Surga Tertinggal di Morotai
Pulau-pulau kecil yang dikelilingi pasir putih dan laut biru ”tosca” sebening kaca hanya salah satu daya tarik Morotai. Kepulauan paling utara di Maluku Utara ini juga menawarkan keindahan bawah laut dan sepenggal kisah kecamuk Perang Dunia II.
Kegiatan island-hopping alias berkunjung ke pulau-pulau, menyelam, dan snorkelling tidak boleh dilewatkan saat berkunjung ke Morotai. Salah satu kawasan yang wajib dikunjungi adalah Dodola. Pulau ini terdiri dari Pulau Dodola Besar dan Pulau Dodola Kecil.
Kedua pulau ini terhubung oleh hamparan pasir putih panjang yang seolah membelah laut dan menjadi ”jembatan Nabi Musa”. Jembatan ini akan tenggelam ketika air pasang. Selain hamparan pasir putihnya yang sangat indah, pulau ini juga memiliki kawasan hutan mangrove yang terletak di salah satu ujung Pulau Dodola Besar.
Untuk menuju ke sana, kita bisa melewati jalan dan jembatan yang dibangun di bagian tengah pulau. Bisa juga dijangkau dengan berjalan kaki menyusuri tepi pantai sambil merasai pasir lembutnya yang melesak membelai kaki saat dipijak.
Saat terbaik menikmati waktu di pulau ini adalah pagi hari ketika hening masih merajai. Menyusuri pantai sambil menyaksikan binatang pagi dan burung-burung kecil mencari makan di hamparan pasir putih.
Baca Juga : Pesona Lain Morotai
Namun, senja pun menawarkan keindahan yang mengubah warna air laut menjadi merah tembaga. Satu dari 28 titik penyelaman dan snorkelling yang ada di perairan Morotai juga berlokasi tidak jauh dari pulau ini.
Pulau Dodola Besar terletak memanjang dengan salah satu sisi menawarkan suasana ombak yang tenang. Tempat yang cocok untuk menyepi dari ingar bingar rutinitas sehari-hari. Saat sedang tidak mendung, di malam hari kita bisa menyaksikan gugusan bintang-bintang dan Galaksi Bimasakti ditemani angin sepoi-sepoi di sini.
Sisi lain pulau ini menawarkan kehidupan laut dengan ombak yang lebih berdebur. Bagian yang menjadi ”halaman” depan pulau ini dihiasi dengan wahana permainan air dari balon karet berwarna-warni. Pengunjung juga bisa mencoba jet ski di siang hari.
Jika ingin tinggal lebih lama, kita bisa menginap di Pulau Dodola Besar. Di sini tersedia cottage sederhana yang dikembangkan oleh pemerintah daerah. Fasilitas listrik dan pemipaan air tawar pun disediakan di sini. Sayangnya, informasi tentang pemesanan masih minim. Anda bisa mencoba menghubungi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Morotai.
Baca Juga : Keindahan Bawah Laut Morotai
Pulau Dodola bisa dicapai dalam waktu 15-30 menit dengan speedboat (perahu motor cepat). Waktu tempuh akan berlipat 3-4 kali lebih lama jika menumpang ketinting. Baik speedboat maupun ketinting bisa disewa di Pelabuhan Daruba yang berada di pusat kota. Biaya sewanya diperhitungkan dengan harga bahan bakar yang relatif lebih mahal di kawasan ini.
”Sebenarnya harga BBM di SPBU sini sama dengan di Pulau Jawa. Sayangnya, hanya ada hari Senin dan Kamis saja. Hari-hari lain, kami harus beli di pedagang eceran. Harganya Rp 10.000 per liter. Bahkan, kalau di luar kota, harganya Rp 12.000-Rp 15.000 per liter,” ungkap seorang warga, Pace.
