Keramahan Warga dan Kepedulian Lingkungan Jadi Magnet Turis Asing
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kualitas sumber daya manusia atau SDM di daerah pariwisata menjadi salah satu daya tarik bagi turis mancanegara, terutama terkait keramahan dan kepedulian lingkungan. Oleh sebab itu, pemerintah berupaya meningkatkan kapasitas SDM lokal di 10 Bali baru Indonesia, dimulai dari Toba Sumatera Utara, dan Lombok Nusa Tenggara Barat.
Berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dari World Economic Forum (WEF) 2017, indeks daya saing pariwisata Indonesia saat ini berada di posisi ke-42. Pemerintah menargetkan ranking ke-30 pada 2019.
Salah satu kunci meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia ialah pengembangan kapasitas SDM di daerah wisata. “Program pengembangan kapasitas SDM tahun ini kami fokuskan di Toba dan Lombok. Harapannya, dua Bali baru Indonesia menjadi cerminan seluruh Bali baru sehingga mampu menjadi magnet wisatawan mancanegara,” tutur Deputi IV Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Safri Burhanuddin saat ditemui di Jakarta, Senin (29/4/2019).
Pemerintah menargetkan jumlah turis mancanegara yang datang ke Indonesia pada 2019 mencapai 20 juta orang. Target devisa dari pariwisata sebesar 17,6 miliar dollar Amerika Serikat (AS). (Kompas, 19/3/2019).
Program peningkatan kapasitas SDM tersebut difokuskan di bidang kemampuan berbahasa, pelayanan atau hospitality, dan lingkungan. Safri menyebutkan, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris masih menjadi tantangan dalam berkomunikasi dan pelayanan kepada turis.
WEF 2017 juga mencatat, pariwisata Indonesia berada di posisi ke-131 dalam bidang lingkungan yang berkelanjutan. Oleh sebab itu, Safri mengadakan program pelatihan pemilahan sampah bagi SDM setempat. Harapannya, jika SDM lokal mampu menunjukkan kebiasaan pemilahan sampah yang baik dan benar, wisatawan dapat mengikutinya.
Program peningkatan kapasitas SDM difokuskan di bidang kemampuan berbahasa, pelayanan atau hospitality, dan lingkungan
Dalam menjalankan program ini, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman menggandeng Organisasi Buruh Internasional (ILO). ILO Country Director of Indonesia and Timor-Leste Michiko Miyamoto menargetkan, pelaksanaannya dapat mulai pada triwulan IV-2019.
Rencananya, program ini akan menyasar keseluruhan sistem SDM yang ada di Toba dan Lombok, hingga ke akar rumputnya. Bentuknya berupa pelatihan yang diberikan kepada institusi pengelola SDM di daerah tersebut sehingga institusi itu dapat mereplikasinya untuk melatih SDM. ILO akan mendampingi selama empat tahun.
Saat ini, ILO tengah memetakan SDM potensial dan prioritas sasaran pelatihan. Michiko menyebutkan, SDM yang bergerak di sektor desa wisata dan Badan Usaha Milik Desa di bidang pariwisata berpotensi menjadi prioritas.
Bahkan, Koordinator Proyek Nasional ILO Muce Mochtar mengatakan, program ini berpotensi menyasar petani-petani yang memasok kebutuhan pangan di hotel-hotel Lombok dan Toba. “Kami ingin mereka mampu berkomitmen pada kontrak sehingga mereka bisa memenuhi kualitas dan kuantitas bahan pangan yang diminta oleh hotel-hotel tersebut,” katanya.
Program pengembangan SDM serupa pernah diterapkan ILO di Bromo, Jawa Timur, pada 2010-2012. Muce mengatakan, ada dua desa yang disokong dengan mengandalkan pengembangan homestay dan pemandu wisata berbasis lingkungan (eco tour guide).