Saling Balas Kekalahan
Persaingan ganda putra bulu tangkis pada tahun ini sangat ketat. Peringkat dunia tak lagi berpengaruh besar pada hasil. Kondisi ini menuntut pemain berjuang ekstra.
WUHAN, JUMAT - Sering mengikuti turnamen bulu tangkis internasional berarti akan sering bertemu lawan yang sama. Pemain pun memiliki kesempatan untuk saling mempelajari kelebihan dan kekurangan hingga bisa memperoleh hasil yang lebih baik.
Ganda putra Indonesia nomor satu dunia, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, memperoleh kesempatan itu ketika bertemu Han Chengkai/Zhou Haodong (China) pada perempat final Kejuaraan Asia di Wuhan Sports Center, China, Jumat (26/4/2019). Meski unggul dalam peringkat dunia, Kevin/Marcus kalah dalam statistik pertemuan dengan ganda peringkat keenam dunia itu.
“Minions”, julukan Kevin/Marcus, tertinggal 1-3. Tiga kekalahan terjadi pada pertemuan terakhir termasuk kalah tanpa tanding dalam Final BWF World Tour di Guangzhou, China, Desember 2018.
Belajar dari kekalahan sebelumnya, mereka pun berusaha tampil lebih baik saat berjumpa di Wuhan. Kali ini, Kevin/Marcus berhasil mengatasi kecepatan Han/Zhou dan menang, 21-13, 19-21, 21-16.
Marcus, seperti terdapat dalam laman resmi PP PBSI, mengatakan, kunci kemenangan pada pertandingan tersebut adalah tampil lebih rileks. Mereka tak terpengaruh dengan rekor pertemuan sebelumnya. Itu pula yang membuat mereka bisa membalikkan keadaan pada gim ketiga setelah tertinggal 7-11 pada saat jeda perpindahan sisi lapangan.
"Walaupun sudah ketinggalan, kami tetap mencoba fokus bagaimana cari poin. Kami yakin kalau kali ini kami bisa menang," ujar Kevin.
"Hari ini kami bermain lebih rileks dan menikmati permainan. Di awal-awal memang ada kesalahan-kesalahan, tetapi akhirnya kami bisa membalikkan keadaan dan mengerti pola-pola mainnya," tambah Marcus.
Kesempatan membalas kekalahan akan berlanjut pada semifinal ketika Kevin/Marcus bertemu Takeshi Kamura/Keigo Sonoda (Jepang). Ganda Indonesia juara All England 2017 dan 2018 itu unggul, 7-5, dalam statistik pertemuan, namun mereka kalah pada pertemuan terakhir di semifinal Singapura Terbuka, dua pekan lalu. Kekalahan tersebut terjadi setelah Kevin/Marcus selalu menang pada tiga pertemuan beruntun sebelumnya.
Ketatnya persaingan pada ganda putra, terutama pada 2019, membuat setiap pasangan bisa saling mengalahkan tanpa dipengaruhi posisi mereka dalam daftar peringkat dunia. Setelah mendominasi gelar juara pada 2017 dan 2018 misalnya, Kevin/Marcus mendapat perlawanan lebih ketat pada tahun ini.
Setelah menjuarai dua turnamen pertama, Malaysia dan Indonesia Masters, Kevin/Marcus tersingkir pada babak pertama All England. Mereka juga “hanya” mencapai perempat final Malaysia Terbuka dan semifinal Singapura Terbuka.
“Persaingan pada posisi 10 besar sangat ketat. Pemainnya susah-susah untuk dikalahkan. Walaupun kami unggul head to head, tapi mainnya selalu ramai dan menangnya enggak gampang," tutur Marcus.
Waspadai lawan
Pada ganda putri, Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta akan mewaspadai Chen Qingchen/Jia Yifan (China) pada semifinal meski selalu menang dalam tiga pertemuan sebelumnya. Ini karena telah setahun lamanya mereka tak bersaing di lapangan. Pertemuan terakhir terjadi pada babak kedua Kejuaraan Asia 2018, juga, di Wuhan.
“Kami sudah setahun enggak pernah ketemu Chen/Jia. Sekarang Chen/Jia sedang naik lagi performanya," kata Rizki yang menang atas Chang Ching Hui/Yang Ching Tun (Taiwan), 21-12, 21-18, pada perempat final.
Prestasi Chen/Jia, yang menguasai puncak peringkat dunia pada November 2017 hingga Juni 2018, menurun menjelang akhir 2018 hingga awal 2019. Namun, performa mereka naik lagi dengan menjuarai All England dan Malaysia Terbuka.
Pada ganda campuran, Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja terhenti di perempat final. Mereka kalah dari Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai (Thailand), 21-15, 7-21, 12-21.
Tinggi peminat
Banyaknya pendaftar membuat panitia penyelenggara turnamen Pembangunan Jaya Raya Yonex Sunrise Junior Grand Prix, 30 April-5 Mei, harus mengurangi jumlah mereka. Dari 1.238 pendaftar, panitia akhirnya menetapkan 776 peserta dari 13 negara berdasarkan peringkat dunia mereka.
Ketua Panitia Tony Soehartono mengatakan, pengurangan tersebut dilakukan agar pertandingan tak berlangsung hingga dinihari seperti yang terjadi pada 2018 ketika turnamen diikuti 984 pemain dari 19 negara.
“Kami mengutamakan kepentingan atlet. Jika berlangsung hingga dinihari, atlet jadi kurang istirahat. Setelah berkoordinasi dengan PBSI dan Konfederasi Bulu Tangkis Asia (BAC), jumlah peserta dikurangi,” kata Tony.
Kejuaraan yang akan berlangsung di GOR Jaya Raya, Bintaro, Tangerang Selatan ini menjadi salah satu dari empat turnamen berkategori Grand Prix Junior dalam kalender Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF). Ini hanya berada satu tingkat di bawah Kejuaraan Dunia Yunior.
Selain Indonesia, negara lain yang memiliki turnamen Grand Prix Junior adalah Belanda, Jerman, dan India. Tahun ini, turnamen di Belanda telah berlangsung Februari, adapun di Jerman digelar pada Maret. Adapun India Grand Prix Junior diselenggarakan Agustus.
Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PBSI Susy Susanti berharap, Indonesia tak hanya berprestasi pada nomor ganda seperti yang menjadi kekuatan pemain-pemain senior. Susy berpatokan pada daftar peringkat dunia yang menempatkan pemain-pemain tunggal Indonesia pada posisi 10 besar.
Berdasarkan daftar peringkat 23 April, Indonesia menempatkan Christian Adinata pada peringkat keempat tunggal putra. Adapun pada tunggal putri, ada tiga pemain di posisi 10 besarm yaitu Putri Kusuma Wardani (peringkat kelima), Yasnita Enggira Setiawan (8), dan Stephanie Widjaja (9).
Di antara mereka terdapat pemain-pemain yang tampil di final turnamen yunior di Belanda dan Jerman pada tahun ini meski belum juara. Mereka di antaranya adalah Christian yang menjadi finalis di Belanda dan Yasnita sebagai finalis di Jerman.