Setelah menikmati Dodola, kita bisa menjelajahi pulau-pulau kecil lain, di antaranya Pulau Galo-galo Kecil, Galo-galo Besar, Kolorai, Zum-zum, Kokoya, Mitita, dan Ngele-ngele. Pulau Galo-galo Kecil amat mengesankan dengan pasir putihnya nan halus seperti bedak. Namun, kita tidak bisa berlama-lama di sini karena tidak ada penginapan dan fasilitas umum, seperti MCK.
Tidak jauh dari Galo-galo Kecil adalah Pulau Galo-galo Besar. Pulau ini berisi perkampungan nelayan. Menjelang sore, bapak-bapak dan ibu-ibu tampak duduk-duduk berkelompok, tak jauh dari tepi pantai, sambil mengobrol atau mencari kutu.
Tulisan ”Wonderful Galo-galo” dan ayunan ditancapkan di tepi laut, menghiasi salah satu sisi pantai. Di dekatnya, sekelompok anak kecil usia SD sibuk mencari bulu babi.
Perkampungan nelayan lainnya ditemukan di Pulau Kolorai. Meski terkesan bersahaja, aktivitas khas di sana cukup menarik dikunjungi, seperti pembuatan perahu, ikan asin, abon, dan kerajinan anyaman pandan yang dikerjakan para ibu.
Jejak perang
Dari Kolorai, mari bertolak ke Pulau Zum-zum MacArthur. Di pulau ini pernah dibangun kediaman Jenderal Douglas MacArthur, panglima pasukan Angkatan Darat Amerika Serikat untuk kawasan Pasifik Barat Daya saat perang dunia kedua. Sayangnya, tinggal tapak bangunan yang tersisa. Itu pun tertutup rumput dan ilalang lebat.
Pegiat sejarah lokal Muhlis Eso mengungkapkan, pulau ini dan Pulai Morotai dulu terhubung dengan jembatan apung. Sempat pula dibangun jaringan pipa air bawah laut untuk mengalirkan air tawar dari Pulau Morotai. Sayangnya, jembatan dan jaringan pipa air sudah lama tiada karena dibongkar dan bahan-bahan logamnya dibawa ke Jawa untuk dilebur.
Tidak jauh dari Dodola terlihat Pulau Kapa-kapa. Pulau ini sebenarnya pasangan batu karang besar yang dari kejauhan bentuknya seperti kapal. Pasukan MacArthur mendandani kedua batu karang ini dengan lampu yang kerlap-kerlip di malam hari. Tujuannya, tentu untuk mengecoh lawan agar mengira pulau ini adalah kapal Sekutu serta mengalihkan perhatian dari Pulau Dodola yang dihuni MacArthur.
”Penyerangan Jepang yang berada di Halmahera kepada Sekutu yang berada di Morotai biasanya dimulai pukul 03.00 dan selesai pukul 06.00. Setelah itu mulai lagi pukul 19.00 hingga 21.00 sehingga Pulau Kapa-kapa ini sering jadi sasaran,” kata Muhlis.
Dalam perjalanan menuju Kapa-kapa, kami bertemu dengan rombongan nelayan yang tengah mencari ikan-ikan kecil. Caranya, beberapa orang akan berteriak-teriak dan memukul badan kapal dengan tongkat panjang untuk menggiring ikan.
Setelah itu, kapal akan memutar sambil menebar jaring. Ikan-ikan kecil yang diperoleh akan digunakan sebagai umpan untuk memancing ikan yang lebih besar, seperti tuna dan cakalang, di laut biru, istilah untuk laut lepas dan dalam.
Masih banyak lagi pulau kecil lain, seperti Pulau Kokoya yang pada sore hari pantainya penuh dengan gerombolan ribuan ikan julung-julung alias roa. Ada pula Pulau Ngele-ngele yang dulu dijadikan tempat pengungsian warga lokal saat perang berkecamuk.
Perjalanan ke Morotai yang dijuluki ”Mutiara di Bibir Pasifik” ini adalah perjalanan menikmati Indonesia, negeri kepulauan nan cantik rupawan.