Para perenang elite Indonesia ditargetkan bisa menembus batas waktu A dan B kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 di akhir 2019 dan awal 2020. Saat ini, persiapan para perenang elite belum maksimal, salah satunya karena pemusatan latihan nasional tak kunjung bergulir.
JAKARTA, KOMPAS – Dari tiga hari penyelenggaraan Festival Akuatik Indonesia atau FAI 2019, belum ada satupun perenang Indonesia yang mampu melampaui batas waktu kualifikasi A maupun batas waktu kualifikasi B untuk lolos Olimpiade Tokyo 2020. Sejumlah perenang mengaku sulit untuk melampaui batas waktu kualifikasi A dalam waktu kurang lebih setahun ini. Namun, untuk menembus batas waktu kualifikasi B, hal itu masih memungkinkan. Untuk itu, mereka menargetkan lolos ke Olimpiade 2020 lewat jalur batas waktu kualifikasi B tersebut.
Komite Olimpiade Nasional (NOC) Jepang bersama Federasi Renang Internasional (FINA) memberlakukan batas waktu kualifikasi A dan B untuk lolos Olimpiade 2020. Untuk perenang yang melampaui batas waktu kualifikasi A, mereka otomatis lolos ke pekan olahraga antar negara sedunia tersebut. Untuk perenang yang melampaui batas waktu kualifikasi B, mereka bisa lolos kalau menjadi yang terbaik di batas waktu tersebut dan kuota 878 atlet belum terisi penuh.
Para perenang diberikan kesempatan untuk melampaui batas waktu kualifikasi tersebut dalam sejumlah kejuaraan yang diakui oleh FINA sebagai bagian kualifikasi Olimpiade 2020, salah satunya adalah FAI 2019. Masa waktu kualifikasi tersebut berlangsung dari 1 Maret 2019 hingga 29 Juni 2020.
Hingga tiga hari penyelenggaraan FAI 2019, belum satu pun perenang Indonesia yang mampu melampaui batas waktu kualifikasi A maupun B. Para perenang Indonesia paling kecil masih berselisih 5 detik dari batas waktu kualifikasi A dan paling kecil masih berselisih 1 deti dari batas waktu kualifikasi B.
Perenang asal asal Jawa Barat Aflah Fadlan Prawira ditemui seusai perlombaan, Sabtu (27/4/2019), mengatakan, memang tidak mudah untuk menembus batas waktu kualifikasi A. Bahkan, sejauh ini, belum ada perenang Indonesia yang menembus batas tersebut. Untuk itu, target paling realistis adalah menembus batas waktu kualifikasi B.
Beberapa perenang nasional pernah menembus batas waktu kualifikasi B tersebut. Bahkan, Fadlan sudah menembus batas waktu kualifikasi B nomor 400 meter gaya bebas dengan waktu 3 menit 52 detik di Singapura Terbuka 2019 sebulan lalu. Adapun batas waktu kualifikasi B nomor itu adalah 3 menit 53,58 detik, sedangkan batas waktu kualifikasi A mencapai 3 menit 46,78 detik.
”Sekarang, saya berusaha mempertajam lagi waktu di nomor tersebut dan berusaha tembus minimal batas waktu kualifikasi B di nomor lain yang jadi andalan saya, seperti 400 meter gaya ganti, 800 meter gaya bebas, dan 1.500 meter gaya bebas,” ujarnya.
Hingga usai hari ketiga FAI 2019, Fadlan sudah meraih lima emas, yakni dari 200 meter gaya bebas dengan waktu 1 menit 51,09 detik, 200 meter gaya ganti dengan waktu 2 menit 6,44 detik, 400 meter gaya bebas dengan waktu 3 menit 59,50 detik, 400 meter gaya ganti dengan waktu 4 menit 26,88 detik, dan 800 meter gaya bebas dengan waktu 8 menit 17,43 detik. Namun, dari semua waktu itu, tidak ada yang menembus batas waktu kualifikasi A maupun B.
Perenang asal Jawa Timur yang sudah meraih enam emas hingga hari ketiga FAI 2019 Adinda Larasati Dewi menuturkan, dirinya berharap pelatnas segera diselenggarakan. Sebab, dengan pelatnas, atlet bisa mendapatkan latihan yang lebih fokus.
Di sisi lain, pelatnas memiliki fasilitas lebih baik dibanding daerah, antara lain peluang mendapatkan pelatih asing dan kesempatan ikut kejuaraan internasional lebih sering. ”Dengan latihan yang lebih baik, saya harap kualitas kami para perenang nasional bisa meningkat. Lewat itu, kami harap bisa menembus batas waktu kualifikasi B Olimpiade 2020,” katanya.
Waktu masih panjang
Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PB PRSI Wisnu Wardhana mengutarakan, kendati pelatnas belum resmi dimulai, saat ini termasuk masih tahap awal persiapan atlet menuju SEA Games 2019 maupun mengikuti rangkaian kualifikasi Olimpiade 2020. Untuk itu, dirinya tidak terlalu kecewa belum ada perenang yang lolos batas waktu kualifikasi A maupun B di FAI 2019.
Ia menilai, masa puncak perenang Indonesia ada di akhir tahun ini. Nantinya, ia berharap para perenang itu tetap menjaga kemampuan hingga FAI 2020. Saat itulah, mantan perenang nasional itu meyakini ada kemungkinan perenang nasional menembus batas waktu kualifikasi A. ”Waktu masih panjang. Sekarang kami masih tahap persiapan awal. Kalau sudah masuk puncak performa, kami yakin ada perenang yang bisa menembus limit A, antara lain dari perenang muda seperti Fadlan, Triady Fauzi, dan perenang putri Azzahra Permatahani,” tutur Wisnu.
Wakil Ketua Umum PB PRSI Harlin E Rahardjo menyampaikan, hasil dari FAI 2019 akan menjadi pertimbangan utama mereka menentukan atlet yang akan menjalani pelatnas 2019. Ada 10 perenang terbaik yang akan masuk pelatnas. Dari semua itu, hampir semuanya adalah wajah lama yang sudah pernah mengikuti SEA Games maupun Asian Games.
Jika pun ada kejutan, hanya akan masuk perenang muda asal Papua Farrel Armandio Tangkas yang notabene belum pernah masuk tim SEA Games maupun Asian Games. Sedangkan di FAI 2019, Farrel sudah meraih emas dari 200 meter gaya punggung dan perunggu dari 100 meter gaya punggung.
PB PRSI sendiri belum melakukan pelatnas secara resmi karena belum melakukan kesepakatan (MoU) anggaran pelatnas dengan Kemenpora. Mereka mengajukan anggaran sekitar Rp 50 miliar untuk pelatnas nomor renang, lompat indah, dan polo air putra. Namun, pemerintah hanya menyetujui sekitar Rp 9 miliar. Hal itu membuat mereka harus merombak nama atlet yang akan mengikuti pelatnas, seperti renang yang tadinya diusulkan sekitar 20 perenang menjadi hanya 10 perenang.
”Sebanyak 10 perenang itulah yang akan ditentukan setelah FAI 2019 selesai. Jika sudah dapat 10 perenang tersebut, kami akan langsung mengajukan MoU dengan Kemenpora dan segera melakukan pelatnas resmi setelahnya,” tegas Harlin.