Momen Nyala Lampu
Gaya hidup sehat menjadi kata kunci tatkala berbincang dengan Gwendoline Winarno. Sebagai ”holistic health coach” atau penganjur kesehatan holistik, nutrisi dan gaya hidup adalah fokus profesinya. Topik obrolan boleh jadi serius, namun kehangatan Gwen, sapaan akrabnya, membuat perbincangan menjadi ringan, ditingkahi derai tawa.
Langit mendung mulai menurunkan rinai hujan di kawasan Cipete, Jakarta Selatan, Rabu (24/4/2019). Gelapnya siang itu tak menyurutkan senyum ceria yang menghiasi wajah Gwen ketika memasuki Pure Foods Company, restoran makanan sehat yang dikelolanya bersama sang suami.
Dengan bersemangat, Gwen bertutur tentang dunia yang digelutinya. Holistic health coach itu semacam pelatih atau penganjur kesehatan holistik. Profesi tersebut memang masih baru di negeri ini, tetapi belakangan semakin populer. Ada sebutan lain, seperti life coach, nutrition coach.
”Aku lebih suka melihat kesehatan dalam lingkup luas, makanya aku sebut holistik. Semua dilihat, dari gaya hidup, lingkungan, cara kita tidur, cara berelasi dengan orang lain, bahkan spiritualitas kita pun bisa masuk,” ujarnya mengawali perbincangan.
Di luar negeri, profesi pelatih kesehatan ini sudah cukup dikenal. Di Amerika Serikat, seorang coach biasanya bekerja sama dengan dokter. Mereka menjadi penyokong bagi dokter yang sering tidak punya waktu lama untuk mengobrol panjang lebar dengan pasiennya soal kesehatan yang menyeluruh.
Setelah memberi resep obat, dokter akan bilang perbaiki pola makan dan pola hidup. Namun, seperti apa caranya sering kali tak tersampaikan. Tugas penganjurlah untuk mengisi kekosongan itu.
Sang penganjur akan duduk bersama klien, mengurai masalah, dan membuatkan program untuk mengatasi masalahnya. ”Masalah kesehatan ini, kan, personal. Tidak bisa disamakan satu orang dengan yang lain. Jadi, harus diketahui dulu riwayat kesehatannya. Kamu bisanya makan apa, aktivitas kamu seharusnya seperti apa. Jangan sampai kamu otaknya di bidang kreatif, tetapi kerjanya stuck di bank,” paparnya.
Pertemuan dengan penganjur ini juga tidak bisa hanya sekali. Tantangan yang sering dihadapi Gwen, orang datang sekali, lalu merasa sudah mendapat banyak informasi, akhirnya merasa bisa menerapkan sendiri. Mereka lupa bahwa kita rata-rata bukan orang disiplin. Satu atau dua hari dilakukan, hari ketiga lupa, lalu seterusnya lupa. Atau, setelah satu dua hari tidak terasa efeknya, lalu berhenti.
Di situlah seorang pelatih berperan memberi dorongan, mengajak kembali ke rel yang benar. Perubahan tak datang instan. Tanpa program, kecil kemungkinan perubahan diri berhasil. Ada faktor edukasi di dalamnya yang mendorong Gwen bersetia di jalur itu.
Saat ini bisa jadi momen yang tepat, terutama di Jakarta, mengingat kesadaran hidup sehat semakin tumbuh. ”Persoalannya adalah cara yang tepat. Seorang health coach bisa mengisi kesenjangan itu. Kita dapat informasi berlimbah dari ponsel atau media sosial, tetapi tidak tahu apakah informasi itu sesuai dengan kondisi kita. Agak berbahaya kalau menginterpretasikan sendiri,” lanjut Gwen.
Pencernaan
Gwen mencontohkan dirinya sendiri. Bertahun-tahun, tuturnya, dia mengamini informasi bahwa makan salad itu sehat. Rupanya dia punya kondisi autoimun yang menyebabkan persoalan pada pencernaannya. Semakin banyak dia makan salad atau sayuran mentah justru menghancurkan pencernaannya. Bahaya, kan?
Kondisi yang diketahuinya 11 tahun lalu itulah yang mendorong Gwen menekuni dunia pelatih kesehatan. Dari kecil, pencernaannya memang bermasalah. Sang ibunda hanya bilang, kamu sakit mag, turunan, normal saja. Lalu diberi obat atau teh yang sangat kental. Bagi sang ibu berhasil, tentu berhasil juga bagi sang anak. Begitulah pemikiran ketika itu.
Ketika mengetahui kondisi autoimun pada dirinya, Gwen punya dua pilihan. ”Minum obat inflamasi selama beberapa bulan atau cari jalan sendiri. Aku pilih cari jalan sendiri. Firasatku mengatakan, obat bukan jalan meski waktu itu aku enggak tahu apa-apa soal autoimun,” ujarnya mengenang.
Dia mulai mencari informasi sendiri, menjahitnya, dan mengambil kesimpulan sendiri. Gwen bahkan pernah ikut sekolah raw food karena dia pikir jawaban persoalan autoimun ada pada sayur-sayuran. Memang benar, tetapi tergantung cara sayuran itu diolah.
