Bawang putih menjadi komoditas paling rentan inflasi di DKI Jakarta dalam masa puasa dan Lebaran tahun ini. Saat ini, terdapat defisit atau kekurangan stok 2.930 ton untuk memenuhi kebutuhan bawang putih selama masa puasa dan Lebaran di Ibu Kota.
Oleh
Irene Sarwindaningrum
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bawang putih menjadi komoditas paling rentan inflasi di DKI Jakarta dalam masa puasa dan Lebaran tahun ini. Saat ini, terdapat defisit atau kekurangan stok 2.930 ton untuk memenuhi kebutuhan bawang putih selama masa puasa dan Lebaran di Ibu Kota.
Kekurangan pasokan itu terungkap dalam rapat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi DKI Jakarta di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (29/4/2019). Untuk komoditas pangan utama lainnya, pasokan masih memadai. Kecukupan kesediaan pasokan sangat penting untuk menjaga harga pangan tidak melambung sehingga menjadi beban masyarakat.
Asisten Perekonomian dan Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi DKI Jakarta Sri Haryati mengatakan, saat ini di Jakarta hanya ada ketersediaan 40 ton bawang putih dalam stok. Padahal, kebutuhan selama Ramadhan diperkirakan mencapai 2.970 ton atau meningkat dari kebutuhan normal sebesar 2.700 ton per bulan.
Sejumlah antisipasi tengah dilakukan PT Food Station Tjipinang Jaya untuk mengatasinya. Salah satunya dengan mengimpor bawang putih 20.000 ton. Saat ini, PT Food Station Tjipinang Jaya tengah menunggu terbitnya persetujuan rekomendasi impor holtikultura (RIPH).
RIPH ini diajukan ke Direktorat Jenderal Hortikultura. Tahun lalu, PT Food Station Tjipinang Jaya sudah memperoleh lisensi impor 10.000 ton bawang putih.
”Atau untuk percepatan, kalau RIPH tidak juga turun, nanti Food Station bekerja sama dengan importir saja. Misalnya ada tujuh importir, nah di situ mana yang akan segera mendarat kita minta masing-masing. Sekarang ini ada 7 importir untuk satu kontainer masuk ke Jakarta,” kata Sri.
Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya Arief Prasetyo Adi mengatakan, untuk memenuhi syarat RIPH itu, pihaknya sudah mengajukan semua kewajiban tanam sebesar 5 persen RIPH tahun lalu, yaitu lebih kurang 170 hektar. Beberapa lahan sudah panen seperti di Temanggung dan Wonosobo.
”Sambil menunggu, kami berkoordinasi dengan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri. Akhir bulan ini atau awal Mei, kami akan koordinasikan untuk segera mengisi pasar di Jakarta,” katanya.
Sementara itu, stok untuk komoditas lainnya masih memenuhi. Beras, misalnya, masih tersedia 321.556 ton atau hampir tiga kali lipat dari kebutuhan Ramadhan yang diperkirakan mencapai 126.541 ton.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Hamid Ponco Wibowo mengatakan, selama 2019, inflasi Jakarta relatif terjaga dengan baik. Ini terlihat pada Maret dengan penurunan inflasi dibandingkan dengan bulan sebelumnya dari 0,26 menjadi 0,14 persen.
Pada triwulan pertama, inflasi Jakarta masih lebih tinggi, yaitu 0,64 dari angka inflasi nasional sebesar 0,44 persen. Tahun ini, angka inflasi Jakarta ditargetkan 3,5 persen +/-1persen.