Pastikan Anak Dapat Imunisasi hingga Usia 11 Tahun
Pemahaman masyarakat terkait pemberian imunisasi rutin lengkap kepada anak masih kurang. Sebagian orangtua menganggap, imunisasi dasar yang diberikan sampai anak usia 11 bulan saja sudah cukup. Padahal, masih perlu imunisasi lanjutan.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemahaman masyarakat, terutama orangtua, terkait pemberian imunisasi rutin lengkap pada anak masih kurang. Sebagian orangtua menganggap, imunisasi dasar yang diberikan sampai anak usia 11 bulan saja sudah cukup. Padahal, imunisasi harus dilanjutkan sampai anak usia 11 tahun atau saat anak duduk di kelas 5 sekolah dasar.
”Imunisasi dasar lengkap yang diperoleh pada usia bayi tidak cukup. Diperlukan imunisasi lanjutan, berupa imunisasi rutin lengkap agar kekebalan anak untuk terhindar dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi tetap optimal,” ujar Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan Vensya Sitohang dalam acara Temu Ilmiah Pekan Imunisasi Dunia Tahun 2019, di Jakarta, Selasa (30/4/2019).
Imunisasi dasar diberikan kepada bayi berusia 0-11 bulan. Imunisasi ini berupa pemberian vaksin hepatitis B, tuberkulosis, polio, difteri, tetanus, meningitis, pneumonia, BCG, dan campak.
Kemudian, imunisasi perlu kembali diberikan kepada anak usia 18 bulan, yakni vaksin polio, difteri, pneumonia, tetanus, hepatitis B, dan campak-rubela.
Imunisasi dilanjutkan lagi untuk pemberian vaksin campak-rubela pada usia tujuh tahun atau saat anak duduk di kelas 1 SD atau sederajat. Lalu, pemberian imunisasi Td atau tetanus-difteri diberikan saat anak berusia delapan tahun atau saat anak duduk di kelas 2 SD atau sederajat, dilanjutkan saat usia anak 11 tahun atau saat kelas 5 SD atau sederajat.
Ketua Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cissy B Kartasasmita berpendapat, masyarakat belum paham pentingnya imunisasi pada anak. Sebagian masyarakat menganggap, imunisasi cukup diberikan sampai anak berusia 11 bulan. Untuk bisa memenuhi itu saja, masih banyak tantangan yang harus dihadapi.
Kementerian Kesehatan mencatat, per 31 Maret 2019, persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap sebesar 90,80 persen. Jumlah ini belum mencapai target pemenuhan kekebalan komunitas yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia, yaitu 95 persen. Sementara pada anak usia 12-24 bulan, persentase cakupan imunisasi yang didapatkan lebih rendah, yakni 71,88 persen.
Ketua Umum IDAI Aman Bhakti Pulungan menambahkan, masalah lain yang juga ditemukan adalah disparitas cakupan imunisasi di setiap daerah. Kesenjangan ini terutama ditemui di kawasan timur Indonesia, seperti Papua.
Untuk persentase imunisasi dasar lengkap, Papua baru mencapai 29,6 persen. ”Kondisi ini jelas berisiko tinggi mengalami kejadian luar biasa pada penyakit yang seharusnya bisa dicegah dengan imunisasi. Polio yang seharusnya sudah mencapai eradikasi pada 2014 kembali ditemukan di Papua pada 2018,” ucapnya.
Sinergi
Vensya mengatakan, tantangan yang dihadapi dalam upaya mencapai pemenuhan target imunisasi pada anak bisa dihadapi melalui sinergi lintas sektor. Kerja sama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, sekolah dan guru, tokoh agama, swasta, serta tenaga kesehatan harus diperkuat.
Tenaga kesehatan pun diharapkan tidak jemu mengingatkan masyarakat untuk mengecek jadwal imunisasi anaknya. Sekolah turut berperan mendukung bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) pada saat jadwal imunisasi dilaksanakan.
”Tantangan lain yang dihadapi adalah masih adanya penolakan imunisasi di masyarakat dan jumlah sumber daya tenaga kesehatan yang belum tercukupi. Manajemen penyimpanan vaksin pun belum semua baik. Untuk itu, kerja sama dan perbaikan sistem harus terus ditingkatkan,” tutur Vensya.