Dari 33 cabang olahraga yang akan dipertandingan di Olimpiade Tokyo 2020, Indonesia hanya berpotensi meloloskan atlet dari empat cabang, yaitu bulu tangkis, angkat besi, panahan, dan atletik.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH & DENTY PIAWAI NASTITIE
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dari 33 cabang olahraga yang akan dipertandingan di Olimpiade Tokyo 2020, Indonesia hanya berpotensi meloloskan atlet dari empat cabang, yaitu bulu tangkis, angkat besi, panahan, dan atletik. Komite Olimpiade Indonesia mendorong cabang-cabang lain agar lebih gigih untuk meloloskan atletnya ke Tokyo 2020.
Sekretaris Jenderal Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Hellen Sarita de Lima di Jakarta, Senin (29/4/2019), mengatakan, empat cabang olahraga itu berpeluang lolos ke Olimpiade 2020 karena menunjukkan prestasi yang signifikan dan terbukti sudah menyumbangkan emas dan perak di sejumlah kejuaraan internasional, termasuk beberapa Olimpiade sebelumnya. ”Prestasi itu harus bisa dipertahankan,” ujarnya.
Olimpiade 2020 akan memainkan 33 cabang olahraga, termasuk lima cabang baru, yakni bisbol/sofbol, karate, skateboarding, sport climbing, dan surfing. Cabang-cabang itu kemungkinan hanya akan dimainkan di Tokyo karena belum ada kepastian akan dimainkan juga pada Olimpiade Paris 2024.
Di luar empat cabang potensial itu, menurut Hellen, Indonesia punya potensi untuk mengirimkan atlet balap sepeda ke Olimpiade. Itu berdasarkan Olimpiade Rio de Janeiro 2016, di mana Toni Syarifudin menjadi satu-satunya wakil Indonesia untuk balap sepeda pada disiplin BMX.
”Kalau sebelumnya balap sepeda bisa mengirimkan atlet ke Olimpiade, mudah-mudahan selanjutnya kita bisa lolos kualifikasi,” kata Hellen.
Di cabang panjat tebing, Indonesia punya atlet-atlet kelas dunia pada disiplin speed. Namun, di Olimpiade, nomor yang dilombakan adalah kombinasi tiga disiplin panjat, yaitu boulder, speed, dan lead. Di laman resmi Olimpiade 2020 disebutkan, setiap pemanjat akan berlomba di ketiga disiplin itu dengan peringkat akhir ditentukan berdasarkan hasil gabungan.
”Kami harapkan prestasi atlet panjat tebing di nomor speed bisa membuka peluang di nomor lainnya juga,” kata Hellen.
Selain itu, Hellen berharap Indonesia bisa mengirimkan atlet dayung mengingat Indonesia adalah negara maritim. ”Sayang sekali, negara yang sekelilingnya air tetapi tidak bisa menghasilkan atlet dayung andal. Namun, kembali lagi ini semua tergantung niat pengurus cabang dan kualifikasi atlet itu sendiri,” ujarnya.
Hellen juga berharap atletik bisa meloloskan atlet ke Olimpiade. Dua tahun terakhir, prestasi atletik cukup menjanjikan, terutama dari Lalu Muhammad Zohri di nomor 100 meter putra. ”Mudah-mudahan Zohri bisa terus mempertajam catatan waktunya sehingga bisa lolos kualifikasi Olimpiade,” katanya.
Harapan dari Zohri
PB PASI memang menargetkan sedikitnya meloloskan atlet di tiga nomor ke Olmipiade 2020, yakni dari lari 100 meter putra, lompat jauh putra, dan lari gawang putri. Namun, selama empat bulan tahap pelatnas 2019, praktis hanya lari 100 meter putra yang punya peluang besar lolos ke Olimpiade.
Pelari andalan Indonesia, Lalu Muhammad Zohri, terus mempertajam catatan waktunya dan kian mendekati batas waktu kualifikasi Olimpiade. Pada 2018, Zohri masih mencatatkan waktu terbaik 10,18 detik yang dibuat saat meraih emas Kejuaraan Dunia U-20 di Finlandia. Tahun ini, pelari asal Nusa Tenggara Barat itu sudah memperbaiki catatan waktunya sekaligus memecahkan rekor nasional menjadi 10,13 detik, ketika meraih perak Kejuaraan Asia Atletik di Doha, Qatar, 21-24 April.
Catatan waktu terbaik Zohri itu masih kurang 0,08 detik dari batas waktu kualifikasi Olimpiade, yakni 10,05 detik. Dengan masa kualifikasi yang masih sekitar 1 tahun 2 bulan lagi atau hingga tenggat 30 Juni 2020, jajaran pelatih PB PASI maupun Zohri sendiri optimistis bisa mencapai batas waktu kualifikasi itu. ”Waktu masih panjang, saya yakin bisa mencapai waktu 10,05 detik itu,” tegas Zohri.
Sementara itu, grafik performa lompat jauh putra dan lari gawang putri masih jalan di tempat. Hingga Kejuaraan Asia Atletik 2019, atlet lompat jauh andalan Indonesia, Sapwaturrahman, belum bisa menyamai rekor lompatan terjauhnya yang mencapai 8,09 meter saat meraih perunggu Asian Games 2018. Demikian juga ratu lari gawang Indonesia, Emilia Nova, belum bisa menyamai rekor waktunya 13,33 detik saat meraih perak Asian Games 2018.
Dari akuatik, Wakil Ketua Umum PB PRSI Harlin E Rahardjo menyampaikan, pemerintah harus memberikan dukungan penuh agar atlet tampil lebih optimal untuk membuka peluang lolos Olimpiade. Hingga sekarang, sebagai cabang lumbung medali di ajang multicabang, akuatik justru belum mendapatkan dukungan anggaran yang optimal.
Dari usulan anggaran Rp 50 miliar yang diajukan PB PRSI untuk pelatnas SEA Games 2019 Filipina dan ikut kualifikasi Olimpiade 2020 di nomor renang, lompat indah, dan polo air, Kemenpora hanya mengabulkan anggaran Rp 9 miliar. Akibatnya, PB PRSI harus memangkas jumlah atlet peserta pelatnas, antara lain mengurangi jumlah atlet dari 20 perenang menjadi 10 perenang. ”Kondisi ini membuat kami tidak leluasa dalam membuat program pelatnas,” pungkas Harlin.