Perjuangan Panjang Geisler Ap Untuk Petinju Tanah Papua
Pada usia 35 tahun, Geisler Ap menjadi juara World Boxing Council (WBC) Asia Pasifik setelah menang KO atas lawannya pada 30 Maret 2019 lalu. Petinju asal Papua ini masih berambisi merebut sabuk juara dunia. Di sela-sela latihan kerasnya, ia masih menyempatkan waktu membagi keahliannya bertinju kepada para pelajar hingga narapidana. Tujuannya hanya satu: ia ingin memberi inspirasi kepada anak-anak muda Papua.
Geisler tak larut dalam euforia kemenangan setelah merebut gelar juara WBC Asia Pasifik kelas Welter. Saat ditemui pada Jumat ( 26 April 2019) sore, ia tengah giat berlatih di Amo Gym di bawah bimbingan pelatih Akwila Awon. Tak jauh dari tempat gim, Mahrit Kaway, istri Geisler, dengan setia menyaksikan latihan itu.
Jangan bayangkan Amo Gym seperti gim atau pusat kebugaran di kota-kota besar yang berpendingin udara dengan berbagai fasilitas olah raganya. Ammo Gym hanya berupa tempat olahraga sederhana berdinding kayu dan seluas 6 x 6 meter di Distrik Abepura, Kota Jayapura. Tempat itu milik sahabat dekatnya, Cornelius Amo.
Selain di sana, Geisler biasanya berlatih memukul sansak di salah satu ruangan di Pasar Mama Papua, Distrik Jayapura Utara. Dari kedua tempat inilah dia berlatih hingga meraih gelar WBC Asia Pasifik pada usia 35 tahun, usia yang tidak muda lagi bagi petinju.
Rencananya Geisler akan mempertahankan gelar juaranya sekaligus merebut gelar juara WBA Asia Pasifik yang lowong pada 15 Juni 2019 mendatang di Jayapura. Karena itu, ia terus berlatih setiap hari untuk memperbaiki teknik pukulan, stamina dan strategi sebagai petinju bergaya boxer.
Di sela latihan, Geisler mengungkapkan, perjuangannya untuk meraih gelar juara tinju di level internasional dirintis sejak 2010. Ia telah bertanding di lima negara untuk merebut titel juara, yakni Jepang, Filipina, Cina, Makau, dan Australia. Namun, ia selalu menelan kekalahan.
Ia mengaku jarang membawa tim pelatih ketika bertanding ke luar negeri karena alasan biaya. Untuk membeli tiket saja ia harus meminta bantuan dana dari Bupati Jayapura Matius Awoitauw dan merogoh kantungnya sendiri. "Saya gagal karena minimnya persiapan," ujarnya.
Geisler sempat putus asa karena minimnya dukungan. Ia berniat gantung sarung tinju pada 2015. Namun, ia membatalkan niatnya setelah mendapat motivasi tanpa henti dari sang istri, tim pelatih, dan teman-temannya. Ia pun terus berlatih dan pada akhir 2018 berhasil merebut gelar juara nasional Kelas Welter 63,5 kilogram.
Setelah itu, ia mendapat tawaran dari promotor tinju Nelson Nainggolan untuk merebut gelar juara WBC Asia Pasifik yang digelar pada 30 Maret 2019.
Turun ke jalan
Geisler menerima tawaran itu. Namun, ia tak punya uang untuk mengikuti laga itu. Bersama manajemennya Geisler Boxing Camp Papua yang dimotori sang manajer, Yamander Yensenem, ia akhirnya mencari dukungan dana sebesar Rp 180 juta. Sepanjang Februari, mereka mengajukan proposal bantuan dana ke berbagai pihak termasuk Menteri Olahraga Imam Nahrawi.
Geisler akhirnya mendapat bantuan dana dari Kapolda Papua Inspektur Jenderal Martuani Sormin dan Bupati Biak Numfor Hery Ario Naap. Teman-temannya dan organisasi kepemudaan seperti Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia dan Labewa di Kota Jayapura dan Wamena pun menggalang sumbangan bertema koin untuk Geisler di sejumlah ruas jalan umum selama beberapa kali. Akhirnya jelang seminggu bertanding, Geisler dan manajemennya berhasil mengumpulkan dana yang diperlukan.
Saat pertandingan tiba, ia berhasil mendaratkan pukulan hook kiri ke rahang petinju asal Thailand berusia 23 tahun, Thoedsak Sinam pada menit pertama ronde kedua di One Bell Park, Jakarta Selatan. Putra asal Papua ini meraih kemenangan yang disaksikan sekitar 1.000 penonton.
