JAKARTA, KOMPAS – Keterlambatan pemusatan latihan nasional tim renang Indonesia membuat perenang-perenang elite tidak tampil dalam performa terbaik mereka di Festival Akuatik Indonesia 2019. Kondisi ini menuntut Tim “Merah Putih” harus bekerja keras mengejar ketertinggalan apabila ingin mengukir prestasi di sejumlah kejuaraan penting, seperti SEA Games 2019.
Pelatih renang nasional Indonesia asal Perancis, David Armandoni mengatakan, seharunya pelatnas renang mulai bergulir sejak enam bulan lalu. “Kita sudah terlambat. Bahkan, negara seperti Singapura saja sudah membuat training camp di Australia sejak jauh-jauh hari dan mereka berenang sangat cepat akhir-akhir ini. Kita benar-benar jauh dari mereka,” ujarnya di Stadion Akuatik Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (25/4/2019).
Armandoni, menuturkan, sampai sekarang tidak ada agenda pasti kapan pelatnas dimulai, berapa jumlah atlet, jadwal uji coba perlombaan, atau training camp di luar negeri. Situasi ini sangat mempengaruhi penampilan atlet elite secara keseluruhan.
Hasilnya,di Festival Akuatik Indonesia, hanya Adinda Larasati Dewi (18) yang tampil menonjol. Atlet-atlet elite lainnya tidak menunjukkan performa terbaik karena belum melakukan persiapan maksimal. Armandoni menjelaskan, situasi ini cukup mengkhawatirkan mengingat tim “Merah Putih” dijadwalkan tampil di kejuaraan penting.
Perenang remaja, AzzahraPermatahani, misalnya, akan mengikuti Kejuaraan Dunia Renang junior yang berlangsung di Budapest, Hungaria, 20-25 Agustus 2019. Azzahra dipastikan tampil di kejuaraan itu karena berhasil menembus limit-A FINA World Junior Swimming Championship 2019 untuk nomor 200 meter gaya ganti dengan catatan waktu 2 menit 16,97 detik.
Kemarin, Azzahra (Riau) menempati peringkat ke dua untuk nomor 800 meter dengan catatan waktu 9 menit 09,41 detik. Dia kalah dari perenang Jatim, Adinda Larasati Dewi, yang mencatatkan waktu 9 menit 02,74 detik. Berada di peringkat ketiga adalah Raina Saumi G (Jabar) dengan catatan waktu 9 menit 16,55 detik.
Azzahra dan Adinda sebenarnya tampil kompetitif sejak meninggalkan garis start. Melewati jarak 600 meter, kedua perenang hanya terpaut selesih kecepatan yang tidak terlalu jauh. Adinda mengukir waktu 7 menit, 26,03 detik, sementara Azzahra 7 menit 26,39 detik. Pada dua ratus meter terakhir, Adinda bisa memaksa kecepatan sehingga berenang jauh lebih cepat dari Azzahra.
Armandoni mengatakan, penampilan Azzahra turun dari kejuaraan terakhirnya di Singapura, Maret lalu. “Azzahra harus berlatih sambil mengikuti Ujian Nasional di daerah asalnya. Dia berlatih dengan program nasional. Tetapi, latihan di daerah tidak terlalu bagus karena air kolam berwarna hijau, kadang-kadang kolam tidak punya garis pembatasnya. Ini sangat buruk,” ujar Armandoni.
Di nomor 800 meter, menurut Armandoni, penampilan Adinda lebih bagus karena perenang Jatim itu berlatih di lingkungan kepelatihan yang lebih menunjang penampilannya. Selanjutnya, menurut Armandoni, Azzahra dan kawan-kawan harus bekerja keras untuk meningkatkan performanya.
Perenang Jabar Triady Fauzi menambah satu koleksi emas di nomor 100 meter gaya bebas putra dengan catatan waktu 51,13 detik. Diikuti perenang Jabar lainnya, Fadlan Prawira dengan waktu 51,57 detik dan ketiga M Randa (DKI) dengan waktu 52,04 detik.
Dengan tambahan satu emas dari Triady, Jabar mengumpulkan sembilan emas, 10 perak, dan 9 perunggu. Berada di klasemen pertama adalah Jatim (19 emas, 11 perak, dan 10 perunggu), disusul DKI Jakarta (11 emas, 11 perak, dan 14 perunggu), dan Bali (10 emas, 15 perak, dan 10 perunggu).
Meski tampil tercepat, Triady belum puas dengan pencapaiannya itu. “Ini belum sesuai ekspektasi saya. Saya menargetkan bisa finis di waktu 50 detik,” katanya.