Pulihkan Ekonomi Warga, Bantuan Sarana Produksi Tani Dibutuhkan
Sejumlah warga korban bencana di Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kepahiang, Provinsi Bengkulu, butuh bantuan bibit dan benih untuk memulihkan tambak serta sawah yang rusak terdampak banjir dan longsor. Kementerian BUMN berkomitmen memberikan bantuan bibit pada bulan Ramadhan sehingga perekonomian masyarakat bisa segera pulih.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
BENGKULU, KOMPAS — Sejumlah warga korban bencana di Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kepahiang, Provinsi Bengkulu, butuh bantuan bibit dan benih untuk memulihkan tambak serta sawah yang rusak terdampak banjir dan longsor. Kementerian Badan Usaha Milik Negara berkomitmen memberikan bantuan bibit pada bulan Ramadhan sehingga perekonomian masyarakat bisa segera pulih.
Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah, Selasa (30/4/2019), mengatakan, selain kerusakan infrastruktur di 8 kabupaten dan 1 kota di Bengkulu, bencana juga menghancurkan perekonomian masyarakat. Di Kabupaten Kepahiang, banyak petambak ikan merugi karena kolam dan tambak diterjang banjir.
Di kawasan itu ribuan ton ikan mas, patin, nila, dan mujair lenyap terbawa arus banjir. Padahal, para petambak sengaja menunda panen ikan dan akan menjualnya saat Ramadhan. ”Sekarang para petambak menangis karena mereka kehilangan semuanya,” kata Rohidin.
Tidak hanya itu, lanjut Rohidin, satu hamparan tanaman jagung seluas 100 hektar di Kabupaten Bengkulu Selatan, seluas 100 hektar, juga hancur karena diterjang banjir. Kondisi ini menyebabkan warga stres. Selain kehilangan pendapatan, modal pun telah habis.
Mereka juga kebingungan mengembalikan utang karena sebagian besar petambak dan petani memulai usaha dari pinjaman. ”Kebanyakan saprodi (sarana produksi) pertanian, mereka dapat dari pinjaman. Pinjaman itu mereka ganti dari hasil panen. Sekarang hasil panen mereka hilang,” ucapnya.
Kebanyakan pemberi modal tidak peduli jika petani ataupun petambak gagal panen. ”Untuk itu, perlu ada intervensi pemerintah agar petani dan petambak dapat memulai lagi usahanya,” kata Rohidin.
Untuk itu, perlu ada intervensi pemerintah agar petani dan petambak dapat memulai lagi usahanya.
Hal senada disampaikan Sekretaris Daerah Bengkulu Tengah Edy Hermansyah. ”Kalau untuk kebutuhan logistik, memang sudah cukup. Namun, yang dibutuhkan bagaimana kehidupan penduduk selanjutnya setelah bencana,” ungkapnya.
Karena itu, ujar Edy, perlu ada penanganan khusus bagi penduduk agar perekonomian mereka bisa kembali pulih. Berdasarkan data di lapangan, kerugian yang terjadi akibat bencana di Bengkulu hingga Senin (29/4/2019) mencapai Rp 144 miliar. Lahan pertanian seluas 760 hektar terdampak bencana. Untuk perkebunan, sekitar 775 batang sawit terdampak. Sementara ternak yang mati mencapai 554 ekor.
Menteri BUMN Rini Soemarno dalam kunjungan kerja ke Bengkulu mengatakan, dalam waktu tiga hari ke depan, tim penilai akan mendatangi sejumlah lokasi untuk mendata wilayah yang perlu dibantu. ”Hasilnya akan keluar satu minggu mendatang,” ungkapnya.
Untuk pemulihan perekonomian masyarakat, Rini berencana memberikan bantuan kepada masyarakat melalui program BUMN untuk pinjaman dengan konsep kemitraan. ”Kami menargetkan bantuan bibit, pupuk, dan benih dapat disalurkan pada bulan Ramadhan ini sehingga petani dan petambak bisa memulai kembali usahanya. Setidaknya kami sudah membangkitkan lagi harapan mereka,” ucapnya.
Alat kebersihan
Rohidin menambahkan, di masa pascabencana, pengungsi membutuhkan bantuan berupa alat kebersihan. Hal ini sangat dibutuhkan warga karena saat ini mereka sedang fokus membersihkan rumah setelah diterjang banjir. Pantauan di Desa Sunda Kelapa, misalnya, sejumlah warga sedang membersihkan rumahnya dari lumpur.
Di beberapa lokasi ketebalan lumpur bisa mencapai 30 sentimeter. ”Sekarang warga membutuhkan alat kebersihan dan detergen untuk membersihkan barang-barangnya yang terendam,” kata Rohidin.
Melihat kondisi itu, Rini mengungkapkan akan menambahkan bantuan berupa alat kebersihan. Ini menjadi masukan untuk mengalokasikan bantuan bukan hanya bahan pokok, melainkan juga alat kebersihan.