NADI, KOMPAS — Pengembangan infrastruktur menjadi salah satu prioritas operasional Bank Pembangunan Asia (ADB) di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Aspek lain, seperti pengembangan pendidikan dan kesehatan, pengelolaan risiko bencana dan perubahan iklim, serta pengelolaan air dan pertanian juga menjadi program penting di kawasan tersebut.
”Kami memiliki sejumlah proyek, pembiayaan, dan pendampingan teknis di tujuh negara kawasan Asia Tenggara," kata Direktur Jenderal Asia Tenggara ADB Ramesh Subramaniam di Nadi, Fiji, Rabu (1/5/2019).
Subramaniam menyampaikan hal itu dalam paparan media pada Pertemuan Tahunan Ke-52 ADB.
Berdasarkan data ADB, portofolio pinjaman dan hibah per 31 Desember 2018 di ASEAN 17,6 miliar dollar AS. Portofolio itu antara lain di Kamboja 32 proyek senilai 1,4 miliar dollar AS, 19 proyek di Indonesia senilai 3,9 miliar dollar AS, dan 26 proyek di Laos senilai 702 juta dollar AS.
Selain itu, ada juga 17 proyek di Myanmar senilai 1,2 miliar dollar AS, 16 proyek di Filipina senilai 3,3 miliar dollar AS, 2 proyek di Thailand senilai 93 juta dollar AS, dan 44 proyek di Vietnam senilai 6,9 miliar dollar AS.
Subramaniam menambahkan, tahun ini, ADB mengalokasikan dukungan 2,6 miliar dollar AS bagi Indonesia. Dukungan tersebut antara lain untuk pengembangan infrastruktur, termasuk pembangunan dua pembangkit tenaga listrik skala besar.
Direktur Jenderal Departemen Pasifik ADB Carmela Locsin menyampaikan, tahun ini untuk pertama kalinya ADB menggelar pertemuan tahunan di negara kawasan Pasifik. ”ADB selama ini pun memberikan dukungan finansial dan teknis kepada kawasan ini,” katanya. Carmela Locsin menuturkan, ADB antara lain meningkatkan pembiayaan bersama, termasuk di beberapa aspek terkait perubahan iklim.