasil yang lebih baik dari perkiraan. Adapun saham Intel Corp turun tajam setelah pembuat cip itu memperkirakan pendapatan kuartal saat ini di bawah perkiraan.
Di pasar komoditas, minyak mentah Brent mengalami aksi ambil untung setelah mencapai level 75 dollar AS per barel pada Kamis lalu. Level harga itu merupakan yang pertama kalinya dalam hampir enam bulan menyusul penangguhan beberapa ekspor minyak mentah Rusia ke Eropa.
Minyak mentah Brent berjangka kehilangan 20 sen ke level 74,15 dollar AS per barel. Sementara minyak mentah AS terakhir turun 24 sen level 64,97 dollar AS per barel. (REUTERS)