Jumlah Petugas yang Sakit dan Meninggal di Jawa Tengah Bertambah
Meninggalnya Carsono (40) menambah panjang daftar jumlah petugas penyelenggara pemilu yang gugur di Jawa Tengah.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
BREBES, KOMPAS -- Jumlah petugas penyelenggara pemilu yang sakit dan meninggal dunia di Provinsi Jawa Tengah terus bertambah. Hingga Sabtu (27/4/2019), sebanyak 43 petugas meninggal dan lebih dari 200 dirawat intensif di rumah sakit.
Meninggalnya Carsono (40) menambah panjang daftar jumlah petugas penyelenggara pemilu yang gugur. Ia meninggal terkait kelelahan pascabertugas sebagai anggota Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) dalam Pemilu 2019 di TPS 16 Kelurahan Cigedong, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
"Sebelumnya, Carsono dirawat di rumah sakit. Menurut laporan terbaru, Carsono meninggal Sabtu pagi. Dengan ini, jumlah panitia penyelenggara pemilu yang meninggal dunia di Kabupaten Brebes menjadi empat orang," kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Daerah Kabupaten Brebes Muamar Riza Pahlevi saat ditemui di TPS 12 Kelurahan Jipang, Kecamatan Bantarkawung, Brebes.
Carsono adalah orang keempat yang meninggal akibat kelelahan bertugas dalam Pemilu 2019 di Kabupaten Brebes. Sebelumnya, dua petugas Perlindungan dan Keamanan Masyarakat (Linmas) di TPS 01 Desa Ciawi, Kecamatan Banjarharjo, Brebes, juga meninggal. Mereka adalah Saeful Bahri dan Darman. Tak hanya itu, seorang anggota Panitia Pengawas Pemilihan Kecamatan bernama Abdul Ghofur juga meninggal pekan ini.
Riza menambahkan, jumlah panitia penyelenggara pemilu di Kabupaten Brebes yang sakit juga terus bertambah. Sebelumnya, setidaknya 16 orang panitia penyelenggara pemilu dilaporkan sakit setelah bertugas. Jumlah itu kini bertambah menjadi 20 orang.
"Empat orang itu terdiri dari dua yang gugur dan dua yang kelelahan. Ada dua yang rawat inap dan dua rawat jalan," kata Riza.
Di Kota Tegal tidak ada panitia penyelenggara pemilu yang meninggal dunia. Akan tetapi, jumlah panitia penyelenggara pemilu yang sakit juga terus bertambah.
Menurut Ketua KPU Daerah Kota Tegal, Elvi Yuniarni, jumlah petugas yang sakit hanya dua orang. Sabtu pagi, jumlah itu bertambah menjadi empat orang.
Evaluasi diperlukan
Komisioner KPU Daerah Jawa Tengah, Paulus Widiyantoro menuturkan, penyelenggaraan pemilu serentak dengan lima surat suara di luar batas kemampuan manusia. Ia berharap, proses ini dievaluasi.
"Sebaiknya dikembalikan saja sistemnya seperti dulu. Pemilihan umum nasional dan daerah dipisahkan. Pemilu serentak dengan lima suara sekaligus cukup sekali ini saja. Ke depan, jangan ada lagi pemilu seperti ini. Kasihan petugas di lapangan," ucap Paulus.
Menurut dia, tak hanya faktor kelelahan saja yang menyebabkan panitia penyelenggara pemilu sakit dan meninggal. Faktor tekanan psikologis juga berperan besar dalam menambah beban pikiran petugas-petugas tersebut. Tekanan dari berbagai pihak agar pemilu berjalan sempurna, menurut Paulus, secara tidak langsung ikut menambah beban bagi petugas.
Dihubungi terpisah, Sabtu malam, Pengamat Politik dari Universitas Pancasakti Tegal Diryo Suparto berharap pada pemilu yang akan datang setiap tempat pemungutan suara disiagakan petugas medis. Peran petugas medis sangat penting untuk mengawasi kondisi kesehatan panitia penyelenggara pemilu.
"Selain itu, asuransi jiwa juga sebaiknya diberikan kepada semua panitia penyelenggara pemilu. Apabila mereka gugur, tak hanya ucapan bela sungkawa saja yang bisa diberikan, melainkan jaminan bagi keluarga panitia penyelenggara yang ditinggalkan," tutur Diryo.