Banjir dan longsor melanda delapan daerah di provinsi Bengkulu. Ratusan rumah terendam, dan akses jalan terputus. Saat ini, proses evakuasi dan pembukaan jalan yang tertimbun longsor terus dilakukan. Bencana banjir ini merupakan yang terbesar dalam 10 tahun terakhir.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
BENGKULU,KOMPAS—Banjir dan longsor melanda delapan daerah di provinsi Bengkulu. Ratusan rumah terendam, dan akses jalan terputus. Saat ini, proses evakuasi dan pembukaan jalan yang tertimbun longsor terus dilakukan. Bencana banjir ini merupakan yang terbesar dalam 10 tahun terakhir.
Kepala Bidang Operasi Tanggap Darurat Badan Penanggulangan Bencana Provinsi Bengkulu Syamsuddin saat dihubungi dari Palembang, Sabtu (27/4/2019) mengatakan dari hasil pemantauan di lapangan sampai saat ini masih ada delapan daerah di provinsi Bengkulu yang terendam banjir dan longsor. Ke delapan daerah tersebut tersebar di Kota Bengkulu, Kaur, Rejang Lebong, Bengkulu Tengah, Bengkulu Utara, Kapahiang, Bengkulu Selatan, dan Lebong.
Syamsuddin menuturkan, banjir dan longsor di sejumlah kabupaten tersebut disebabkan karena hujan deras yang mengguyur dimana dalam 12 jam terakhir tidak pernah berhenti. Hal ini membuat sungai meluap dan akhirnya berdampak pada banjir di sejumlah daerah. Bahkan, di kelurahan Nakau, Kecamatan Talang Empat, ketinggian banjir mencapai 3 meter.
Akibat kejadian ini, sejumlah warga terpaksa mengungsi karena tempat tinggalnya terendam, proses evakuasi pun terus dilakukan untuk mencegah adanya korban jiwa. “Posko pengungsian dan dapur umum pun sudah didirikan,” kata Syamsuddin.
Adapun bencana longsor juga terjadi di beberapa titik. Namun yang terparah, lanjut Syamsuddin ada di Desa Bunung Keling, Kecamatan Pino Raya. Di sana, material longsor menutupi jalan sepanjang 20 meter dengan ketinggian longsor mencapai 6-7 meter.
Sampai saat ini, tim di lapangan bersama Dinas PUPR Bengkulu Selatan masih berupaya untuk menyingkirkan material longsor. “Petugas kesulitan menyingkirkan material longsor karena kondisi tanah merah yang sudah mengerah. Sampai saat ini jalan baru bisa dilalui oleh motor,” kata Syamsuddin.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Bengkulu Selupati mengatakan, banjir mengepung Kota Bengkulu. Kendaraan sulit masuk ke Kota Bengkulu lantaran akses jalan masuk terendam banjir sehingga kendaraan tidak bisa lewat. Banjir menggenangi empat kecamatan yakni Kecamatan Ratu Agung, Muara Bangka Ulu, Sungai serut, dan Teluk Sejarah.
“Saat ini pun banjir masih merendam sejumlah titik walau hujan sudah agak mereda. Kemungkinan, ini adalah banjir kiriman dari Kabupaten Bengkulu Tengah,” ungkapnya.
Akibat banjir ini, ada dua anak kecil yang tinggal di Kelurahan Sawah Lebar Lama, Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu ditemukan tewas. Saat itu mereka bersama dua orang temannya sedang menjaring ikan saat banjir. Namun, tiba-tiba air meninggi dan mereka pun tenggelam. Keduanya sempat selamat namun tidak tertolong saat dibawa ke rumah sakit.
Akibat bencana ini, ungkap Selupati, ratusan rumah tergenang dan ribuang orang harus mengungsi ke sarana umum atau ke rumah saudaranya yang tinggal di dataran yang lebih tinggi. “Ini adalah bencana banjir terparah dalam 10 tahun terakhir,” kata Selupati.
Ini adalah bencana banjir terparah dalam 10 tahun terakhir
Sumsel terdampak
Akibat banjir besar di Bengkulu, Sumsel pun terdampak . Satu jembatan dan lima rumah hanyut di Desa Muara Betung, Kecamatan Ulu Musi, Kabupaten Empat Lawang, Sumsel hanyut terbawa derasnya air Sungai Musi. Selain menghanyutkan jembatan, 20 rumah rusak dan 50 unit rumah terendam banjir.
Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Sumatera Selatan Ansori mengatakan, kejadian banjir bandang ini terjadi pada Sabtu pagi. Saat itu, air Sungai Musi tiba-tiba meningkat dan membawa material kayu dari kawasan hulu. “Jembatan itu pun roboh karena diterjang kayu-kayu besar,” katanya. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.
Meningkatnya volume Sungai Musi, lanjut Ansori, disebabkan karena hujan yang mengguyur Kabupaten Empat Lawang dan air kiriman dari Kabupaten Kepahiang, Bengkulu yang pada Jumat malam diguyur hujan deras. “Saat ini, kami sedang berupaya untuk melakukan tindakan darurat untuk menangani bencana di Empat Lawang,” katanya.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengatakan ambruknya jembatan juga disebabkan karena kondisi jembatan yang sudah tua yakni berumur di atas 25 tahun. “Sebenarnya, tahun ini kami sudah menganggarkan dana untuk pembangunan jembatan, namun masih terkendala izin dari pemerintah pusat,” katanya. Dirinya juga tidak menyangkan akan ada banjir bandang.
Izin itu harus dipenuhi karena bentang jembatan yang akan dibangun di atas 60 meter. Agar masyarakat tidak terisolasi, Herman menginstruksikan agar segara dibangun jembatan darurat. “Adapun untuk pembangunan jembatan baru akan dilakukan segera karena Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sudah mengizinkan pembangunan jembatan.