Dua warga negara China ditangkap di Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara, karena kedapatan membawa 44 keping sisik trenggiling saat hendak terbang ke Guangzhou.
Oleh
NIKSON SINAGA
·2 menit baca
MEDAN, KOMPAS – Dua warga negara China ditangkap di Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara, karena kedapatan membawa 44 keping sisik trenggiling saat hendak terbang ke Guangzhou. Pelaku menyimpan sisik itu di koper, bantal, dompet, kaos kaki, dan amplop angpao.
“Penyelamatan satwa dilindungi dari perdagangan internasional ilegal adalah salah satu fokus pemeriksaan kami di Kualanamu,” kata Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Kualanamu Bagus Nugroho Tamtomo Putro di Medan, Senin (29/4/2019).
Dua orang itu merupakan karyawan salah satu perusahaan Pembangkit Listrik Tenga Air di Kabupaten Humbang Hasundutan. Mereka adalah Xie Yunhe (28) dan Pang Fuhui (33).
Penangkapan keduanya bermula dari kecurigaan petugas keamanan penerbangan (Avsec) Bandara Kualanamu saat memeriksa barang bawaan dengan sinar-X di pintu utama Terminal Internasional Bandara Kualanamu, Sabtu (20/4/2019).
Hasil pemeriksaan menunjukkan ada benda berbentuk kepingan mencurigakan di dua koper besar yang mereka bawa. “Petugas semakin curiga karena kedua pelaku tampak sangat gelisah. Petugas Avsec lalu berkoordinasi dengan bea cukai untuk melakukan pemeriksaan mendalam,” kata Bagus.
Petugas pun menemukan 17 keping sisik teenggiling yang disimpan di beberapa laci koper. Petugas lalu melakukan pemeriksaan badan keduanya secara mendalam dan menemukan 27 keping lainnya disimpan di bantal, dompet, kaos kaki, dan amplop angpao.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sumatera Haluanto Ginting mengatakan, penyelidikan kasus itu kini ditangani pihaknya bersama Polda Sumut. “Kami berfokus mengungkap sindikat perdagangan satwa di belakang mereka,” katanya.
Menurut pengakuan kedua pelaku, kata Haluanto, sisik-sisik trenggiling itu didapat dari warga Humbang Hasundutan. Keduanya juga mengaku membawanya hanya untuk oleh-oleh. Namun, petugas tidak mempercayainya karena mereka berupaya mengelabui pemeriksaan dengan menyimpan sisik trenggiling di beberapa tempat.
Haluanto mengatakan, hingga kini penyidik belum bisa mengungkap dari mana sisik-sisik itu didapat, karena kedua pelaku mengaku mendapat dari warga lokal yang tidak mereka dikenal.
Kepala Seksi Pemanfaatan dan Pelayanan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumut Suyono mengatakan, populasi trenggiling saat ini sudah terancam punah. Satwa ini pun sudah sangat sulit ditemukan di Sumatera. “Hewan dilindungi ini menghadapi ancaman perburuan dan kerusakan habitat,” katanya.
Suyono mengatakan, trenggiling dari Indonesia banyak diselundupkan ke China untuk dijadikan bahan obat, kosmetik, dan zat pengikat untuk psikotropika. Upaya perburuan pun terus terjadi karena peningkatan permintaan dan harga yang naik.