Harga Stabil Jelang Ramadhan, Stok Pangan Tetap Ditambah
Enam hari menjelang Ramadhan yang jatuh pada Minggu (5/5/2019), harga bahan pangan di pasar tradisional maupun ritel modern di Manado, Sulawesi Utara, cenderung stabil. Meski demikian, harga komoditas hortikultura seperti cabai rawit, bawang merah, dan bawang putih bisa tak stabil.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS – Enam hari menjelang Ramadhan yang jatuh pada Minggu (5/5/2019), harga bahan pangan di pasar tradisional maupun ritel modern di Manado, Sulawesi Utara, cenderung stabil. Meski demikian, harga komoditas hortikultura seperti cabai rawit, bawang merah, dan bawang putih dimungkinkan tak stabil.
Untuk mempertahankan harga, pemerintah berencana menambah stok cadangan berbagai komoditas seperti beras, gula, bawang merah, bawang putih, serta daging. Hal ini dikatakan Staf Ahli Menteri Perdagangan bidang Pengamanan Pasar Sutriono Edi saat mengunjungi Pasar Pinasungkulan, Manado, pada Senin (29/4/2019).
“Harga bahan pangan pokok cukup stabil di bawah HET (harga eceran tertinggi), seperti beras dari operasi pasar Bulog maupun beras lokal. Harga gula sedikit naik, tetapi kami sudah mempersiapkan cadangan. Sebaliknya, harga komoditas hortikultura cenderung naik turun,” kata Sutriono.
Harga beras di Pasar Pinasungkulan, Manado, berada di kisaran Rp 10.000-Rp 12.000 per kilogram. Fem (73), salah satu pedagang, menyatakan harga beras relatif stabil karena sedang ada panen di Kota Kotamobagu. Dalam sehari, ia dapat menjual 10 karung beras dengan total berat 50 kg.
Zaenab (58) yang berdagang cabai dan bawang merah mengatakan, harga bawang merah yang didatangkan dari Bima, Nusa Tenggara Barat, stabil di Rp 48.000 per kg. Bawang Putih pun juga tetap bernilai Rp 60.000 per kg. Sebaliknya, harga cabai rawit turun Rp 5.000 menjadi Rp 75.000 per kg.
Sementara itu, Titik Suharsih (32) menjual daging ayam seharga Rp 35.000, sedikit di atas HET Rp 34.000. Adapun Ance Abas (59) menjual daging sapi senilai Rp 110.000-115.000 per kilogram.
“Biasanya, harga naik Rp 10.000 sbelum Lebaran. Tiga pedagang daging sapi bisa menjual 12 ekor sapi. Tapi, menurut saya, perubahan harga tidak seberapa karena penduduk muslim di sini tidak begitu banyak. Makanya harganya segitu saja sejak tahun lalu,” kata Ance.
Sebaliknya, gula pasir menjadi lebih mahal. Dety (50), pedagang gula pasir, mengatakan, ia membeli sekarung gula pasir 50 kg seharga 600.000, naik dari Rp 500.000 pekan lalu. “Jadinya, saya harus jual 13.000. Padahal, di supermarket masih Rp 12.500. Mereka bisa segitu karena langsung beli banyak, beda dengan saya yang hanya beli satu sampai dua karung,” katanya.
Sementara itu, di swalayan Transmart, Kelurahan Bahu, harga berbagai komoditas seperti beras, gula, telur, dan daging ayam berada di bawah harga acuan menurut Peraturan Menteri Perdagangan yang berlaku. Manajer Pembelian Transmart Bahu, Sindy (27), mengatakan, pihaknya akan meningkatkan stok semua bahan pangan sebanyak 30 persen hingga Lebaran.
Jaga stok
Sutriono memastikan, harga akan relatif stabil karena stok cukup besar. Di penggilingan beras Hasil Karya, Minahasa, misalnya, telah tersedia 600 ton beras premium dengan harga distribusi Rp 9.500. Pasokan beras dari Sidrap, Sulawesi Selatan, juga tinggi karena sedang musim panen. Sutriono akan memantau pasokan beras dari distributor maupun Bulog.
Distributor bawang merah dan putih di area Pasar Bersehati, Paranaka Jaya, juga menyediakan 1,9 ton bawang dari kedua jenis. Namun, bawang putih akan mendapatkan perhatian khusus karena pasokannya dari dalam negeri sedikit.
“Bawang putih memang tidak mudah ditanam di Indonesia yang beriklim tropis. Karena itu, kami akan mengimpor sekitar 100.000 ton bawang putih dari China yang akan disalurkan oleh delapan distributor kami di daerah. Dengan begitu, pasokan bawang putih diharapkan cukup untuk tiga bulan ke depan,” kata dia.
Adapun suplai cabai sedang melimpah karena panen di Kabupaten Minahasa. Harga cabai pun diperkirakan dapat bertahan stabil untuk beberapa saat ke depan. Strategi menjaga harga akan dibahas lebih lanjut dalam rapat koordinasi daerah antara Kemendag, Bulog, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut, Bank Indonesia, dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sulut pada Selasa (30/4/2019).
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi sebesar 0,69 persen di Manado pada Maret 2019. Salah satu penyebabnya adalah penurunan indeks harga pada kelompok bahan makanan sebesar 3,85 persen.
Bawang merah menyumbang deflasi sebesar 0,0432 persen, sementara telur ayam ras sebesar 0,0178 persen. Sebaliknya, cabai rawit berkontribusi pada inflasi sebesar 0,1817 persen.
Sementara itu, Kepala Perum Bulog Divisi Regional Sulut dan Gorontalo Sopran Kenedi menyatakan, pasokan beras mencapai 25.200 ton selama Ramadan. Cadangan tersebut cukup untuk 10-11 bulan ke depan.
Di samping itu, sebanyak 200 ton gula akan didatangkan di Pelabuhan Bitung, Sulut. “Ke depan, kami akan tambah lagi 500 ton,” kata Sopran.
Ia menambahkan, Bulog juga menyiapkan daging kerbau untuk meredam lonjakan harga daging sapi yang telah melebihi harga acuan sebesar Rp 105.000 per kilogram. Masyarakat Sulut dan Gorontalo dinilianya sudah semakin terbiasa dengan daging kerbau.
“Kami menyediakan stok daging beku kerbau dengan harga Rp 70.000-Rp 80.000. Saat ini tersedia stok 5.500 kilogram dan akan ditambah sampai Rp 10.000 selama Ramadhan,” kata Sopran.