Hujan deras yang mengakibatkan banjir di Pasuruan turut mengganggu perjalanan kereta api Rute Banyuwangi-Surabaya dan Banyuwangi-Cilacap. Sedikitnya tiga rute perjalanan kereta tertahan di dua lokasi berbeda.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Hujan deras yang mengakibatkan banjir di Pasuruan, Jawa Timur, turut mengganggu perjalanan kereta api rute Banyuwangi-Surabaya dan Banyuwangi-Cilacap. Sedikitnya tiga rute perjalanan kereta tertahan di dua lokasi berbeda.
Banjir yang menutup pelintasan kereta juga memaksa sejumlah penumpang berganti moda transportasi. Atas kejadian itu, PT Kereta Api Indonesia ( PT KAI) Daerah Operasi (Daop) 9 Jember telah meminta maaf dan mengganti seluruh biaya perjalanan para penumpang.
Hal itu disampaikan Manajer Humas PT KAI Daop 9 Jember Luqman Arif ketika dihubungi, Senin (29/4/2019). ”Atas nama PT KAI, kami meminta maaf atas terganggunya perjalanan kereta api akibat banjir di Km 58 + 2/3 antara Stasiun Pasuruan dan Stasiun Bangil. Ketinggian air lebih kurang 15 cm yang menggenangi rel terpantau sejak Senin dini hari sekitar pukul 00.30,” ungkapnya.
Luqman mengatakan, genangan yang menutup rel itu disertai arus air yang cukup deras. Akibatnya batu ballast yang menjadi penopang rel ikut hanyut dan terjadi kikisan pada tanah di jalur rel di lokasi tersebut.
Atas nama PT KAI, kami meminta maaf atas terganggunya perjalanan kereta api akibat banjir di Km 58 + 2/3 antara Stasiun Pasuruan dan Stasiun Bangil. Ketinggian air lebih kurang 15 cm yang menggenangi rel terpantau sejak Senin dini hari sekitar pukul 00.30 (Manajer Humas PT KAI Daop 9 Jember Luqman Arif).
Akibat kejadian itu, tiga kereta api tertahan, yaitu KA Wijaya Kusuma relasi Cilacap-Banyuwangi, KA Mutiara Timur Malam relasi Banyuwangi-Surabaya, dan KA Probowangi relasi Surabaya-Banyuwangi. KA Wijaya Kusuma tertahan di Stasiun Bangil, sementara KA Mutiara Timur Malam dan Probowangi tertahan di Stasiun Porong.
”Kami menerapkan sistem pindah moda di stasiun terakhir sebelum jalur yang terputus itu. Penumpang kami alihkan menggunakan bus ke stasiun terdekat untuk kemudian melanjutkan perjalanan menggunakan kereta,” ujar Luqman.
Untuk menangani gangguan dan normalisasi jalur KA itu, PT KAI Daop 9 Jember telah menerjunkan tim untuk menormalkan kembali jalur. PT KAI Daop 9 telah menjalankan kereta luar biasa yang bermuatan batu kricak dari Stasiun Kalisat untuk mengganti batu ballast yang hanyut terkena arus banjir.
Selain itu, Daop 9 juga menurunkan mesin multi tie tamper (MTT). Mesin itu berfungsi untuk memadatkan batu ballast. Mesin itu sudah disiagakan di Stasiun Pasuruan sejak tadi malam.
Zulfan Tri Adji, penumpang KA Mutiara Timur Malam relasi Banyuwangi-Surabaya, merasakan dampak banjir itu. Zulfan berangkat dari Banyuwangi pukul 22.00 pada Minggu (28/4/2019). Seharusnya ia tiba di Stasiun Gubeng pukul 04.17 pada Senin (29/4/2019). Namun, ia baru sampai di Surabaya sekitar pukul 08.30.
”Pukul 03.15 semua penumpang diberi informasi ada gangguan di pelintasan. Perjalanan tertunda 52 menit. Namun, kemudian informasi tersebut diralat karena perjalanan tidak dapat dilanjutkan,” katanya.
Lantas petugas dari PT KAI memberikan alternatif pindah moda menggunakan bus hingga Dtasiun Porong, lalu kembali melanjutkan perjalanan ke Surabaya menggunakan kereta api. PT KAI juga memberikan pengembalian tiket utuh kepada para penumpang yang terdampak.
Namun, Zulfan menolak tawaran PT KAI untuk berpindah moda lantaran bus yang dijanjikan tak kunjung datang. Zulfan memilih mencari angkutan daring untuk mengantarnya dari Pasuruan ke Surabaya.
”Jatuhnya saya rugi. Tiket Banyuwangi-Surabaya Rp 250.000 memang kembali utuh. Tetapi, biaya transpor Pasuruan-Surabaya habis Rp 450.000. Mau tidak mau harus saya lakukan karena saya ada urusan kerja di Surabaya,” tuturnya.
Hingga berita ini diturunkan belum ada informasi jalur kereta api itu dapat dilalui. Upaya perbaikan lintasan terus diupayakan PT KAI Daop 9.