Usulan Perpanjangan Diskon Tarif MRT Belum Diputuskan
Pemerintah Provinsi DKI belum bersikap terkait usulan perpanjangan diskon tarif MRT yang diajukan PT MRT Jakarta. Mulai 1 Mei 2019, durasi pengoperasian MRT diperpanjang hingga tengah malam. Frekuensinya pun ditingkatkan.
Oleh
DHANANG DAVID ARITONANG
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta belum bersikap terkait usulan perpanjangan diskon tarif moda raya terpadu atau MRT yang diajukan PT MRT Jakarta. Jika diskon diperpanjang, diyakini akan meningkatkan loyalitas pengguna MRT. Terlebih mulai besok, 1 Mei 2019, durasi pengoperasian MRT diperpanjang hingga tengah malam. Frekuensinya pun ditingkatkan.
Selama satu bulan MRT beroperasi, pengguna MRT cukup membayar separuh dari tarif normal MRT. Tarif normal MRT dengan jarak terdekat sebesar Rp 3.000, sedangkan untuk jarak terjauh Rp 14.000. Setelah diskon 50 persen, pengguna cukup membayar Rp 1.500 hingga Rp 7.000.
Salah satu imbas dari diskon ini, Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar, di Jakarta, Selasa (30/04/2019), mengatakan, rata-rata penumpang MRT bisa mencapai 82.615 orang per hari selama satu bulan beroperasi.
Jumlah rata-rata penumpang itu pun diyakininya akan bertahan atau bahkan bisa meningkat jika diskon diperpanjang. Sebab, dengan cara diperpanjang, hal itu akan kian menguatkan loyalitas pengguna untuk tetap menggunakan MRT.
”Kami kembali mengajukan perpanjangan diskon sebesar 50 persen kepada pemerintah,” kata William.
Terlebih mulai 1 Mei 2019, MRT Jakarta akan beroperasi penuh. ”Kami mulai mengoperasikan penuh sebanyak 16 kereta, dengan jam operasi mulai pukul 05.00 hingga pukul 24.00, setiap hari,” lanjutnya.
Dengan durasi pelayanan MRT yang lebih panjang dan frekuensi lebih banyak, masyarakat bisa merasakan keuntungan yang lebih banyak dengan menggunakan MRT. Dengan kata lain, masyarakat yang selama ini menggunakan MRT bisa tetap loyal menggunakan MRT. Sementara yang belum bisa beralih dan loyal pada MRT.
Kekhawatiran bahwa jumlah penumpang MRT akan menurun setelah diskon dicabut sebelumnya disampaikan Direktur Konstruksi PT MRT Silvia Halim. Ia menyebutkan, dari hasil survei terkait tarif MRT, hanya 60 persen responden yang tetap menggunakan MRT jika tarif berubah.
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan belum bersikap soal usulan perpanjangan diskon MRT. ”Terkait perpanjangan tarif diskon, nanti ada waktu pengumumannya sendiri,” ucapnya.
Namun, menurut Anies, masyarakat sudah mulai beralih menggunakan transportasi umum karena kehadiran MRT.
Integrasi transportasi
William melanjutkan, selama satu bulan MRT beroperasi, puncak jumlah penumpang tertinggi terjadi pada 13 April 2019, sebanyak 119.748 penumpang.
Pada dua minggu pertama beroperasi, terjadi pertumbuhan jumlah penumpang sebesar 22 persen di akhir pekan. Namun, setelah dua minggu tersebut, pertumbuhan penumpang menurun jadi 11 persen di akhir pekan.
”Jumlah penumpang terbanyak saat naik dari Stasiun Bundaran HI, Lebak Bulus, dan Dukuh Atas. Stasiun MRT Dukuh Atas ini menjadi salah satu yang terbanyak penumpangnya karena dekat dengan halte Transjakarta dan Stasiun Sudirman,” ucapnya.
William belum bisa menjelaskan rincian berapa jumlah penumpang yang beralih dari kendaraan pribadi menjadi naik MRT.
Namun, menurut dia, orientasi penumpang menggunakan MRT terbagi dua, yaitu mereka yang mementingkan ketepatan waktu dan sebagian lain yang mementingkan harga perjalanan.
”Selain itu, jika semua sistem transportasi sudah terintegrasi, kami perkirakan jumlahnya bisa makin bertambah,” ujar William.
Direktur Operasional Transjakarta Daud Joseph mengatakan, Transjakarta akan semakin mengoptimalkan integrasi fisik halte bus dengan stasiun MRT. Menurut dia, hal itu sudah mulai dilakukan di Stasiun MRT Bundaran HI dan Dukuh Atas.
”Kemudian, penumpang juga bisa menggunakan kartu JakLingko sebagai alat pembayaran untuk naik MRT dan Transjakarta serta angkutan umum lain yang berstiker JakLingko,” ucapnya.
Pendapat penumpang
Mengenai akan berakhirnya diskon tiket MRT, Raissa (25), salah satu penumpang MRT, mengatakan akan tetap menggunakan MRT. Sebab, dengan MRT, dia bisa lebih cepat tiba di kantornya di daerah Senayan.
”Saya tidak masalah kalau MRT ini didiskon atau tidak karena transportasi ini sudah menjadi kebutuhan baru bagi saya yang tinggal di Lebak Bulus,” ujarnya.
Berbeda dengan Raissa, Yunus (31), penumpang MRT lainnya, akan pikir-pikir lagi jika diskon dicabut. Menurut dia, akan lebih murah jika dirinya mengendarai sepeda motor pribadi untuk sampai di sekitar Bundaran HI tempatnya bekerja dari rumahnya di Lebak Bulus.
”Mungkin saya akan naik sepeda motor lagi untuk sehari-harinya, naik MRT jika sedang ingin buru-buru saja kalau harganya sudah tidak didiskon,” kata Yunus.