YOGYAKARTA, KOMPAS— Warga diajak untuk ikut serta dalam riuh rendah penyelenggaraan lomba lari Mandiri Jogja Marathon 2019 yang diselenggarakan di kawasan Candi Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (28/4/2019). Semarak warga dalam menyambut pelari itu memompa semangat peserta lomba.
Mandiri Jogja Marathon telah digelar tiga kali sejak 2017. Kategori yang dilombakan ialah maraton, setengah maraton, 10K, dan 5K. Tahun ini, peserta mencapai 7.500 pelari. Mereka dilepas oleh Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X, Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno, dan Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo.
Sekitar 85 persen rute merupakan jalan desa yang membelah permukiman. Warga bersorak memberikan semangat setiap ada rombongan pelari lewat. Sebagian warga menyambut pelari dengan atraksi seni budaya, seperti tarian kreasi tradisional, gejok lesung, dan kuda lumping. Pelari juga disegarkan dengan hamparan hijau sawah dan pepohonan yang membentang di sejumlah trek lurus.
Stephen Mungathia Mugambi (24), pelari asal Kenya, merasa senang dengan sambutan masyarakat. Pengalaman itu sangat berkesan dan menyuntikkan energi tambahan. ”Rasanya saya tidak berlari sendirian. Jika lari sendiri, saya hanya akan kelelahan karena memikirkan sampai kapan trek ini akan berakhir. Dukungan warga sekitar ini membuat saya bahagia. Rasa lelah tak terpikirkan sama sekali. Saya hanya berlari dan menikmati lari,” ujarnya.
Mugambi menjuarai maraton kategori terbuka dengan waktu 2 jam 25 menit 28 detik. Peringkat kedua dan ketiga juga diduduki pelari asal Kenya, yakni Daniel Gekara (2 jam 30 menit 11 detik) dan Muindi Onesmus Muasya (2 jam 31 menit 30 detik).
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, tahun ini, pertama kali ajang itu menggandeng warga sekitar berpartisipasi memeriahkan lomba lewat atraksi budaya. Atraksi budaya yang ditampilkan untuk menyemangati pelari itu juga dilombakan. Hadiahnya berupa sapi, kambing, dan sejumlah uang. Melalui cara itu, ia ingin masyarakat ikut mendukung dan merasa memiliki acara tersebut.
Selain itu, Kartika menambahkan, sisi budaya dan kearifan lokal perlu semakin ditonjolkan dalam perhelatan pariwisata olahraga. Hal itu akan memberikan keunikan dibandingkan dengan ajang serupa lainnya di negara-negara lain. Terlebih lagi Indonesia memiliki potensi wisata budaya yang cukup besar.
Atlet maraton nasional Agus Prayogo menilai, semakin banyak masyarakat Indonesia menggandrungi pariwisata olahraga, khususnya maraton. Kondisi itu bagus untuk pariwisata, juga mendorong munculnya bibit-bibit atlet.
Agus menjuarai nomor setengah maraton kategori nasional dengan catatan waktu 1 jam 14 menit 37 detik. Sementara itu, di peringkat kedua ada Nur Shodiq (1 jam 18 menit 16 detik) dan peringkat ketiga oleh Insani Nur Ilmi (1 jam 27 menit 32 detik).(NCA)