Serangan Lain Dikhawatirkan Terjadi Sebelum Ramadhan
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
COLOMBO, SELASA — Otoritas keamanan Sri Lanka mempertahankan tingkat siaga tinggi, Selasa (30/4/2019), menyusul diterimanya laporan intelijen yang mengungkapkan adanya rencana serangan baru yang akan dilaksanakan sebelum dimulainya bulan suci Ramadhan bagi umat Islam.
Tingkat siaga tinggi telah berlangsung sembilan hari sejak tiga gereja dan tiga hotel mewah di ibu kota Sri Lanka, Colombo, diserang dengan bom bunuh diri saat perayaan Minggu Paskah. Insiden itu menewaskan lebih dari 250 orang, termasuk 42 warga negara asing.
Duta Besar Amerika Serikat untuk Sri Lanka Alaina Teplitz menyatakan, beberapa teroris yang terlibat dalam serangan pada Minggu Paskah lalu kemungkinan masih bebas dan merencanakan serangan lain.
Sejak serangan pada Minggu Paskah, otoritas keamanan telah menangkap setidaknya 76 tersangka pelaku di Colombo, termasuk warga Suriah dan Mesir.
”Kemajuan luar biasa telah dibuat (oleh aparat keamanan) untuk memahami komplotan (teroris) itu. Namun, saya rasa cerita ini belum berakhir. Kami percaya, masih ada perencanaan aktif yang berjalan (untuk serangan lain),” kata Teplitz.
Sumber lain dari Pemerintah Sri Lanka mengatakan kepada Reuters, ada sebuah dokumen yang beredar di antara lembaga keamanan, dan menginstruksikan kepada semua polisi dan pasukan keamanan untuk tetap mempertahankan tingkat siaga tinggi. Ada serangan yang ditakutkan terjadi sebelum Ramadhan. Di Sri Lanka, Ramadhan dijadwalkan mulai 6 Mei 2019.
Sejak serangan pada Minggu Paskah, otoritas keamanan telah menangkap setidaknya 76 tersangka pelaku di Colombo.
Burka dilarang
Senin (29/4/2019), otoritas melarang perempuan mengenakan kain penutup muka atau burka melalui undang-undang darurat yang diberlakukan setelah serangan pada Minggu Paskah.
”Ini adalah perintah Presiden untuk melarang kain yang menutup wajah,” kata Juru Bicara Presiden Sri Lanka Dharmasri Bandara Ekanayake.
Secara terpisah, Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe menyatakan telah meminta kepada menteri kehakiman untuk merancang peraturan melarang mengenakan burka.
Kebijakan itu diharapkan membantu pasukan keamanan mengidentifikasi pelaku yang diduga masih berkeliaran. Namun, ada juga kekhawatiran bahwa larangan mengenakan burka, apabila berkepanjangan, dapat memicu ketegangan.
Satu dekade lalu, Sri Lanka baru mengakhiri perang saudara dengan kelompok separatis atau pemberontak Harimau Pembebasan Tamil Eelam. Ada lebih dari 70.000 orang yang terbunuh akibat perang yang berlangsung pada 1983-2009 itu.
Tidak lama setelah serangan pada Minggu Paskah, Pemerintah Sri Lanka juga melarang penggunaan sejumlah platform media sosial, seperti Facebook, Whatsapp, dan Viber, demi mencegah penyebaran rumor. Kini, larangan itu telah dicabut, menurut sumber dari Kantor Presiden, Selasa.
Masih dicari
Selain itu, polisi juga masih berupaya menemukan tersangka lain. ”Keamanan tetap ketat selama beberapa hari ini karena militer dan polisi masih melacak tersangka,” kata seorang pejabat senior dari divisi intelijen polisi, Selasa.
Otoritas mencurigai dua kelompok yang melakukan serangan. Kelompok itu bernama National Thawheedh Jamaath (NTJ) dan Jammiyathul Millathu Ibrahim. Mereka juga yakin, Zahran Hashim, pendiri NTJ, sebagai perencana atau mastermind, salah satu di antara sembilan pelaku bom bunuh diri itu.
Sabtu (27/4/2019), aparat keamanan terlibat dalam bentrokan senjata dengan kelompok yang diyakini terlibat pada serangan saat Minggu Paskah. Setelah bentrokan itu usai, ditemukan 15 jenazah dengan enam di antaranya anak-anak. Mereka kemungkinan tewas akibat ledakan bunuh diri. Seorang gadis dan perempuan selamat dari ledakan itu.
Sehari sebelumnya, Jumat, 26 April, saat aparat melakukan penggerebekan di dekat kota Kulmani, sekitar 370 kilometer dari timur Colombo, mereka ditembak oleh terduga teroris, Zahran Hashim, yang berasal dari wilayah itu.
Dari hasil penggerebekan, aparat menemukan ratusan dinamit dan lebih dari 100.000 gotri, seragam militer, serta bendera kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS).
Sri Lanka merupakan negara yang sebagian besar penduduknya beragama Buddha. Lainnya beragama Kristen, Muslim, dan Hindu. (REUTERS)