Butuh waktu lama bagi Gwen untuk menemukan solusi. Sampai sekarang, pekerjaan rumah itu masih ada karena tubuh berubah setiap waktu. Namun, kondisi Gwen saat ini sudah jauh berbeda. Inflamasi sudah reda. Ketika flare-up atau seperti kambuh, dia sudah paham protokolnya, harus makan apa, menghindari apa, harus lebih banyak meditasi, dan perhatian dengan diri sendiri.
Tahun lalu, Gwen belajar tentang holistic health selama satu tahun secara daring dari Institute for Integrative Nutrition di New York, AS, dan mendapat sertifikat sebagai coach. Dia lalu melanjutkan untuk memperdalam kesehatan pencernaan dengan program selama enam bulan mulai Februari 2019.
”Aku percaya, semua penyakit berawal dari pencernaan. Ditambah stres, pecahlah itu penyakit, ha-ha-ha. Setelah selesai sekolah barulah aku kayak dapat light bulb moment di kepala. Ya ampun, ternyata selama ini.... Aku juga baru-baru ini, kok, berhenti makan salad. Bayangkan, 10 tahun!” ujarnya.
Asuransi nutrisi
Gwen juga yakin bahwa dia harus mengejar kebutuhan 90 persen nutrisi bagi tubuh. Itu semacam asuransi jiwa untuk badan. Sisanya bolehlah dialokasikan untuk makanan jajan.
Dia memegang prinsip bahwa mengolah makanan sendiri di rumah tentu lebih sehat karena kita tahu apa yang terkandung di dalamnya. Jadi, hobi masak? ”Enggaakkk, ha-ha-ha.Sebenarnya aku paling malas disuruh memasak. Tetapi, aku tahu, itu salah satu cara aku makan dengan baik dan bergizi. Mbak di rumah aku minta siapkan bahan-bahan, aku tinggal olah. Masaknya sih oke, siap-siapnya itu yang malas,” tutur Gwen.
”Aku lebih kayak Papa, cuma makan dan makan, ha-ha-ha. Tetapi, karena kami senang makan, aku dan Papa jadi punya kepekaan, ada apa saja di dalam masakan. Aku jadi kenal setiap komponen makanan dan cara memasaknya,” kata putri mendiang pegiat kuliner Bondan Winarno ini.
Dia juga berasal dari keluarga yang tidak suka jajan makanan di luar. Sang ayah ketika makan yang sifatnya jajanan, misalnya yang ada jeroannya, tidak mengajak anak dan istrinya yang memang tidak gemar jeroan. Gwen kecil juga membawa bekal sendiri ke sekolah meskipun isinya standar: roti dilapis mentega ditaburi cokelat beras.
”Kayaknya problem pencernaanku dari situ, ha-ha-ha. Roti mengandung gluten, aku enggak bisa gluten,” katanya.
Gwen pun tidak rumit dalam menyediakan santapan. Misalnya lodeh, bahan dasar olahan untuk kuahnya sama, tetapi isinya bisa diganti-ganti. Menu dalam sepekan berubah-ubah, tetapi bisa saja diulang lagi pekan depannya.
Prinsipnya, dalam satu piring, setengahnya adalah sayur. Setengahnya lagi dibagi tiga, yakni healthy grain, healthy fat, dan quality protein. Buah dimakan sebagai kudapan di antara waktu makan.
Pekerjaan rumah masih menanti di depan untuk menyebarkan light bulb moment tentang gaya hidup sehat ini di benak banyak orang. Tentu Gwen tak lupa untuk tetap berpijak di tanah. Menikmati sinar matahari, tanah di bawah kaki, juga meditasi, sembari melancong ketika ada waktu luang.
Gwendoline Winarno
Lahir: Jakarta, 9 September 1976
Pendidikan:
- Graduated BA in Marketing dari Seattle University (1998)
- Raw Culinary Arts Associate Chef & Instructor dari Living Light Culinary Institute (2012)
- Health Coach Certification dari Institute for Integrative Nutrition (2019)
- Sedang menjalani Gut Health Course di Institute for Integrative Nutrition (2019)
Pengalaman, antara lain:
- Freelance stylist untuk sejumlah media cetak, film, daring (2001-2010)
- Co-host program televisi Wisata Kuliner di Trans TV (2006-2008)
- Co-host program televisi Daytripper untuk 13 episode (2008)
- Acting Editor-in-Chief untuk Swankglossy Magazine (2009-2011)
- Co-host program Taste of Indonesia untuk 13 episode di Asian Food Channel (AFC) (2011-2012)
- Creative Director Sophie Paris (2012-2013)
- Editor-at-Large L’Officiel Magazine Indonesia (2013-2014)
- Co-owner of Pure Foods Company Café/Grocer/Catering (Juni 2015-sekarang)
- Holistic health coach (2018-sekarang)
- Pembicara dalam berbagai acara terkait kesehatan