Membawa Harapan ke Pulau Sumbawa
Memiliki kekayaan alam yang indah serta seni budaya dan ajang tahunan yang memikat menjadikan pariwisata sebagai sektor andalan Sumbawa.
Pelabuhan Pototano, Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat, Minggu (28/4/2019) siang, tampak ramai. Raung feri yang akan berangkat dan menanti giliran sandar di dermaga sesekali terdengar. Tak lama berselang, giliran deru mesin sepeda motor, truk, dan bus bercampur dengan ocehan kalangan penumpang yang bergegas turun dari atau naik ke feri.
Dalam keramaian itu, Abbas R (35) sabar menunggu di jembatan penyeberangan menuju kapal. Ketika penumpang yang baru turun melintas, ia dengan ramah melontarkan pertanyaan, ”Ke Pulau Kenawa mas?” Kenawa adalah pulau kecil di sisi timur, sekitar 20 menit perjalanan menggunakan perahu milik warga.
”Setiap hari saya di sini, menawarkan jasa kapal bagi wisatawan yang ingin ke Kenawa. Kunjungan ke pulau ini selalu ramai setiap hari. Kemarin, ada sekitar 50 orang yang berangkat dengan biaya Rp 250.000-Rp 350.000 per kapal maksimal 10 orang,” kata pria asal Alas Barat, Sumbawa, ini.
Kenawa dalam beberapa tahun terakhir menjadi salah satu obyek wisata favorit pelancong domestik dan internasional. Mereka berasal dari Pulau Sumbawa, Lombok, Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan dari negara-negara di Asia hingga Eropa. Kenawa dikunjungi lebih dari seribu orang dalam sebulan.
Kenawa memiliki luas sekitar 13 hektar. Pulaunya tenang dengan daratan indah berupa savana yang luas. Tidak sedikit wisatawan yang datang ke sana dan berkemah. Pulau itu memiliki pemandangan matahari terbit dan tenggelam yang indah serta memiliki area snorkeling yang bagus.
”Sumbawa panas luar biasa. Tetapi, apa yang kami temukan ketika di Kenawa mengobati hal itu. Pulau yang tenang, masih asri, lengkap dengan suara kicau burung membuat kami ingin lebih lama dan kembali lagi dalam waktu dekat,” kata Fahrurrozi (21), wisatawan asal Batulayar, Lombok Barat, yang berkemah di Kenawa bersama 16 rekannya.
Kekayaan Sumbawa
Kenawa bukan satu-satunya obyek wisata di kawasan Pulau Sumbawa. Kenawa dan deretan pulau kecil yang berada tak jauh dari Pelabuhan Pototano adalah salah satu gerbang awal untuk menikmati keindahan lanskap alam, mulai dari Sumbawa Barat di ujung barat hingga Kabupaten Bima di ujung timur.
Pulau Sumbawa merupakan satu dari dua pulau besar di Nusa Tenggara Barat (NTB). Pulau ini seluas 15.426,20 kilometer persegi atau dua pertiga dari luas NTB.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) NTB 2017, pulau yang terdiri dari Kabupaten Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu, Bima, dan Kota Bima ini dihuni 1.002.364 orang. Pulau Sumbawa dihuni dua suku besar, yakni suku Samawa dan suku Mbojo, di samping suku lain, seperti Sasak, Jawa, dan Bali.
Wilayahnya yang luas dan penduduknya yang beragam membuat Sumbawa memiliki kekayaan yang luar biasa. Bukan hanya lanskap alam yang indah, melainkan juga seni budaya yang menjadi magnet bagi wisatawan untuk datang.
Wilayahnya yang luas dan penduduknya yang beragam membuat Sumbawa memiliki kekayaan yang luar biasa.
Apalagi, Pulau Sumbawa bisa diakses dari sejumlah pintu masuk, yakni Pelabuhan Pototano di sisi barat, Bandara Sultan Muhammad Kaharuddin III di Sumbawa, Bandara Sultan Muhammad Salahuddin di Kabupaten Bima, dan Pelabuhan Sape di ujung timur Pulau Sumbawa yang menjadi pintu masuk wisatawan dari Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur.
Selain Kenawa, di Sumbawa Barat ada Mantar, sebuah desa yang dijuluki ”Negeri di Atas Awan”. Julukan itu disematkan karena dalam waktu tertentu, desa di ketinggian 360 meter di atas permukaan laut itu kerap diselimuti awan tebal sehingga daratan di bawahnya tidak terlihat lagi.
Dari Desa Mantar di Kecamatan Seteluk, Kabupaten Sumbawa Barat, ini wisatawan bisa menikmati pemandangan indah berupa lanskap Gunung Rinjani, Selat Alas, dan gili atau pulau kecil di sekitar Pelabuhan Pototano.
Kabupaten Sumbawa juga tak kalah menarik. Daerah ini salah satunya memiliki Pulau Moyo yang begitu eksotis. Pulau yang berada sekitar 37 kilometer dari daratan Pulau Sumbawa itu memiliki primadona air terjun Mata Jitu yang pernah membuat mendiang Putri Diana terkesima.
Air terjun Mata Jitu pernah membuat mendiang Putri Diana terkesima.
Sumbawa juga tak bisa lepas dari Tambora. Gunung dengan ketinggian 2.851 meter di atas permukaan laut itu hingga saat ini masih menjadi perhatian dunia. Hal itu karena letusan dahsyatnya lebih dari dua abad silam atau pada 10 April 1815 memengaruhi cuaca dan kehidupan di dunia.
Upaya untuk memperkenalkan Tambora dan sekitarnya terus dilakukan berbagai pihak. Sejak 2015 atau tepat dua abad letusan Tambora, Pemerintah Provinsi NTB dan kabupaten kota di Sumbawa menggelar kegiatan Festival Pesona Tambora. Tahun ini, festival yang menggabungkan berbagai seni budaya dan olahraga itu diselenggarakan pada 9-11 April 2019.
Selain festival tahunan Pesona Tambora, sejak 2015 juga diadakan Kompas Tambora Challenge, yakni lomba lari sejauh 320 kilometer yang dimulai dari Pototano, Sumbawa Barat, hingga finis di Doro Ncanga, Dompu (kaki Tambora). Lomba yang diselenggarakan harian Kompas itu akan berlangsung 1-4 Mei 2019.
Daya tarik yang dimiliki dan berbagai kegiatan yang digelar tentu membawa harapan bagi Pulau Sumbawa sebagai kekuatan lain pariwisata NTB. Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Fauzal sebelumnya mengatakan, sepanjang 2017 ada 3,5 juta wisatawan, terdiri dari 2 juta wisatawan Nusantara dan 1,5 juta wisatawan mancanegara yang berkunjung ke NTB.
Bagi masyarakat Sumbawa, sektor pariwisata harus terus digiatkan. ”Jika wisatawan banyak, pemasukan kami juga meningkat,” kata Badri (46), warga Taliwang, Kecamatan Sumbawa Barat, yang sehari-hari membawa penumpang dari Pelabuhan Pototano.(KEL/RUL/BRO)