Ketersediaan Stok Pangan, Kunci Stabilitas Inflasi DKI
Oleh
DHANANG DAVID ARITONANG
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Terjaganya persediaan stok selama bulan Ramadhan di DKI Jakarta menjadi kunci untuk menjaga stabilitas harga pangan dan inflasi daerah. Tim Pengendali Inflasi Daerah dan BUMD pangan yang ada di DKI memiliki peran sentral untuk menjaga stabilitas inflasi. Hal itu bisa dijadikan contoh bagi daerah lain yang inflasinya cenderung tidak stabil ketika memasuki bulan Ramadhan.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi DKI Jakarta Hamid Ponco Wibowo menuturkan, terjaganya stabilitas inflasi di DKI selama bulan Ramadhan dan Lebaran disebabkan ketersediaan stok pangan yang cukup.
”Kami sebagai wakil dari Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) berperan melakukan 4K, yaitu keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif. Selain itu, kami juga terus mengikuti peta jalan pengendalian tingkat inflasi nasional yang ditetapkan oleh Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP),” ujarnya di Kantor Perwakilan BI DKI Jakarta, Jumat (26/4/2019).
Selama tiga tahun berturut-turut, inflasi di DKI cenderung stabil selama bulan puasa dan hari raya Idul Fitri. Pada Juni 2016, inflasi di DKI sebesar 3,08 persen. Kemudian, pada Mei 2017 sebesar 4,00 persen dan pada Mei 2018 sebesar 3,28 persen.
”DKI memiliki bobot penyumbang inflasi nasional sebesar 20 persen. Jadi, jika harga-harga bergejolak dan inflasi di DKI tidak stabil, hal ini bisa berpengaruh besar terhadap daerah lain,” ucap Ponco.
Ponco mengemukakan, pemantauan harga pada komoditas pencetus inflasi berdasarkan dari Survei Pemantauan Harga, Pusat Informasi Harga Pangan Strategis, dan Informasi Pangan Jakarta. Pemantauan ini dilakukan setiap hari dengan berkoordinasi bersama BUMD pangan di DKI dan Pemerintah Provinsi DKI.
”Implementasinya berupa pasar murah dan operasi pasar serta komunikasi harga-harga pangan menjelang Ramadhan melalui media sosial, internet, dan videotron yang terpasang di sejumlah pasar,” katanya.
Menurut Ponco, DKI Jakarta memiliki teknologi yang mendukung untuk menjaga ketersediaan pangan di DKI. Salah satunya dengan memanfaatkan controlled atmosphere storage.
”Bahan pangan ini jadi bisa lebih awet hingga dua sampai tiga bulan lebih lama. Meski demikian, memang ada juga beberapa komoditas yang stoknya langka pada Ramadhan kali ini. Seperti contohnya bawang putih yang masih mengandalkan impor karena persediaannya menipis,” tuturnya.
Asisten Perekonomian dan Keuangan Sekda DKI Jakarta Sri Haryati mengatakan, saat ini peran TPID DKI Jakarta terbantu oleh sejumlah BUMD, seperti PT Food Station Tjipinang Jaya, PD Dharma Jaya, dan PD Pasar Jaya. Sejumlah BUMD ini telah bekerja sama dengan daerah di luar Jakarta untuk menjaga ketersediaan stok pangan.
”Oleh karena itu, kestabilan DKI dalam menjaga inflasi serta harga pangan ini bisa dicontoh oleh daerah lain. Kami bukan daerah produksi bahan pangan, tetapi mampu menjaga stok pangan yang ada,” katanya.
Sri menyatakan, untuk semakin memperkuat stok pangan, DKI berencana membentuk Peraturan Daerah Ketahanan Pangan. Dalam perda itu akan diatur mengenai sistem kontrak farming serta urban farming yang akan dilaksanakan oleh BUMD Pangan.
Selain itu, program subsidi yang tepat sasaran juga menjadi kunci kestabilan harga selama Ramadhan. Para pemilik Kartu Jakarta Pintar (KJP) tetap bisa menerima pangan dengan harga normal yang tetap disubsidi oleh pemprov.
Direktur Utama PT Food Station Arief Prasetyo Adi mengatakan, pada bulan Ramadhan nanti Food Station menyiapkan persediaan beras 20.000 ton. Sementara itu, persediaan beras yang sudah ada di Pasar Induk Beras Cipinang melebihi 35.000 ton. ”Kemudian, ada beberapa peningkatan serapan bahan pangan selama puasa pada penerima KJP, yaitu untuk beras 8 persen, telur 19,5 persen, dan ikan kembung 13,2 persen,” katanya.
Persediaan telur ayam yang ada di FS sebanyak 1.000 ton, ikan kembung 1.000 ton, dan minyak goreng 100.000 liter. Kemudian untuk atik bawang putih, Arief masih menunggu kebijakan pemerintah untuk segera merealisasikan kuota impor bawang putih yang telah Food Station ajukan.
”Kami telah bekerja sama dengan sejumlah daerah sentra produksi yang ada di luar Jakarta untuk mendukung kebutuhan stok sejak awal tahun,” katanya.
Direktur Utama PD Dharma Jaya Johan Romadhon mengatakan, ketersediaan daging sapi dan ayam terjaga selama Ramadhan. Persediaan daging sapi di Dharma Jaya 1.480 ton dan daging ayam 1.000 ton.
”Kami sudah menyiapkan daging impor dari Australia untuk persediaan selama Ramadhan. Kemudian, para penerima KJP tetap bisa menikmati harga daging sapi Rp 35.000 per kg karena disubsidi pemprov, dari harga asli Rp 90.000-Rp 120.000 per kg,” ujarnya.