Sri Lanka Ekstra Waspada
Pemerintah Sri Lanka menginstruksikan warganya menghindari kerumunan karena masih ada ancaman bom lanjutan. Ada 140 orang terkait NIIS masih berkeliaran bebas di negara itu.
COLOMBO, JUMAT— Berbagai pihak diminta mewaspadai serangan bom lanjutan di Sri Lanka. Aparat masih terus mencari tempat peledak disembunyikan dan ratusan orang yang diduga terkait kelompok radikal.
Peringatan soal ancaman serangan bom lanjutan itu disampaikan, antara lain, oleh Pemerintah Sri Lanka, Amerika Serikat, dan Australia. ”Kami khawatir sejumlah tersangka masih di luar dan mungkin akan melakukan bom bunuh diri,” kata Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe, di Colombo, Jumat (26/4/2019).
Aparat menangkap setidaknya 76 orang, termasuk warga Suriah dan Mesir, di Colombo dan sekitarnya. Kepolisian Sri Lanka menyiarkan foto tiga
pria dan tiga wanita yang dicari karena diduga terkait serangkaian pengeboman di tiga gereja dan empat hotel, Minggu (21/4). Serangan itu menewaskan 253 orang, revisi dari 259 orang yang diumumkan sebelumnya, dan melukai sekitar 500 orang.
Di berbagai penjuru, polisi dan tentara menggeledah berbagai lokasi untuk mencari tersangka dan bahan peledak. AS, Australia, Belanda, dan Inggris sudah memperingatkan warganya untuk sedapat mungkin menghindari Sri Lanka. Sebab, teroris diduga masih akan melanjutkan serangan bom.
Kekhawatiran atas serangan lanjutan itu mendorong aparat mengimbau warga untuk tidak menghadiri kerumunan, termasuk shalat Jumat. All Ceylon Jamiyathul Ullama, lembaga utama keagamaan Islam, juga mengimbau warga Muslim untuk shalat di rumah ketika ”ada kebutuhan untuk melindungi keluarga dan harta milik”.
Walakin, warga Muslim di Sri Lanka tetap melaksanakan shalat Jumat di sejumlah masjid. ”Kami mengirim pesan kepada ekstremis bahwa kami tak
akan takut atau bisa dihalangi,” ujar Reyyaz Salley, Ketua Masjid Dawatagaha Jumma, Colombo.
Seusai shalat Jumat, jemaah membentangkan spanduk kecaman dan menyampaikan solidaritas kepada umat Kristen. ”Masjid ini terbuka untuk ibadah misa Anda”, demikian tertulis di salah satu spanduk itu.
Buru 140 orang
Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena mengatakan, setidaknya 140 orang teridentifikasi mempunyai hubungan dengan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Aparat memburu mereka. ”Kami akan sepenuhnya mengendalikan hal ini dan menciptakan lingkungan damai serta bebas bagi warga,” ujar Sirisena.
NIIS mengklaim bertanggung jawab atas serangkaian pengeboman, Minggu lalu. Mereka tidak memperkuat klaim itu dengan bukti selain video berisi sosok yang diidentifikasi bernama Zahran Hashim memimpin tujuh orang berdiri di depan bendera NIIS dan menyatakan setia kepada Abu Bakar al-Baghdadi, pemimpin NIIS.
Aparat mencocokkan sosok dalam tayangan video NIIS itu dengan rekaman kamera pengawas di lokasi-lokasi peledakan. Hasilnya, aparat Sri Lanka
berkesimpulan Hashim, pendiri dan pemimpin National Thowheeth Jama’ath (NTJ), ikut meledakkan diri di Hotel Shangri-La. Hashim ditemani pria yang diidentifikasi sebagai Ilham Ibrahim, pemilik pabrik pengolahan tembaga dan
anak saudagar rempah di Sri Lanka.
Sirisena menyalahkan Menteri Pertahanan Hemasiri Fernando dan Kepala Kepolisian Pujith Jayasundara atas pengeboman itu. Fernando mengundurkan diri pada Kamis malam. Jayasundara menyusul mundur, Jumat pagi. Meski mundur, keduanya tetap akan diperiksa. Keduanya dituding gagal mencegah serangan meski sejak lama mendapat peringatan.
India diketahui pertama kali menginformasikan rencana serangan itu pada Desember 2018. Pada 4 April 2019, India kembali menginformasikan soal potensi serangan oleh NTJ. Informasi itu dibahas di rapat keamanan terbatas, 7 April 2019. Pada malam dan beberapa jam sebelum serangan, India kembali mengirim informasi ke Sri Lanka. Intelijen dan pihak terkait dituding tak bertindak layak untuk mencegah serangan.
(AFP/REUTERS/RAZ)