Langkah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjaga pasokan dan harga komoditas bahan pangan mulai berjalan baik. Perhatian khusus masih perlu diberikan untuk menjaga kestabilan harga beberapa komoditas.
JAKARTA, KOMPAS Terjaganya stok bahan pangan di DKI Jakarta menjadi kunci untuk menjaga stabilitas harga pangan dan inflasi daerah. Tim Pengendali Inflasi Daerah dan BUMD pangan di DKI memiliki peran sentral untuk menjaga stabilitas inflasi.
Hamid Ponco Wibowo, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta, menyatakan, penjagaan harga melalui badan usaha milik daerah (BUMD) sektor pangan di Jakarta membuat inflasi di daerah itu terjaga rendah.
”Kekuatan finansial dan kemampuan yang dimiliki BUMD pangan DKI ini yang belum dimiliki daerah lain,” ujarnya, Jumat (26/4/2019). Bank Indonesia bersama Pemprov DKI Jakarta, Bulog Divre Jakarta, dan BUMD pangan berada di Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).
Arief Prasetyo Adi, Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya, Kamis, menjelaskan, untuk menjamin pasokan beras, stok di gudang Food Station ataupun gudang pedagang di Pasar Induk Beras Cipinang dibuat berkali-kali lipat dari kebutuhan di Jakarta yang per hari sekitar 3.000 ton. Data per 25-27 April menunjukkan, stok beras di pasar itu 41.000-42.000 ton.
Food Station memiliki stok sekitar 8.000 ton beras per bulan. Stok datang dari Karawang, Sumedang, Subang, Indramayu, Solo, Ngawi, Mojokerto, Sidoarjo, Lampung, dan Makassar. Selain itu, Food Station juga bekerja sama dengan Perum Bulog untuk penyediaan beras.
Menurut Arief, dari 8.000 ton stok beras itu, 2.000 ton terserap untuk peserta Kartu Jakarta Pintar (KJP), program pangan murah, dan pasar tradisional. Sisanya dijual ke pasar modern dan daring.
BUMD ini juga memiliki keluwesan dalam menerapkan kontrak pembelian dari sentra dengan harga yang diatur. Untuk gabah kering panen (GKP), misalnya, Food Station berani membeli Rp 4.500-Rp 5.000 per kilogram.
Adapun harga pembelian pemerintah (HPP) GKP di tingkat petani Rp 3.700 per kilogram, sesuai Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2015. Tingginya harga beli membuat petani terjamin sehingga menjual beras ke Food Station.
Telur dan komoditas lain
Food Station bekerja sama pula dengan peternak ayam petelur untuk menjaga pasokan dan ketersediaan telur di Jakarta. Peternak yang bekerja sama dengan Food Station berada di Blitar, Jawa Timur; Banten; dan Kendal, Jawa Tengah.
Seperti beras, harga pembelian telur juga dijamin. Maka, peternak bisa merasakan harga yang baik. Sebaliknya, Jakarta akan mendapatkan pasokan bahan pangan sesuai dengan kualitas yang ditetapkan.
BUMD DKI juga memperluas pasokan. Gula pasir didatangkan dari Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pasokan susu sapi adalah hasil kerja sama dengan peternak sapi perah lokal Jawa Barat.
Sementara itu, PD Dharma Jaya, selaku BUMD di bidang pengadaan daging sapi dan daging ayam, bekerja sama dengan Nusa Tenggara Timur (NTT) selaku sentra sapi potong dan membeli dari Australia. Johan Romadhon, Direktur Utama PD Dharma Jaya, mengatakan, DKI mendatangkan sapi lokal hidup dari NTT bekerja sama dengan BUMD setempat.
”Pada akhir April datang 300 sapi dari NTT.” Dharma Jaya juga menjaga harga melalui program pangan murah dan masuk ke pasar tradisional. Apabila harga di pasar Rp 120.000 per kg, Dharma Jaya menjual Rp 90.000 per kg.
Lewat pangan murah, harga di pasaran bisa ditahan agar tak naik. Pangan murah, antara lain, ditujukan bagi pemegang KJP plus, penghuni rusun, penyandang disabilitas, warga lansia, pekerja ber-KTP DKI, dan guru non-PNS berpenghasilan maksimal 1,1 kali UMP. Harga bahan pangan yang dijual bagi kelompok ini disubsidi pemerintah dan jumlah bahan pangan yang bisa dibeli dibatasi.
Sri Haryati, Asisten Sekdaprov Bidang Perekonomian, menyatakan, BUMD memiliki fleksibilitas pengadaan stok, stabilisasi harga, dan kerja sama bisnis. Lewat BUMD, kerja sama dengan daerah lain dikedepankan.
”Daerah lain bisa sejahtera dengan kerja sama pangan ini. Kami mendorong daerah lain memiliki lembaga seperti ini supaya terjalin hubungan business to business,” kata Sri.
Masih rentan
Sejumlah kalangan mengingatkan pemerintah untuk mewaspadai gejolak harga bahan pangan. Kewaspadaan penting karena hampir semua bahan pangan dipasok dari luar Jakarta. ”Bahan pangan yang rentan bergejolak, seperti telur, cabai, bawang putih, dan bawang merah, rata-rata dipasok dari luar Jakarta,” kata Wakil Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia Sarman Simanjorang, Minggu.
Ia berharap Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan mengamankan bahan pangan tersebut. Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta menilai, sejumlah bahan pangan perlu diperhatikan lebih serius, yakni beras, gula, dan daging.
Mengingat kompleksitas masalah, TPID harus memperluas jangkauan layanan. Akses pelaku pasar ke sejumlah tempat perlu dipermudah dan diperluas.
Ia mengingatkan, perputaran bahan pangan 70 persen di pasar tradisional dan sisanya di pasar modern. ”Jangan hanya di pasar modern (yang dipantau pemerintah) karena itu belum mencerminkan kondisi pasar secara umum,” ujar Tutum.
Jangkauan pantauan harga yang sempit bisa menjauhkan angka statistik dengan kondisi di lapangan. Dari catatan harga komoditas di 32 pasar yang tercantum dalam Infopangan.jakarta.go.id, terlihat harga komoditas pangan relatif stabil.
Kenaikan harga terlihat, antara lain, pada telur. Di Pasar Rawamangun, Minggu, misalnya, disebutkan harga telur naik Rp 11.000 per kg ketimbang hari sebelumnya menjadi Rp 35.000 per kg. (HLN/DVD/NDY)