Memasuki usia ke-50, PB Djarum terus memperkuat ekosistem bulutangkis serta karakter dan daya saing atlet. Deretan prestasi yang telah ditorehkan oleh para atlet PB Djarum diharapkan menjadi motivasi bagi para pemain-pemain muda, untuk bersaing di kancah dunia.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
KUDUS, KOMPAS - Memasuki usia ke-50, PB Djarum terus memperkuat ekosistem bulu tangkis serta karakter dan daya saing atlet. Deretan prestasi yang telah ditorehkan oleh para atlet PB Djarum diharapkan menjadi sumber motivasi bagi para pemain muda, untuk bersaing di kancah dunia.
Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation Yoppy Rosimin, menuturkan, salah satu tantangan yang dihadapi selama ini ialah pembentukan karakter. Pihaknya terus menjaga, agar jangan sampai, gangguan-gangguan nonteknis memengaruhi performa para atlet di lapangan.
"Karakter kami perkuat. Begitu juga dengan ekosistem bulu tangkis, termasuk pemain, pelatih, serta industri terus ditingkatkan agar level meningkat," kata Yoppy di sela-sela peluncuran empat buku dalam rangka HUT ke-50 PB Djarum, di Wisma Ploso, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Minggu (28/4/2019).
Yoppy menambahkan, pembinaan terus ditingkatkan, salah satunya dengan memperbanyak keikutsertaan berbagai kejuaraan di luar negeri. Pembinaan yang berkesinambungan diharapkan terus menghasilkan para atlet berkualitas. Dengan demikian, regenerasi akan terus berjalan.
PB Djarum bermula dari brak atau area kerja Bitingan Lama, Kudus, yang siang harinya merupakan pabrik karyawan pelinting rokok PT Djarum. Mulanya, karyawan Djarum bermain bulutangkis untuk kebugaran. Ini tak terlepas dari kegemaran Robert Budi Hartono, pendiri PB Djarum, bermain bulu tangkis.
Kegiatan olahraga itu kemudian diminati para karyawan dan masyarakat sekitar. Pada 1969, Robert Budi Hartono, Goei Poo Thay, Bambang Hartono, Margono, dan Thomas Budi Santoso mendirikan perkumpulan bulu tangkis dengan nama PB Djarum. Mereka kemudian mulai membina pemain dari luar.
PB Djarum terus berkembang hingga melahirkan sejumlah atlet nasional yang mampu melahirkan prestasi tingkat dunia, seperti olimpiade, kejuaraan dunia bulu tangkis, dan All England. Mereka di antaranya Liem Swie King, Christian Hadinata, Alan Budikusuma, Ardy B Wiranata, Fung Permadi, Hariyanto Arbi, Liliyana Natsir, Tontowi Ahmad, Mohammad Ahsan, dan Kevin Sanjaya Sukamuljo.
Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI), Achmad Budiharto, menuturkan, apa yang dilakukan PB Djarum selama 50 tahun dapat menjadi contoh bagi klub-klub lain. Bagaimana mereka melestarikan sistem yang ada di organisasinya, dalam waktu lama.
Ekosistem bulu tangkis yang diciptkan PB Djarum berkontribusi bagi ekosistem bulu tangkis di Indonesia. "Pembinaan bulu tangkis harus dilakukan sejak dini. Seperti teori piramida, semakin banyak yang bermain bulu tangkis di tingkat awal atau usia dini, maka semakin mudah mendapatkan bibit unggul," ujar Achmad.
Motivasi
Liliyana Natsir, yang pensiun dari bulu tangkis tahun ini, mengatakan, pencapaian terbaik yang diraih para pemain asal PB Djarum di kancah dunia, tak bisa dilepaskan torehan para senior yang turut memotivasi. Ia pun berharap para pebulutangkis muda mampu disiplin dan bekerja keras untuk mendulang prestasi.
Peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992, yang merupakan didikan PB Djarum, Alan Budikusuma, mengatakan, salah satu perbedaan PB Djarum kini dan dulu ialah fasilitas bagi atlet yang terus membaik. Namun, kebersamaan dan kekeluargaan menjadi nilai yang tidak berubah sejak dulu hingga sekarang.
Ia menambahkan, saat ini tantangan kian berat seiring berkembangnya negara-negara lain dalam cabang olahraga itu. "Karena itu, try out dan pembibitan penting. Yang diharapkan bagaimana swasta tertarik untuk berpartisipasi, seperti sponsorship. Pendanaan dari pemerintah ada, tetapi by project, sedangkan pembinaan ini tidak bisa berhenti," ujar Alan.
Luncurkan empat buku
Bersamaan dengan peringatan usia emas, PB Djarum meluncurkan empat buku, yakni "Butet Legenda Sejati" karya Anggota Dewan Penasihat PBSI Hamid Awaluddin serta "Jejak Langkah Owi-Butet" dan "Kiprah Ahsan-Hendra" karya wartawan senior Daryadi. Juga, "Setengah Abad PB Djarum, Dari Kudus Menuju Prestasi Dunia" karya tim penulis Historia.id.
"Butet Legenda Sejati" menceritakan tentang sosok Liliyana yang profesional, menjunjung tinggi fair play, dan dikenal sebagai penakluk. "Jejak Langkah Owi-Butet" dan "Kiprah Ahsan-Hendra" menyajikan deretan prestasi serta cerita akan chemistry yang ada pada pasangan ganda campuran dan ganda putra tersebut.
Adapun "Setengah Abad PB Djarum, Dari Kudus Menuju Prestasi Dunia" menyuguhkan cerita seputar awal terbentuknya PB Djarum. Kemudian, bagaimana PB Djarum memegang peranan penting bagi perbulutangkisan Indonesia, hingga bulu tangkis mampu memersatukan masyarakat.
Bonnie Triyana dari Historia.id, menuturkan, benang merah dari perjalanan 50 tahun PB Djarum ialah adanya nilai-nilai yang diwariskan. "Semua berbicara hal sama, yakni nilai-nilai kekeluargaan. Pemain tak hanya diperas keringatnya untuk menang, tetapi juga dipikirkan bagaimana jika nanti sudah tak bermain. Ini menjadi motivasi bagi para pemain di lapangan," ujar dia.
Yoppy menuturkan, lewat buku, pihaknya ingin menyajikan jejak sejarah para atlet bulu tangkis. Kenangan akan jejak prestasi bulu tangkis di tingkat dunia ini diharapkan akan terus melekat. Ia juga berharap buku-buku tersebut menjadi motivasi dan inspirasi bagi para atlet, pelatih, serta masyarakat.