“Saya sangat bangga karena bisa mempersembahkan gelar juara WBC Asia Pasifik bagi masyarakat Indonesia khususnya Papua. Gelar ini akan membuka jalan saya untuk bertanding di Las Vegas, untuk meraih gelar juara dunia WBC,” tutur Geisler.
Untuk pertandingan pada 15 Juni mendatang, Geisler yang juga berperan sebagai promotor membutuhkan biaya sebesar Rp 1,3 miliar. "Apabila pemerintah kembali tak peduli pada pertandingan ini, saya bersama teman-teman akan kembali turun ke jalan untuk meminta sumbangan seperti aksi koin untuk Geisler, " ujarnya.
Saya sangat bangga karena bisa mempersembahkan gelar juara WBC Asia Pasifik bagi masyarakat Indonesia khususnya Papua. Gelar ini akan membuka jalan saya untuk bertanding di Las Vegas, untuk meraih gelar juara dunia WBC.
Mengenal tinju
Geisler menjalani masa kecilnya di kota dingin Wamena. Ia sangat nakal dan hampir setiap hari sering berkelahi dengan teman-temannya di komplek. Ia juga pernah bermasalah dengan guru di sekolah dasar tempat ia menimba ilmu. Namun lambat laun sikapnya mulai berubah setelah mengenal olahraga tinju pada usia 12 tahun.
Petinju Cosmos Sawon dan Beni Lokpere adalah orang yang mengajaknya untuk berlatih tinju di Sasana Baliem Boxing Camp. Geisler langsung dibimbing pelatih Manuel Rumbino yang mengajari bagaimana mengontrol emosinya dan lebih sabar saat menghadapi lawan. "Berkat tinju sikap saya yang temperamental berubah. Saya jadi lebih sabar dan tenang," tuturnya.
Ia meraih prestasi pertama kali saat juara kejuaraan tinju amatir Anderias Yarisetouw Cup untuk kelas 64,5 kilogram pada 2008. Geisler sempat dipanggil untuk menjalani Pelatihan Nasional (Pelatnas) tinju amatir. Namun, ia lebih memilih jalur tinju profesional karena mengikuti saran pelatih Petrus Mardan dan rekan petinju Ramadhan Gebze.
Akhirnya Geisler meraih gelar juara untuk pertama kalinya di jalur tinju profesional dalam kelas ringan 61,2 kilogram pada 2010. Hingga 2018, ia telah meraih enam gelar juara di kejuaraan nasional, yakni satu gelar juara kelas ringan 61,2 kilogram dan lima gelar juara kelas welter 63,5 kilogram.
Geisler tak hanya menggunakan talentanya sebagai petinju untuk kepentingan pribadi. Ia bersama sang istri membuka Sasana Geisler Boxing Camp di Sentani, Kabupaten Jayapura pada 2015. Di sasana yang sebelumnya bernama Sasana itu Kenambay Umbay Boxing Camp itu, ia melatih 29 petinju amatir tanpa dipungut biaya. Anak didiknya berasal dari Jayapura, Biak Numfor hingga Wamena.
Meski disebut sasana, Geisler Boxing Camp tidak memiliki tempat khusus. Mereka hanya berlatih di halaman kantor Bupati Jayapura dari Senin hingga Sabtu sore. Seusai latihan, anak-anak mendapatkan makanan tambahan seperti bubur kacang hijau dan minuman yang disediakan istri Geisler.
Selain melatih anak-anak itu, Geisler juga turut melatih 10 narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Doyo. Untuk melatih semua anak didiknya, Geisler dan istri mengeluarkan uang pribadi sekitar Rp 3 juta per bulan.
Keduanya ingin anak-anak muda Papua mengisi waktu dengan kegiatan yang positif. "Saya ingin memberikan inspirasi melalui tinju agar menghindarkan generasi muda di Papua dari aksi kriminalitas, mengonsumsi minuman beralkohol, dan menggunakan narkoba," tegas Geisler.
Geisler Ap
Lahir: Wamena, Kabupaten Jayawijaya, 20 Desember 1983
Istri: Mahrit Kaway
Anak: Imanuel Kristian Kaway Ap
Pendidikan
- SD Inpres Mulele Wamena
Tahun 1994-1999.
- SMP Negeri 2 Wamena Tahun 1999-2001
- SMA YPPK Santo Thomas Tahun 2001-2003.
- Masih Kuliah di Fakultas Hukum
Universitas Cenderawasih Jayapura
Semester VIII.