WUHAN, SABTU - Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon kembali ke posisi yang gagal mereka tempati dalam tiga turnamen terakhir, laga final. Kali ini, posisi tersebut membuka peluang “Minions” menjadi juara Asia untuk pertama kalinya.
Final melawan Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe (Jepang) menjadi final pertama Kevin/Marcus dalam Kejuaraan Asia setelah absen pada 2017 dan 2018. Dalam debut pada 2016, Kevin/Marcus terhenti di perempat final setelah dikalahkan Takeshi Kamura/Keigo Sonoda (Jepang).
Pasangan Jepang itu pula yang dihadapi ganda Indonesia nomor satu dunia itu pada semifinal Kejuaraan Asia di Wuhan Sports Center, Sabtu (27/4/2019). Menjadi salah satu lawan yang selalu sulit dikalahkan, Kamura/Sonoda menjadi pasangan yang terakhir mengalahkan Kevin/Marcus sebelum Kejuaraan Asia. Mereka menghentikan “Minions” di semifinal Singapura Terbuka.
Kekalahan tersebut menjadi salah satu dari tiga kegagalan beruntun Kevin/Marcus ke final sebelum tampil di Wuhan. Sebelum tersingkir pada semifinal Singapura Terbuka, mereka kalah pada perempat final Malaysia Terbuka dan babak pertama All England.
Pertemuan kami memang selalu ramai, ketat terus kalau lawan Kamura/Sonoda
Hasil tersebut menjadi peringatan bagi Kevin/Marcus yang lolos ke final pada sebagian besar turnamen 2017 dan 2018. Pada 2017, mereka sembilan kali tampil di final dari 12 turnamen (75 persen) dan meningkat menjadi 76,9 persen (10 final dari 13 turnamen) pada tahun berikutnya.
Maka, ketika juara All England 2017 dan 2018 itu gagal dalam tiga turnamen beruntun, mereka pun menjadi sorotan. Marcus mengatakan, persaingan ganda putra, terutama antara sesama pasangan peringkat 10 besar dunia, sangat ketat sehingga mereka pun perlu waspada.
Kekalahan dari Kamura/Sonoda di Singapura misalnya, dialami setelah Kevin/Marcus selalu menang dalam tiga pertemuan sebelumnya. Di Wuhan, mereka membalas kekalahan tersebut dengan skor 15-21, 21-17, 21-15. Selalu mendapat tekanan yang cepat dari lawan, Kevin/Marcus baru bisa mengatasi tekanan itu sejak pertengahan gim kedua.
"Pertemuan kami memang selalu ramai, ketat terus kalau lawan Kamura/Sonoda. Namun, walau poinnya jauh pada gim ketiga, kami cari poinnya enggak gampang," tutur Marcus dalam laman resmi PP PBSI.
Melawan Endo/Watanabe, meski selalu menang pada dua pertemuan sebelumnya, Kevin/Marcus tetap harus waspada. Endo/Watanabe, pasangan peringkat kesembilan dunia, adalah ganda nomor dua Jepang di bawah Kamura/Sonoda.
Harusnya lebih mengatur tempo, seperti pada pertemuan-pertemuan sebelumnya
Kevin/Marcus menjadi satu-satunya wakil Indonesia di final setelah ganda putri Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta kalah dari Chen Qingchen/Jia Yifan (China), 20-22, 12-21. Ini menjadi kekalahan pertama Della/Rizki dari juara All England itu dalam empat pertemuan.
“Lawan mempercepat tempo permainan, mereka bisa langsung in dan kami tidak bisa. Kami kurang bisa memainkan tempo. Harusnya lebih mengatur tempo, seperti pada pertemuan-pertemuan sebelumnya,” tutur Della.
Sempat menurun pada 2018, penampilan Chen/Jia naik lagi pada 2019. Ganda muda China itu menjuarai All England dan Malaysia Terbuka sebelum bermain di Wuhan.
Dominasi China-Jepang
Kevin/Marcus juga menjadi satu-satunya wakil di luar pemain China dan Jepang yang tampil di final. Kedua negara tersebut mendominasi final pada kejuaraan tahunan ini.
China menempatkan lima wakil di final dan telah memastikan gelar juara dari ganda campuran dengan final sesama pemain negara tersebut, Wang Yilyu/Huang Dongping dan He Jiting/Du Yue.
Pada tiga nomor lain, yaitu tunggal putra, tunggal putri, dan ganda putri, persaingan terjadi antara pemain China dan Jepang. Final ideal, antara unggulan pertama dan kedua, terjadi pada tunggal putra dengan pertemuan antara juara bertahan Kento Momota (Jepang) dan Shi Yuqi (China).